4/07/2020

Kesehatan, Manusia dan Rumah



Dalam judul diatas ada tiga kata yang saling berkaitan, kesehatan, manusia dan rumah. Dua hal penting antara kesehatan dan manusia, manusia hidup ingin sehat, maka bagaimana manusia selalu berupaya untuk bisa selalu tampil prima, sehat lahir dan batin. Tentu saja setelah tahu tantang kebutuhan nutrisi dalam tubuh manusia, maka manusia memerlukan makan dan minum. Dua hal ini ada yang enak di lidah tapi tidak enak di perut apalagi bagi metabolisme tubuh. Sebaliknya ada yang tidak enak di mulut tetapi diperut enak dan bagus untuk memenuhi nutrisi dalam tubuh manusia sehingga bisa meningkatkan kesehatan.

Karena itu untuk bisa meraih kondisi tubuh yang selalu prima walaupun tidak enak di mulut namun dipaksakan untuk dimakan dan diminum, karena yang dipikirkan adalah bahwa enak di mulut hanya berlangsung dalam hitungan menit tetapi bila aman bagi perut dan tubuh maka akan dirasakan berjam-jam bahkan berhari-hari. Bahkan kadang berefek pada kehiduoan selanjutnya. Maka disinilah antara hasrat, keinginan dan larangan menjadi hal yang semakin menambah kompleksitas bahwa untuk menjaga kesehatan itu diperlukan upaya yang konsisten, disiplin dan terpadu.

Disamping kebutuhan nutrisi dalam tubuh ternyata tubuh harus diimbangi dengan kegiatan yang bisa menunjang metabiolisme tubuh menjadi bagus, misalnya dengan membiasakan diri untuk berolah raga, menghindari tidur setelah makan. Karena kadang dari hal yang kecil, misalnya lebih banyak duduknya dari pada geraknya, lebih banyak tidurnya dari pada bangunnya, lebih banyak melihatnya dari pada memprakteknnya terutama dalam olah raga. Hal ini akan menjadi kebiasaan tidak produktif, efektif dan efisien.

Menyadari bahwa dalam hari-harinya digunakan untuk melihat youtobe, membaca sms dan sejenisnya. Kegiatan ini kebanyakan dilakukan sambil duduk sambil ngemil, berbaring atau leyeh-leyeh, tentu hal ini berpengaruh terhadap kesehatan. Karena banyak kalori yang tidak terbakar sehingga menimbulkan timbunan lemak, bisa dalam tubuh atau dalam darah, keduanya menurut kesehatan sama-sama berbahaya. Karena itu perlu aktifitas, gerak dalam setiap jam hendaknya berganti posisinya dan melakukan gerakan, walaupun sekedar untuk mengendorkan otot.

Disamping faktor nutrisi dan gerak yang akan mempengaruhi kesehatan ternyata perasaan juga sangat mendominasi dalam meraih derajat kesehatan. Perasaan ini bisa dari hati atau dari akal, antara hati dan akal saling berkaitan. Biasanya setiap problema yang tidak terselesaikan akan diupayakan untuk diselesaikan. Mengerahkan pikiran, hati tidak mau tinggal diam. Bila probema itu berkaitan dengan orang lain maka disinilah beraneka macam perasaan selalu berkembang. Adanya perasaan tidak enak, perasaan canggung, malu, gengsi, malas campur dalam diri manusia. Karena itu dengan apa mengatasi permasalahan ini agar kesehatan tetap terjaga.

Peran agama.
Didalam agama kadang rasional kadang irrasional, bagaimanakah orang menegakkan shalat hati dan pikiran menjadi tenang, bagaimana cara meemperoleh ketenangan. Agama menuntun jiwa agar menjadi bersih, agama memberikan peringatan bahwa setiap perbuatan yang tidak baik akan berimplikasi pada kesehatan manusia. Perasaan tinggi hati, tidak mau mengalah terapinya dengan shalat. Dari pemahaman dan perenungan bacaan surat Al Fatihah sudah jelas bahwa ayat yang kedua mengatakan segala puji bagi Allah seru sekalian alam. Disana menunjukkan tidak ada yang Maha Kuasa, Maha Perkasa kecuali Allah. Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kasih sayang Allah merata bagi seluruh alam. Tidak ada makhluk Allah yang tidak diberi rizki, semuanya telah ditentukan dan disediakan.

Oleh karena itu ketika merasa paling kaya, bercerminlah bagaimanakah Nabi Sulaiman yang diberikan anugerah Allah dengan kekayaan yang melimpah, ternyata menjadi ingat ketika menjamu makhluknya Allah yang berada dilaut sekali saja sudah kehabisan. Beliau sadar bahwa kekayaan dan kekuasaan hanyalah pemberian Allah. Kemudian bagaimanakah ketika Raja Fir’aun merasa paling berkuasa, sehingga menganggap dirinya sebagai Tuhan untuk disembah. Ternyata dia makhluk Allah yang lemah sehingga kandas di dasar laut. Karena itu sikap hati yang keras, yang pongah terapinya adalah shalat.

Shalat juga menyadarkan bahwa manusia adalah makhluk yang harus tahu keadaan. Diantara organ manusia, organ manakah yang paling dihormati dan disanjung-sanjung? Tangan, kaki, dada, badan, kepala? Tentu sepakat bahwa pada kepala terletak simbol kehormatan. Cantik atau tampan tempatnya di muka. Khusus bagi wanita bagaimanakah untuk tampil cantik ada berapa macam alat untuk memoles agar menjadi cantik, berapa biaya yang dikeluarkan, berapa lama waktunya untuk berhias. Misalnya dari mukanya, alisnya, idepnya, bibirnya, giginya, dagunya, pipinya, keningnya, rambutnya. Demikian pula kaum pria kumisnya, jambannya, mukanya dan lainnya akan menunjukkan karisma.

Jadi benar bahwa pada kepala terletak simbol kebanggaan, disamping karena selalu berada pada posisi paling atas. Namun sadarkah bahwa ketika shalat ternyata suatu yang diagungkan bersedia untuk sejajar dengan suatu yang berada dibawah dalam hal penghormatannya. Kepala harus ikhlas sejajar dengan pantat, ada apakah dalam pantat, disana tempat keluarnya sesuatu yang kotor. Bahkan ketika sujud ternyata kepala harus mengikhlaskan ketika harus lebih rendah posisinya dari pada pantat.

Manusia ibarat rumah.
Bila manusia ingin selalu tampil prima, maka dari itu ingin selalu menjaga kesehatan, karena itu perlu dijaga dan diupayakan. Perjalanan hidup manusia dimakan usia, karena itu usia yang semakin bertambah derajat kesehatan bukan semakin baik, namun semakin turun. Karena itu gejala-gejala orang menjadi tua minimal ada 7 yang disingkat 6B 1L . 6 B adalah, Budeg (pendengarannya berkurang), Bisu (sulit bicara), Blawur (penghlihatan samar), Bawel (crewet), Buyuten (gemetaran), Bingung, L (lalen) pikun mudah lupa. Disamping itu ada unsur-unsur fisik yang berubah,seperti kulit keriput, rambut putih, tubuh bengkok atau miring, otot-otot kendor, matanya sering berair, giginya ompong dan lainnya.

Kadang segala macam ditempuh untuk merenovasi diri seperti rambut putih dicat, gigi ompong pasang gigi palsu, kulit keripun di make up dan lainnya. Namun sepintar-pintar manusia tetap tidak bisa mengundurkan usia, ternyata yang tua tetap tua, apalagi dengan kelahiran cucu atau cicit sehingga penyebutan nama diberi gelar eyang atau buyut. Sehingga jika ada orang tua yang merasa sehat, tampan dan cantik tentu dalam dimensi yang berbeda. Usaha dalam bentuk apapun akan menjadi seperti rumah, walaupun selalu diadakan perawatan, dibersihkan, dicat namun tetap ada saja yang rusak. Bila atapnya tidak bocor bisa jadi hanya retak. Demikian pula temboknya, jendelanya, pintunya, lantainya, pagarnya, lampunya, instalasinya. Karena memang waktu tidak bisa didustai.

Agar masa tua tetap bahagia hendaknya tetap menerapkan pola makan yang baik, berolah raga, istirahat yang cukup, lebih aktif dalam kegiatan keagamaan. Kembalikan kebiasaan suka membaca, dan bagi yang belum terbiasa untuk melatih. Karena usia tua teman dan kerabat dekat banyak namaun kadang terasa jauh. Zaman sudah berubah orangnya dekat namun hatinya jauh, berbedaa dengan zaman dahulu jasadnya jauh namun dekat di hati. Solusi kebiasaan membaca, mengendorkan urat saraf, menambah kualitas iman dan menambah pahala yaitu dengan membaca Alquran.

Yang muda akan menjadi tua, yang tua tidak akan menjadi muda lagi, muda dan tua adalah Sunnatullah, nikmati kehidupan dengan rasa bahagia, insya-Allah akan selalu sehat, amin.

4/06/2020

Raih Kelezatan Iman



Hidup manusia ditentukan hukum kausalitas, maka dari itu ada penggalan hadits rasul “barang siapa menanam maka akan mengetam”. Setiap perbuatan akan berdampak pada hasil, baik itu untuk diri sendiri atau beralih pada anak, istri atau keluarganya. Dalam waktu singkat, sedang atau lama, dunia atau akhirat, karena semua perbuatan pasti akan kembali pada dirinya sendiri. Seandainya semua orang tahu dan faham akan hal ini, tentu kemaslahan dan ketenteraman hidup akan dicapai.

Warna-warni alam semesta menjadi ketentuan bahwa keseragaman dan kesamaan tidak akan pernah terjadi, karena itu bila ada baik maka selalu ada yang buruk, ada besar ada kecil, ada panjang pendek, ada jauh ada dekat dan sebagainya. Demikian pula kondisi seseorang bisa menjadi iman atau kafir, taat atau maksiat. Tentang keyakinan dan keimanan bukan kewenangan manusia untuk menentukan, manusia hanya mengupayakan agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, Engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman”. QS. 2:6)

Karena itu Allah memberikan petunjuk jalan hidup yang disampaikan melalui para rasul-Nya. Syariat Allah sudah mencapai kesempurnaan ketika telah mengutus nabi Muhammad SAW. Allah akan terus memberikan petunjuk yang kemudian dilanjutkan dengan para ulama’. Dengan berbekal pada iman maka orang akan meraih kelezatan, kenikmtan hidup, kebahagian dan kesejahteran hidup. Pada Alquran telah dinyatakan bahwa tidak cukup sesorang mengatakan “saya beriman” melainkan harus diikuti dengan amal shalih, karena itu didalam Alquran kata iman disandingkan dengaan amal shalih. Bila kedua hal ini bisa saling berdampingan maka janji Allah akan bisa dirasakan.
Dalam sabdanya rasulullah SAW telah bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka" (HR. Buchari hadits ke-15).

Ada tiga syarat untuk meraih manisnya iman 1) Allah dan rasul-Nya lebih diprioritaskan, 2) bila mencintai seseorang itu berlandaskan karena cinta kepada Allah, 3) membenci perbuatan maksiat karena kekufuran sebagaimana benci bila kelak dilemparkan ke neraka. Tiga syarat itu berkaitan erat antara hati, lisan dan perbuatan, sesuai dengan prinsip iman yaitu keyakinan dalam hati lalu diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Bagaimankah jika tidak ada kesinambungan, tentu akan menimbulkan dampak, predikat mukmin akan menjadi kafir, atau paling tidak akan menjadi munafiq. Semua ini akan berimplikasi pada siakap dan perbuatan keseharian.

Predikat manusia sebagai makhluk yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk maka kemudian akan turun drastis, akan menduduki posisi tepat yang rendah. Kecuali bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih, maka bagi mereka pahala yanag tiada putus-putisnya”. (QS. Ath-thin: 4-6).

Atau bahkan Allah mengibaratkan seperti hewan ternak bahkan lebih rendah dari itu.
“ dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, merka mempunyai ahati, tetapi tiak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan merka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), merka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’rof: 179)

Bila Allah dan rasul-Nya yang diprioritaskan, maka dapat dilihat dalam aktifitas keseharian. Sebagai muslim tentu dalam sehari semalam minimal mendengarkan panggilan untuk shalat sebanyak sepuluh kali, lima kali ketika mendengar kumandang adzan dan lima kali ketika mendengar kumandang iqamah. Sedang apakah ketika mendengar panggilan tersebut, manakah yang lebih didahulukan. Bukankah Allah itu akan mengikuti persangkaan hamba-Nya? Demikian pula ketika mencintai sesuatu, misalnya kepada wanita yang dicintai hendaknya tidak mencintai kecuali cinta pada Allah. Sehingga setiap aktifitas selalu diiringi dengan rasa syukur atas semua anugerah Allah sehingga akan berupaya meningkatkan amal ibadah kepada Allah. Bila telah melakukan salah dan dosa agar memperbanyak istighfar, mohon ampun kepada Allah, serta bertobat. Karena bila hal ini dilakukan secara terpadu dan istiqomah maka akan meningkatkan derajat iman dan taqwanya.

3/18/2020

Kekuasaanllah tak tertandingi.


Allah Maha Kuasa, Dia Pencipta dari segala yang ada, pencitaannya bukan hal yang sia-sia tetapi Alllah telah menyiapkan segala yang diperlukan hamba-Nya. Karena itu kepada siapa kita meminta kalau bukan kepada Allah.


اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sekaligus kita mensyukuri nikmat iman dan taqwa sehingga telah masuk dalam hamba Allah yang berserah diri yaitu orang-orang Islam. Hal ini telah ditandai dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul.
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدارسول الله
“ Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah”.

Dengan mengucapkan dua kalimah syahadat tersebut berarti seseorang telah Islam, yaitu orang-orang yang senantiasa tunduk dan patuh pada ketentuan Allah, karena itu orang Islam adalah orang yang telah mengakui tentang kekuasaan Allah SAW. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 164:



“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Sebelum Allah menciptakan manusia, Allah telah menciptakan golongan malaikat dan jin, sebelum golongan malaikat dan jin Allah telah menciptakan alam semesta. Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk karena manusia mempunyai tugas yang teramat berat yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifatullah. Manusia mempunyai jisim dan ruh, dan dalam kehidupan, manusia selalu dipengaruhi oleh dua kekuatan yaitu kekuatan rohani dari golongan hamba Allah yang senanatiasa patuh dan taat terhadap perintah Allah dan golongan rohani yang selalu menentang perintah Allah. Adapun jisim manusia selalu terpangaruh oleh ruang dan waktu. Ketika mata melihat, telinga mendengar, hidung membau maka muncul dorongan untuk melakukan suatu perbuatan. Karena itu ketika antara mata, hati dan tindakan telah menyatu dalam perbuatan ketaatan kepada Allah berarti telah hidup dalam petunjuk-Nya. Namun ketika terjadi disintregitas, tidak adanya sinergitas antara hati, lisan dan perbuatan maka berarti berada dalam jalan yang tidak diridhai Allah. Dalam hadits qutshi Allah telah berfirman:
عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
“Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam meriwayatkan firman Allah SWT yang berbunyi: "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zhalim dan perbuatan zhalim itu pun Aku haramkan diantara kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu saling berbuat zhalim!
Perbuatan dhalim adalah perbuatan yang merugikan orang lain, membuat orang lain menjadi sengsara. Perilaku dhalim kadang dilakukan secara sengaja, bahkan terencana untuk menimbulkan musibah, bencana dan kesengsaran bagi orang lain hal ini secara terang-terangan telah melanggar ketentuan Allah. Namun kadang tidak sengaja, tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa perbuatannya merugikan orang lain. Karena itu agar apa yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah maka jadikanlah Sunnatullah sebagai petunjuk dan jalan hidupnya, dalam firman-Nya Rasululah melanjutkan:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu!
Karena orang Islam selalu memohon petunjuk kepada Allah ke jalan yang benar, sebagaimana jalannya orang-orang yang telah mendapat petunjuk bukan jalannya orang yang dimurkai dan disesatkan, dalam sehari semalam tidak kurang dari 17 kali, hal ini disebutkan dalam surah Al Fatihah:



Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan!
Allah telah melapangkan bumi sebagai tempat tinggal, langit sebagai atapnya, menurunkan air hujan, sehingga tumbuh beraneka macam tumbuh-tumbuhan, semua itu disediakan untuk memenuhi hajat hidup manusia. Termasuk Allah telah memberikan pakaian kepada manusia.
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu pakaian!
Sudah diberikan kecukupan, bahkan dilebihkan segala keperluan hidup, bahkan telah banyak yang hidup dalam bermegah-megahan, berlomba dalam banyak harta, anak, perhiasan, dan hewan ternak. Sehingga diantara mereka banyak yang lalai terhadap anugerah Allah, karena itu rasul melanjutkan sabdanya yang merupakan firman Allah:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya aku akan mengampunimu!
Seberapapun dosa hamba terhadap Khaliq akan diampuni, karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa mengingat pada dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, melupakan amal shalih yang telah dilakukan. Karena yang demikian ini akan menjadi muslim yang akan selalu memperbaiki dan meningjatkan amal ibadah kepada Allah, tiada puas-puasnya dalam beribadah.
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya”.

يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا
Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا
Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk, maka hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.

يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
Hai hamba-Ku. sesungguhnya amal perbuatan kalian senantiasa akan Aku hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan kemudian Aku akan berikan balasannya. Barang siapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan barang siapa yang mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri."
Hadits Muslim no- 4674 , Hadits Ahmad no - 20451

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

11/22/2019

Menjadi muslim yang baik


Menjadi muslim yang baik, tentu hal ini menjadi harapan bagi umat nabi Muhammad SAW. Menjadi adalah suatu proses, jadi dari kebaikan itu akan terus ditingkatkan. Karena itu baik itu selalu berlawanan dengan buruk atau jahad. Kebaikan itu suatu yang dikehendaki Allah karena hasil dari perbuatan melaksanakan perintah Allah. Bagaimanakah bila diperlakukan orang lain secara tidak wajar, misalnya disakiti, didhalimi, difitnah dan lainnya. Muslim yang baik bukan membalas dengana hal tersebut atau yang serupa, tetapi dari keburukan itu dibalasnya dengan perilaku yang baik dan terpuji.



اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,اَلْمَبْعُوْثُ بِالْحَقِّ وَالْوَفَى. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا  مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَااَيُّهَالنَّاسُ كُلُواْمِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلَالً طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانَ اِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّمُبِيْنٌ
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Pada mimbar Jum’at ini saya mengajak pada jamaah sekalian, marilah bersama-sama kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintahnya dan berupaya untuk meninggalkan larangan Allah SWT. Sesungguhnya dwi fungsi manusia atas penciptaan Allah terhadap manusia. Manusia adalah sebagai hamba-Allah dan sebagai khalifah Allah. Karena itu untuk mewujudkan peran ganda tersebut Allah SWT memberikan perintah dan larangan. Setiap perintah pasti akan membawa pada kebaikan sebaliknya larangan Allah bila dilaksanakan maka akan membawa pada bencana, malapetaka bahkan dosa. Karena itu dengan perintah dan larangan Allah itu kita cermati kita hayati, kita pahami untuk bisa dipilih dan dipilah dalam kehidupan sehari-hari. Allah memerintahkan





“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bertaqwa kepada-Nya, yaitu untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Perwujudan dari iman dan taqwa dijelaskan oleh Rasullulah SAW.
اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik (HR. Ahmad, Tirmidzi, Baihaqi).

Mengacu pada sabda Rasulllah tersebut, bahwa diutusnya nabi Muhammad SAW tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq bagi sekalian alam. Hal ini jelas ketika melihat idiologi masyarakat Jahiliyah, kondisi sosial kemasyarakatan yang telah menyimpang dari aturan Allah. Demikian pula bahwa pada diri Rasulullah juga terlah tertanam suri tauladan (uswatun hasanah). Maka sudah sewajarnya beliau melanjutkan sabdanya واتبع السيئة الحسنة تمحها agar mengikuti keburukan dengan kebaikan, karena kebaikan itu akan menghapuskan keburukan. Keburukan bila dibalas dengan keburukan maka akan menjadi lingkaran syetan, sehingga tiada kebaikan akan tersebar, keberkahan akan terwujud karena yang terbangun adalah perilaku angkara murka. Namun bila keburukan itu diganti dengan kebaikan akan terbangun kehidupan yang damai, harmonis, aman dan sejahtera. Bahkan Rasululah masih melanjutkan sabda-Nya 
وخالق الناس بخلق حسن
Dalam menjalin hubungan sosial hendaknya menerapkan sikap dan akhlaq yang terpuji.
Karena itu tidak bisa ditawar lagi bahwa iman dan taqwa itu di manapun berada. Iman dan taqwa tidak tergantung pada suatu tempat dan situasi. Karena hendaknya iman dan taqwa yang akan mewarnai situasi dan tempat. Bagaimanakah kondisi dan situasi yang berada dalam kondisi kemaksiatan tetap berpegang pada iman dan taqwa, suatu wilayah yang berada pada keingkaran kepada Allah selalu ditegakkan iman dan taqwa. Maka dengan demikian Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya bagi sekalian alam.

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’rof: 96)

Suatu negeri yang penduduknya beriman dan bertaqwa  menjadi kunci bagi Allah akan memberikan keberkahannya, Allah berkuasa untuk menciptakan kejayaan dan kemakmuran di tengah masyarakat yang jauh dari petunjuknya, tapi yang terjadi akan mendatangkan bencana dan malapetaka baik terhadap negrinya maupun bagi yang lain. Hal ini karena kejayaan dan kemakmuran jauh dari keberkahan.
Untuk selanjutnya Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya (haqqa tuqaatihi). Di dalam tafsir Ibnu katsir haqqa tuqaatihi dimaknai dengan taat kepada-Nya dan tidak maksiat terhadapnya, Selalu mengingat-Nya dan tidak lupa kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap nikmat-Nya.

Kemudian dilanjutkan dalam firman-Nya: “walaa tamutunna ilaa waantum muslimuun” dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)
Artinya, peliharalah Islam dalam diri kita selagi kita sehat dan sejahtera, agar kita nanti mati dalam keadaan beragama Islam, sesungguhnya pengamalan ajaran Islam adalah karena suatu pembiasaan, ketika sudah terbiasa maka akan menjadi ringan dan mudah. Misalkan menegakkan shalat 5 waktu pada awalnya adalah berat dan menyulitkan, namun kalau sudah dibiasakan maka akan menjadi ringan dan mudah. Bahkan bagi mereka akan merasa kurang dalam menegakkan shalat 5 waktu, sehingga ditambah dengan shalat-shalat sunnah yang lain. Demikian pula shalat berjamaah itu juga akan menjadi ringan bila telah dibiasakan.

Barang siapa yang hidup menjalani suatu hal yang baik, maka ia pasti mati dalam keadaan berpegang kepada yang baik dan dalam kondisi khusnul khatimah. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan tidak berpegang pada syari’at Allah, maka akan menjadi suul khatimah kelak ia dibangkitkan dalam keadaan yang amat rugi.
Ada dua konsepsi ahlussuffah dalam melaksanakan perintah Allah:
·         Khauf dan roja’, takut dan harap yang dipelopori ahlussuffah Hasan Basri. Bahwa setelah memahami perintah dan larangan Allah, balasan dan ancaman Allah, maka muncul rasa takut bila meninggalkan perintah Allah akan mendapat azab dan siksa. Sehingga berusaha melaksanakan perintah Allah dengan penuh harap akan mendapat pahala dan surga.
·         Hub, cinta yang dipelopori ahlussuffah Rabiah Adawiyah. Dalam konsepnya beliau melaksanakan perintah Allah bukan karena mengharapkan pahala dan surga. Beliau melaksanakan larangan Allah dan meninggalkan perintahnya bukan karena takut siksa dan neraka. Namun semua itu dilaksanakan karena cinta.

Sebagai orang awam marilah kita kaji, pahami dan laksanakan perintah Allah, sebagai wujud rasa syukur bahwa Allah telah memberikan kesempurnaan pada manusia. Karena kita hidup di bumi Allah, kita makan minum dari semua milik Allah, bahkan kita memintapun kepada Allah. Mudah-mudahan Allah selalu memberkahi kita semua, amin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

11/09/2019

Do'a Ziarah Hari Pahlawan 2019 - Renungan akan kematian



Ziarah kubur adalah suatu upaya untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur dalam berjuang membela Negara. Ziarah kubur juga syarat dengan perenungan dan permohonan pada Allah, agar mereka selalu dalam kedamaian, penuh dengan ampunan Allah SWT.

Ziarah kubur untuk menggugah pada setiap insan bahwa dirinya adalah makhluk Allah yang mana suatu saat juga akan menghadapi kematian. Karena itu selagi masih diberikan kehidupan, memohon agar hidupnya bisa lebih bermanfaat. Berikut do’a ziarah para pahlawan.


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ


Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat-Mu, atas segala kasih dan sayang-Mu, pada hari ini berada pada pusara para pahlawan dan syuhada’ bangsa, untuk mengenang jasa dan perjuangannya. Dalam kegiatan ziarah nasional, Hari Pahlawan 10 November 2019.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Lipat gandakanlah pahala amal dan perbuatan para pahlawan bangsa, beratkanlah timbangan amal kebaikannya, jadikanlah bakti dan semangat serta keteladanannya menjadi inspirasi dan semangat cinta tanah air.

Karena itu ya Allah jadikanlah amal perbuatan dan perjuangan senantiasa hidup untuk menjadi teladhan bagi bangsa Indonesia, bersatu dalam perbedaan, bersama dalam keberagaman. Jadikanlah ilmu dan strateginya menjadi bekal kami dalam membangun Negara dan bangsa kami. Dan jadikanlah keluarga dan ahli waris yang ditinggalkan menjadi keluarga yang sakinah, bahagia sejahtera lahir dan batin.


Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengampun. Ampuni dan kasih sayangilah para pahlawan kusuma bangsa kami, maafkanlah kesalahan mereka, hormatilah kedatangan mereka, luaskanlah tempat diam mereka, terangilah kuburnya, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan lebih baik, jauhkanlah mereka dari huru-hara kubur dan siksaan api neraka.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ ، وارْحمْهُمْ ، وَعَافِهِمْ ، وَاعْفُ عَنْهُمْ ، وَأَكرِمْ نُزُلَهُمْ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُمْ وَاَغْسِلْهُمْ بِالْمَاءِ والثَّلْجِ وَالْبَرَدِ ، ونَقِّهِمْ منَ الخَطَايَا، كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبُ الأبْيَضُ منَ الدَّنَسِ ، وَأَبْدِلْهُمْ دَارًا خَيْراً مِنْ دَارِهِمْ ، وَأَهْلاً خَيّراً منْ أهْلِهِمْ، وزَوْجاً خَيْراً منْ زَوْجِهِمْ ، وأدْخِلْهُمُ الْجنَّةَ ، وَأَعِذْهُمْ منْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ النَّار " والحمدلله رب العالمين.


Do'a Hari Pahlawan 2019 Aku Pahlawan Masa Kini


Hari pahlawan adalah suatu momentum yang sangat bagus untuk membuka kembali sejarah  perjuangan  dan pengorbanan para pahlawan. Dari merekalah negara Republik Indonesia terwujud. Sungguh besar jasa mereka, mereka yang menanam kita yang mengetam. Karena itu sebagai wujud rasa terimakasih kepada mereka gunakanlah sebagian dari panenan itu untuk kentingan bangsa dan Negara.

Karena itu tema hari Pahlawan tahun ini “Aku Pahlawan Masa Kini”. Diharapkan setiap insan bergerak hatinya untuk berjuang membangaun negeri sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing.




أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى  سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ  اَجْمَعِيْنَ.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Mu, atas limpahan nikmat dan karunia-Mu, sehingga pada pagi hari ini kami dapat melaksanakan upacara bendera, memperingati hari pahlawan kusuma bangsa yang telah gugur mendahului kami, demi kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah kepada-Mu.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Kuasa
Dengan peringatan hari Pahlawan ini, jadikanlah media bagi kami untuk membuka kembali sejarah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa untuk meraih kemerdekaan. Cururan keringan, tumpahnya darah bahkan rela mengorbankan jiwa dan raga demi cita-cita meraih kemerdekaan.

Kini mereka telah tiada, mereka telah menitipkan bangsa dan negara kepada para putra bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan. Karena itu ya Allah wariskanlah semangat kepahlawanan kepada kami, untuk terus berjuang dan berkorban demi bangsa dan Negara. Bangkitkanlah semangat kepahlawanan dalam diri kami untuk lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Wariskankah semangat kepahlawanan kepada kami untuk menjadi insan yang terbaik, selalu berlomba untuk meningkatkan kinerja guna memberikan yang terbaik bagi bangsa dan Negara. Karena itu ya Alllah bimbingklah kami dan berikanlah petunjuk kepada kami.

Ya Allah hindarkanlah bangsa kami dari bencana dan mala petaka, agar kami dapat meneruskan pembangunan bangsa kami, demi mewujudkan bangsa Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin,  selalu berada dalam naungan ridha dan ampunan-Mu.

Ya Allah ya ghaffar, ampunilah dosa kami, orang tua kami, dosa para pemimpin kami, muliakanlah ya Allah kedatangan mereka disisi-Mu, amin.

رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

8/15/2019

Doa Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia


Kemerdekaan adalah anugerah Allah, kemerdekaan diperoleh dengan perjuangan dan pengorbanan para syuhada’. Kemerdekaan diperoleh dengan cucuran keringat, tetesan darah, pengorbanan jiwa dan raga. Bagaimanakah dahulu rakyat Indonesia hidup dalam penderitaan, penindasan, kemiskinan dan kebodohan. Sejarah telah membukakan hati kita untuk mengingat perjuangan dan pengorbanan mereka.

Kini kita hidup di alam merdeka, kita hendaknya menyukuri nikmat kemerdekaan dengan mengisi kemerdekaan. Yang masih dalam taraf pendidikan untuk lebih rajin belajar, yang sudah bekerja untuk lebih giat bekerja, yang menjadi pemimpin untuk lebih amanah, rakyatnya taat, dan semuanya bekerja dan berkarya berdasar pada profesinya dengan tidak melupakan zat yang menciptakan dari semua yang ada, tentu saja dengan meningkatkan amal ibadah kepada-Nya.


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ, اللّٰهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى  سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ  اَجْمَعِيْنَ.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Mu, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Mu sehingga pada pagi hari ini kami dapat berkumpul di tempat ini dalam kegiatan upacara bendera Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74, dalam suasana yang aman, damai dan sejahtera, sembah sujud senantiasa kami panjatkan kehadirat-Mu. Karena Engkaulah pencipta, pengatur dan pemilik dari semua yang ada ada.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ingatkan dan sadarkanlah bangsa kami, dengan semangat dan perjuangan para pahlawan yang telah dengan ikhlas mengorbankan jiwa dan raga untuk meraih kemerdekaan. Karena itu ya Allah, kemerdekaan yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, berikanlah kami kemampuan untuk mengisi kemerdekaan, dengan senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan serta persaudaraan. Jauhkanlah segala perilaku jelek yang akan membawa pada perpecahan dan permusuhan. Karena kami bangsa yang satu, yaitu Indonesia.

Ya Allah, ya haady, bimbinglah kami, terangilah hati dan fikiran kami dengan nur hidayah-Mu  agar kami dapat menjadi pribadi yang ikhlas beramal. Jadikanlah kami, sebagai aparatur negara yang bisa bekerja dengan integritas, professional, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan. Karena kami yakin ya Allah, bahwa segala yang kami lakukan kelak akan Engkau mintai pertanggungjawaban.

Ya Allah ya ghoffar, ampunilah dosa kami, orang tua kami, para pemimpin kami, kabulkanlah permohonan kami, amin.
رَبَّناَ تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيناَ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الا خرة حسنة وقنا عذاب النار, والحمد لله رب العالمين.

6/06/2018

Mengisi Ramadhan Bulan Penuh Ampunan



اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin jemaah jum’ah Rahimakumulah
Tidak terasa bahwa puasa Ramadhan yang kita laksanakan sudah masuk pada sepuluh hari yang kedua, semoga Allah memberikan maghfirah kepada hamba-Nya yang senantiasa beristiqomah, ikhlas dan sabar dalam melaksanakan perintah Allah. Serta pada sepuluh hari yang kedua kita berupaya untuk memaksimalkan kegiatan di bulan Ramadhan, guna meraih ampunan Allah SWT, Rasullulah SAW pernah bersabda

اوله رحمة واوسطه مغفرة واخره عتق من النار

“ Awal puasa Ramadhan adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”.

Dari hadits tersebut ada tiga kelompok yaitu Ramadhan pertama, pertengahan dan yang terakhir. Yang pertama bila kita hubungkan dengan tanggal dalam satu bulan ada 29 atau tiga puluh hari, maka yang pertama adalah tanggal 1-10, yang pertengahan adalah 11-20 dan yang terakhir adalah 21-29 atau 30. Pada tanggal 1-10 pada bulan Ramadhan Allah SWT melimpahkan seluruh rahmatnya bagi hamba-hambanya utamanya adalah orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa, dan pada tanggal 11-20 Allah melimpahkan maghfirahnya bagi orang-orang yang beriman.
Karena itu pada sepuluh hari yang kedua diupayakan berlomba untuk meraih ampunan Allah:


“dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”, (QS. Ali Imran: 133)

Pada sepuluh hari yang kedua pada bulan Ramadhan ini Allah melimpahkan maghfirahnya kepada orang-orang yang beriman. Karena itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman bila telah melakukan perbuatan yang tercela, perbuatan yang dilarang, Allah memerintahkan untuk segera meminta ampun, beristighfar atau berobat, dengan demikian orang mukmin ini kelak akan dimasukkan ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Dalam Alquran surat Ali Imran ayat 134-135 Allah menjelaskan bahwa memohon ampunan, beristighfar atau bertobat hendaknya diiringi dengan melakukan amaliyah shalihah. Yang implementasi diantaranya:

  1. Menafkahkan atau membelanjakan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit. Setiap harta yang di miliki terdapat hak-hak bagi fakir miskin. Harta merupakan titipan Allah sehingga dengan harta bisa menjadi bahagia namun kadang membuat orang yang lupa diri, sehinga dengan harta kadang melakukan perbuatan diluar batas yang justru pada akhrnya merugikan pada dirinya sendiri.
  2. Menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Amarah adalah akhlaq yang tidak terpuji, banyak terjadi ketika marah orang akan berkata dan bertindak tanpa control. Tak jarang bila marah telah reda maka akan timbul penyesalan, namun kadang dengan marah yang tidak terkendali justru akan menimbulkan perbuatan lain yang lebih mengerikan. Karena akan terjadi perilaku jahat seperti pembunuhan, penyiksaan, adu-domba dan fitnah. Karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda:

ليس الشديد بالشرعه وانما الشديدالذى نفسه عند الغضب

         “bukanlah keperkasaan itu yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi orang yang               perkasa adalah yang dapat mengalahkan hawa nafsunya ketika sedang marah. (Hadits)

Dan mau memaafkan terhadap orang yang bersalah dan meminta maaf adalah merupakan perilaku terpuji, demikian pula menyedari kesalahannya lalu meminta maaaf juga merupakan akhlaq terpuji.


3.  Berlomba-lomba melakukan perbuatan yang baik karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.




“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah: 177)


4. Apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, yaitu melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil, segera ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosanya.

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Annisa’: 110)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumulah
Setiap perintah dan larangan Allah pasti ada hikmah dibalik itu, melaksanakan perintah Allah maka akan dikelompokkan menjadi orang yang shalih dan bisa mencapai muttaqin. Bila perintah Allah ditinggalkan, larangannya justru dilaksanakan maka akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang fasik, mereka akan menerima dosa. Setiap pahala dan dosa yang dilakukan akan berdampak pada kehidupan dunia dan akhirat. Dengan amal shalih sehingga mendapatkan pahala maka Allah akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Di dunianya akan merasa manjadi hamba yang dekat dengan Allah, dan di akhirat akan dimasukkan ke dalam surganya.
Semoga puasa Ramadhan pada sepuluh hari yang kedua ini kita akan semakin istiqomah, ikhlas dan bersemangat dalam melaksanakan ibadah serta amalan sunnah, tidak lain kita mengharapkan ampunan dari Allah SWT. Dan pada akhirnya kita akan menjadi muslim yang muttaqin, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


5/24/2018

Pentingnya Pendidikan Aqidah Dalam Keluarga



Luqmanul Hakim adalah sosok manusia biasa diberi hikmah oleh Allah sehingga mempunyai derajad kenabian. Namanya diabadikan didalam Alquran, beliau mempunyai prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran terhadap keluarga. Apa pelajaran pertama yang disampaikan kepada anak-anaknya, beliau ternyata mengutamakan prinsip pengajaran tentang aqidah atau keyakinan terhadap Allah. Firman Allah dalam Alquran Surat Luqman ayat 13:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Prinsip-prinsip keyakinan ini untuk selanjutnya diimplementasikan pada amal nyata, karena sesungguhnya abukan disebut sebagai orang yang beriman tanpa amal, dan amal yang baik adalah yang erdasar pada keimanan, adapun implentasi dari keimanan/ keyakinan itu disebutkan secara berturut-turut mulai ayat 14-19 dengan intisari perintah:

  1. Berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
  2. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku
  3. Senantiasa memberi motivasi untuk berbuat baik, karena sekecil apapun kebaikan akan tetap memdapatkan pahala, bahkan sekalipun berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi
  4. Menyuruh untuk mendirikan shalat.
  5. Menyuruh orang lain untuk mengerjakan yang baik dan mencegah (mereka) dari perbuatan yang mungkar.
  6. Senantiasa bersabar ketika mendapatkan musibah.
  7. Senantiasa bersyukur kepada Allah.
  8. Jangan berpaling kepada manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
  9. Bersikap sederhana ketika berjalan dan melembutkan suara.


Ternyata prinsip keyakinan ini teramat penting karena fondasi kokohnya bangunan keluarga tergantung dari penanaman keyakinan terhadap Allah. Setiap orang hendaknya meyakini bahwa alam semesta beserta isinya adalah ciptaan Allah dan manusia sebagai hamba Allah yang diberikan amanat untuk menjadi khalifah di muka bumi. Bahwa bumi telah dihamparkan sebagai tempat berpijak dan langit menjadi atap, hujan diturunkan dari langit dan darinya Alah menumbuhkan beraneka macam tanaman yang menghasilkan bagi manusia untuk kesejahteraan hidup manusia.

Jadi bahwa setelah Allah menciptakan bumi beserta isinya, Allah tidak membiarkan makhluknya dalam keadaan terlantar dan kekurangan, namun semuanya telah disediakan oleh Allah. Karena itu Allah telah memberikan perlengkapan hidup dan kekuatan untuk meraih apa yang diharapkan, ingin menjadi orang kaya, yang hidup serba kecukupan, manusia bisa meraihnya karena bahan-bahannya telah tersedia, dan penciptaan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Kurang apa bila manusia telah diberikan panca indra yang dilengkapi dengan akal, hati dan nafsu.

Dengan akal, manusia akan bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar dan aman yang salah, dengan akal manusia bisa menerjemahkan dan memahami ayat-ayat Allah. Dan agar tidak tersesat dari pola fikir bebas maka Allah memberikan tuntunan berupa kitab suci dan sunnah nabi. Dengan hati manusia akan bisa merenungkan keagungan Allah, sehingga dirinya merasa selalu dekat dan berada dalam pengawasan Allah SWT, dengan nafsu manusia mempunyai dorongan dan motivasi untuk mewujudkan obsesinya.

Orang akan mempunyai dorongan untuk menegakkan shalat dengan istiqomah bila telah mempunyai fondasi keyakinan, walaupun dalam tataran awal khususnya bagi orang-orang awam bahwa shalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, sehingga bila telah memenuhi syarat dan rukunnya maka shalatnya sudah sah. Orang dalam kategori ini kadang sulit dibedakan dalam hal perilakunya dengan orang yang tidak menegakkan shalat atau menegakkan shalat namun hanya kadang-kadang saja.
Berbeda dengan orang yang menegakkan shalat yang bisa menghadirkan hati, maka shalatnya benar-benar menjadi media komunikasi kepada Allah, dirinya merasa dekat dengan Allah. Bahkan dalam menegakkan shalat nyaris tak pernah meraskan adanya beban. Semuanya dilaksanakan mengalir, reflek, bahkan ibadah shalat adalah menjadi media untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah. Syukur terhadap segala pemberian Allah yang sama sekali tidak bisa dihitung. Sehingga orang yang dalam kategori ini dengan shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Perbuatan keji dan munkar adalah merupakan larangan Allah, seandainya perbuatan keji dan munkar tidak berdosa, maka Allah tidak akan mengutus para rasul yang membawa risalah untuk menyempurnakan akhlaq bagi manusia. Meninggalkan keburukan dan berlomba dalam kebaikan hendaknya dimulai dari keluarga, proses pendidikan, pengajaran dan pemberian keteladanan sehingga di lingkungan masyarakat akan tetap teguh bahkan bisa menjadi motivator dan uswatun hasanah yaitu yang selalu giat memberikan motivasi dan memberikan keteladanan dalam melaksanakan amal kebaikan.

Dua hal antara motivasi dengan keteladanan saling keterkaitan, motivasi yang disampaikan akan mempunyai nilai dan bobot spiritual jika motivator telah mendapatkan pengalaman spiritual. Ibarat menjadi kata yang bertuah, kata bijak penuh makna yang perlu diteladani. Sering terjadi kata hikmah menjadi ucapan kosong yang tak bermakna, karena motivasi hanya suatu upaya merangkai kata-kata yang indah tetapi gersang dari nilai spiritual, antara lisan dan hati tidak konek. Sehingga kata bertuah hanya berlaku sesaat, timbul rasa kagum, namun setelah waktu berlalu tidak ada greget hati untuk mengadakan perubahan menuju yang lebih baik.

Inilah keteguhan yang diawali dengan pendidikan dan penanaman aqidah dalam keluarga, sangat berpengaruh dalam perilaku kehidupan anggota keluarga. Demikian pula dengan keyakinan yang teguh akan berdampak pada sikap optimis dalam menjalani kehidupan. Dengan keyakinan yang teguh maka akan menyadari bahwa dalam segala aktifitas dan perbuatan, sesungguhnya manusia hanya bisa berusaha, manusia bisa bercita-cita yang setinggi-tingginya namun ternyata keputusan berada pada kekuasaan Allah.

Allah yang menentukan qadha dan qadarnya manusia. Bagaimanakah jika orang tidak mempunyai keyakinan yang demikian ini. Niscaya akan menjadi pribadi yang mudah terkena depresi, karena tidak semua usaha dan daya upaya, rencana dan kegiatan akan selalu sukses dan sesuai dengan harapan. Bahkan kadang kesuksesan yang didapatkan membuat pribadi yang angkuh, sebagaimana Fir’aun yang berpandangan bahwa dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki dapat mengalahkan segalanya, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Inilah bahayanya karena tidak mempunyai fondasi keimanan kepada Allah SWT. Yang pada akhirnya bahwa apa yang diperoleh baik itu berupa harta, pangkat dan jabatan tidak menjadikan dirinya sebagai pribadi yang bersyukur. Dan jika mengalami kegagalan akan semakin kufur.

Karena itu pendidikan aqidah harus ditanamkan dalam keluarga, Allah SWT menegaskan dalam firmannya:
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. Attahrim: 6)


5/22/2018

Saling Menghormati Anggota Keluarga



Setiap manusia tentu mempunyai keluarga, sebagai tempat berlindung, berkumpul, berbagi suka dan duka. Ada keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dan keluarga yang besar terdiri dari ayah, ibu, dua anak atau lebih, kakek, nenek, pembantu. Keluarga adalah diibaratkan sebagai suatu bangunan. Kuatnya suatu bangunan bila semua unsur saling keterkaitan, saling berhubungan, saling menguatkan dan setiap unsur berada pada posisinya. Fondasi bangunan yang kuat akan menentukan kokohnya suatu bangunan, tiang menjadi penyangga bangunan, pagar atau tembok sebagai penutup dan pemisah antara satu bagian dengan yang lain. Glogor, blandar, usuk, reng sebagai kerangka kap suatu bangunan, atap sebagai penutup bangunan dari panas dan hujan.

Setiap bangunan sudah mempunyai fungsi yang berbeda, jangan sepelekan bagian yang kecil. Karena dia akan menjadi penopang kokohnya suatu bangunan. Demikian pula kerusakan betapapun kecilnya harus diperbaiki. Misalnya atap yang bocor walaupun kecil akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Keluarga diibaratkan suatu bangunan, kokohnya keluarga antara satu anggota dengan yang lain hendaknya saling terjalin untuk saling menghormati, menghargai, saling asah, asih dan asuh.

Karena itu Allah SWT berpesan:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat: 11-12)

Merendahkan, menghina, mencela, memanggil dengan panggilan yang buruk, berburuk sangka, mencari kesalahan dan suka bergunjing hal ini adalah sikap dan perilaku yang merusak sendi-sendi untuk saling menghormati. Karena perlu disadari sesungguhnya andaikan yang dihina, dicela, diejek dicari-cari kesalahnnya adalah keluarganya pada dasarnya dia mencela dirinya sendiri. Rasul bersabda:

"الْمُؤْمنُ للْمُؤْمِن كَالْبُنْيَانِ يَشدُّ بعْضُهُ بَعْضاً " وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِه . متفق عليه .

Seorang mu'min terhadap mu'min yang lain itu adalah sebagai bangunan yang sebagiannya mengokohkan kepada bagian yang lainnya," dan beliau SAW merenggangkan antara jari-jarinya." (Muttafaq 'alaih)

مثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعاطُفِهِمْ ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَداعَى لهُ سائِرُ الْجسدِ بالسهَرِ والْحُمَّى " متفقٌ عليه .

"Perumpamaan kaum mu'minin dalam hal saling sayang-menyayangi, saling kasih mengasihi dan saling iba-mengiba itu adalah bagaikan sesosok tubuh. Jikalau salah satu anggota dari tubuh itu ada yang merasa sakit, maka tertarik pula seluruh tubuh, karena ikut merasakan sakitnya, dengan berjaga, tidak tidur, serta merasa panas." (Muttafaq 'alaih)

Sikap saling menghormati menjadi sarana kokohnya suatu keluarga, dan pembelajaran yang baik ini akan berpengaruh dalam pergaulan ditengah-tengah masyakat serta di segala komunitas senantiasa akan mengembangkan sikap saling menghormati. Ada beberapa model dan cara untuk mengembangakan sikap saling menghormati khususnya dalam keluarga:

  1. Bertutur kata yang baik, panggillah dengan panggilan yang baik, bila terhadap yang tua panggillah dengan kakek, nenek, ayah, ibu, bapak, papa, mama, abi umi, kakak, mbak, mas, om, tante. Dan panggilan dari orang tua kepada yang lebih muda dengan nak, dik, le, nang, gus dan lainnya. Sehingga panggilan yang baik ini akan berpengaruh terhadap orang yang dipanggil. Bandingkan bila memanggil langsung pada penyebutan namanya, tentu akan menimbulkan perasaan yang tidak baik.
  2. Jauhkan dari kata-kata yang kotor bila mendapati saudaranya melakukan kesalahan tetapi berilah dengan nasehat yang baik. Sesungguhnya kata-kata yang kotor akan membawa perubahan sikap dan perilakunya baik terhadap sesama keluarga maupun perilaku dalam beraktifitas. Bila sebagai pelajar atau santri akan menimbulkan kurang minat belajar dan bagai pegawai, karyawan dan pekerja akan menurunkan minat kerja serta sikap yang kurang simpatik.
  3. Tutur kata memegang peran penting dalam sikap dan perilaku, sehingga dalam bahasa jawa terdapat basa karma inggil, madya lan ngoko. Dengan basa jawa krama akan menjaga keharmonisan dan dapat mengindarkan percekcokan. Misalnya anak pada orang tua, istri dengan suami. Dan untuk melakukan pendidikan yang tuapun bisa berhasa jawa krama dengan yang lebih muda.
  4. Menjaga akhlaq, sopan-santun, perbuatan dan berusaha untuk memberikan teladan.
  5. Biasakan untuk memberikan pujian dan penghargaan bila yang lain telah pekerjaan yang mendatangkan kebaikan.
  6. Mendengarkan ketika dinasehati atau mendengarkan saat saudara yang lain bicara, tidak memotong atau meninggalkan pembicaraan sebelum semuanya jelas.
  7. Terdapat sikap saling bertegur sapa, menolong, setiap ada kesulitan akan ditanggung secara bersama.


Bila senantiasa dapat mengembangkan sikap demikian ini tentu akan dapat mewujudkan keluarga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin, keluarga yang menjadi idaman setiap orang.

5/18/2018

Berkah Puasa dalam Keluarga



Puasa Ramadhan adalah perintah Allah yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tujuan akhir puasa adalah untuk menjadi orang yang bertaqwa. Karena itu taqwa adalah suatu predikat yang yang harus diusahakan. Ingin menjadi orang yang taqwa diantaranya dengan meleksanakan puasa Ramadhan. Setiap perintah Allah akan membawa konsekwensi, hikmah, barakah dan keutamaan. Demikian pula puasa Ramadhan banyak membawa hikmah, rahmah dan berkah, bagaimanakah berkah puasa dalam keluarga?

Kata berkah berasal dari kata barakah menurut bahasa adalah azziyadah yang berarti tambahan, nilai tambah. Assa’adah kebahagiaan, addu’a doa, al manfaah kemanfaatan, al baqa’ kekal, attaqdis sesuatu yang suci. Adapun menurut istilah adalah tsubutul khairillahi fisy-syai yaitu Allah menetapkan kebaikannya itu di dalam sesuatu (yang telah ditentukan Allah). Dengan barakah itu pada mulanya orang tidak mempunyai apa-apa lalu Allah menetapkan keberkahannya, maka orang itu menjadi mulia. (Tafsir Mau’udhui, Pembangunan Ekonomi Umat, Kementerian Agama RI 2012: hal 145)
Jika dalam harta terdapat barakah, maka harta itu baik, bermanfaat dan mencukupi bahkan nilai kualitasnya melebihi nilai kuantitasnya. Keberkahan dari Allah kadang datang dari arah yang tidak di duga atau dirasakan secara materiil dan tidak pula dibatasi atau bahkan diukur. Rasulullah SAW pernah berdoa dan di baca berulang-ulang Allahummafirli dzanbi wawassi’li fi daari wa barikli fi rizki wahai Allah, ampunilah dosaku, lapangkanlah bagiku rumahku dan berkailah aku dalam rezkiku.
Keluarga menjadi pilar utama untuk meraih keberkahan:


“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. Attahrim: 6)

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa menurut Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Yakni amalkanlah ketaatan kepada Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kamu dari api neraka.

Menurut Qatadah makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” yaitu memerintahkan untuk taat kepada Allah dan mencegah dari perbuatan durhaka kepada Allah, menegakkan perintah Allah, menganjurkan melaksanakan dan membantu untuk mengamalkannya. Bila melihat perbuatan maksiat terhadap Allah berada disekitarnya, maka harus dicegah dan melarang untuk melakukannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya, baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya. hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi.

Dalam hadis Rasulullah SAW pernah bersabda:
مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ، فَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا رواه ابوا داوود)

“Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya”. (HR. Abu Dawud)

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memulai melakukan pendidikan, pelatihan dan sekaligus pembiasaan perbuatan baik, perbuatan yang diperintahkan Allah dan tidak dilarang oleh agama dimulai dari dirinya sendiri. Bila meneladani Rasulullah SAW bahwa apa yang beliau lakukan itulah yang telah beliau katakana, dan apapun yang beliau katakan tentu dilakukan. Karena itulah beliau menjadi figur uswatun hasanah/ suri tauladhan yang baik..

Setelah melakukan pembinaan terhadap dirinya sendiri dilanjutakan dengan pembinaan terhadap keluarga. Puasa Ramadhan menjadi mementum untuk melakukan pendidikan dan sekaligus ajang shilaturrahmi dalam keluarga. hal ini tentu saja tidak lepas dari perilaku hidup di zaman modern yang menuntut cepat, mudah bahkan kadang instan. Ketika masing-masing anggota keluarga sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Bahkan kadang-kadang hanya bisa bertemu pada waktu pagi hari dan malam hari saja, bahkan orang tua yang mempunyai anak masih kecil pagi hari melihat anaknya masih tidur, pulang kerja anaknya sudah tidur, setiap pribadi sudah menghabiskan waktu ditempat kerja.

Puasa bukan hanya upaya untuk menahan diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan sex sejak waktu imsya’ hingga terbenam matahari. Ternyata diiringi dengan perilaku positif untuk menambah kuantitas ibadah, misalnya tentang shalat sunnah, tadarus Alquran, meningkatkan infaq, shadaqah, dan amaliyah ibadah lainnya. Sehingga diharapkan akan menjadi kebiasaan yang kelak akan dilaksanakan dengan ringan, mudah dan tanpa beban sehingga dari kuantitas ibadah akan beralih menjadi ibadah yang berkualitas.

Karena itu ternyata momentum puasa Ramadhan bisa mendatangkan keberkahan:

  1. Puasa Ramadhan menjadi langkah untuk mewujudkan kelurga sakinah, mawaddah dan rahmah. Dalam puasa akan menanamkan keyakinan yang mantap, sifat sabar, ikhlas, disiplin, menyadarkan sikap bertanggung jawab. Keluarga idaman bukan datang dengan sendiri namun harus diupayakan. Ibadah puasa menjadi salah satu media yang akan mendatangkan keberkahan. Bagaimana akan menjadi keluarga Samara bila dalam keluarga tidak tertanam sikap disiplin, ikhlas, sabar, keyakinan yang utuh terhadap janji dan ancaman Allah.
  2. Setiap keluarga bisa berkumpul disaat berbuka dan sahur. Berbuka puasa dan sahur menjadi momentum kebersamaan dalam keluarga. Bagaimanakah setiap diri bisa saling mengingatkan untuk meneladani cara makan yang dilakukan oleh Rasulullah, berdoa sebelum makan, mengambil yang terdekat, tidak berlebihan, tidak sambil bergurau, mengunyah tidak berbunyi, sambil duduk. Termasuk disaat berbuka dan sahur orang tua bisa menanyakan tentang segala hal yang berkaitan dengan putra-putrinya, misalnya tentang sekolahnya, temannya, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Inilah keberkahan yang dirasakan untuk saling asah, asih dan asuh dalam keluarga benar-benar bisa terwujud.
  3. Bersama-sama menyempunakan ibadah dengan menegakkan shalat tarowih. Ibadah shalat tarowih bisa saling memberi motivasi sesama muslim untuk berbondong-bondong ke tempat shalat. Karena ibadah yang dilaksanakan secara bersama-sama akan lebih semarak dan bergairah. Puasa Ramadhan menjadi keberkahan bahwa putra-putri dan keluarga akan turut mengikuti shalat Tarowih, disamping itu juga akan mengikuti siraman rohani berupa kultum dan kehiatan tadarus Alquran. Karena itu keberkahan yang berupa amaliyah ibadah, setiap diri dalam keluarga hendaknya bisa saling memotivasi. Sehingga motivasi secara jam’iyah akan memotivasi keluarga dan keluarga akan memotovasi setiap anggota. Karena itu keberkahan ini hendaknya selalu ditingkatkan dan diwujudkan. Sehingga ibadah shalat Tarowih yang biasanya sangat ramai pada 10 hari yang pertama, hal ini karena motivasi jam’iyah. Maka hendaknya pada 20 hari terakhir motivasi justru berasal dari tiap diri dan keluarga bisa saling memotivasi agar pelaksanaan shalat tarowih selama bulan Ramadhan akan tetap semarak dan bergairah.
  4. Makanan dan minuman yang enak. Pada bulan Ramadhan pada umumnya berupaya untuk menyediakan menu spesial untuk berbuka dan sahur, menu ini biasanya jarang ditemukan bila tidak sedang berpuasa. Sehingga saat berbuka menjadi saat yang dinantikan. Pada dasarnya di saat lapar dan dahaga, makan dan minum apapun tetap enak, namun tenyata saat berbuka sudah mengupayakan dengan hidangan yang berbeda.
  5. Pada saat akhir bulan Ramadhan akan diakhiri dengan Idul Fitri, saat itulah pada umumnya disaat shalat Id dan shilaturrahmi berupaya untuk mengungkapkan kegembiraan dengan mensyukuri atas nikmat Allah, bergembira merayakan Idul Fitri dengan makanan beraneka macam dan pakaian yang bagus-bagus. Bukan berarti berlebih-lebihan, namun tentu saja ketika semuanya ini tersedia maka orang lainpun akan turut merasa senang. Karena hal ini telah diantisipasi bagaimana agar disaat Idul Fitri semua umat Islam berada dalam kegembiraan. Sehingga bila ada diantara saudara-saudara muslim yang berada dalam kesedihan dan kekurangan maka Islam mengatasinya dengan memberikan zakat fitrah.
  6. Pada bulan Ramadhan nuansa syiar semakin jelas ketika didalam rumah banyak terdengar bacaan Alquran, siaran, ceramah Islam, musik dan sinetron religi.

Begitulah bahwa secara umum setiap perintah Allah pasti ada hikmahnya dan melaksanakan perintah Allah pasti akan mendatangkan keberkahan. Apalagi melaksnakan puasa maka doanya akan dikabulkan Allah, dan melaksanakan puasa Ramadhan maka pahalanya langsung akan diterima oleh Allah SWT. Dan bagi setiap muslim yang melaksanakan amal ibadah pada bulan Ramadhan maka pahalanya akan lipatgandakan oleh Allah, sehingga bila dapat menyempurnakan ibadah puasa maka Allah memberikan keluasan untuk memasuki surga-Nya.

5/14/2018

Menyambuat Ramadhan Hikmah, Barokah, Rahmat, Maghfirah dan Raih Surga.



Allah SWT berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al Baqarah: 183)

Sebentar lagi kita akan masuk pada bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan hikmah, rahmat, barokah dan maghfirah. Bulan dimana seluruh amal ibadah umat Islam dilipatgandakan mulai dari 10 hingga 700 kali. Bulan dimana ketika umat Islam melaksanakan ibadah sunnah akan dicatat pahalanya sebagai ibadah yang wajib, bulan Ramadhan dimana pintu surga dibuka seluas-luasnya dan pintu neraka ditutup, bahkan untuk memberikan kesempatan bagi setiap muslim dengan keleluasaan masuk ke dalam surga, maka Allah membelenggu para syetan yang menjadi musuh hidup bagi manusia. Puasa akan menjadi benteng. Puasa akan membentuk pribadi yang sehat.

Pada bulam Ramadhan Allah SWT menurunkan Alquran sebagai petunjuk hidup umat manusia dan sebagai penjelas atas wahyu Allah yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam bulan tersebut Allah juga akan memberikan keutamaan beribadah dalam satu malam akan dicatat sebagaimana ibadah seribu bulan. Yaitu bagi muslim yang beribadah bertepatan dengan peristiwa lailatul qodar.

Karena itu dengan berbagai macam keutamaan dan kemurahan Allah, bagaimanakah sikap kita ketika akan memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّ مَ اللهُ جَسَادَهُ عَلَى النِّيْرَانِ

“ Barang siapa yang merasa senang akan memasuki bulan Ramadhan maka Allah mengharamkan jasadnya masuk ke naraka (Hadits).

Bukti rasa senang diniatkan didalam hati kemudian dikuatkan dengan tekat dan diaktualisasikan dalam bentuk amal perbuatan. Imam Buchari meriwayatkan dari Abu Ishak bahwa dia pernah mendengar Al Barra’ bahwa ada seorang laki-laki bertopeng besi (kinayah dari muka yang ditutupi dengan baju perang) datang kepada Rasul. Lalu dia bertanya “Wahai Rasulullah, aku berperang dahulu atau masuk Islam dahulu? Nabi menjawab masuk Islam dahulu baru berperang. Setelah masuk Islam dia ikut berperang lalu terbunuh. Kemudian rasul bersabda Dia telah beramal sedikit tapi mendapat pahala yang berlimpah”.

Jadi sebelum masuk bulan suci Ramadhan marilah kita mengaktualkan niat dan cinta menyambut Ramadhan dengan membuat perencanaan-perencanaan baik secara individu maupun secara kolektif. Sehingga nantinya memasuki bulan Ramadhan berupaya untuk meraih keberkahan dari Allah sebanyak-banyaknya yaitu dengan memperbanyak amal ibadah.

Ibadah puasa Ramadhan adalah ibadah yang diulang-ulang dalam setiap tahun, setiap muslimpun juga akan mengulang-ulang ibadah puasa, sejauhmana ibadah puasa dengan segala ibadah sunnahnya dapat membentuk pribadi muslim yang mempunyai sifat dan karakter sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Bagaimanakan puasa akan membentuk pribadi yang ikhlas, karena puasa adalah ibadah yang sirri, nyaris tidak bisa dibedakan antara orang yang berpuasa dengan yang tidak puasa.
Bagaimanakah puasa dapat membentuk pribadi yang jujur hal ini dicontohkan karena orang yang berpuasa hanyalah kesadaran diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami istri pada siang hari. Bagaimanakan jika tidak ada sifat jujur, maka akan makan dan minum bila tidak dilihat orang, dan berpura-pura puasa bila bersama dengan muslim yang lain.

Bagaimanakah puasa dapat membentuk pribadi yang dermawan, suka membantu dan meringankan beban dan penderitaaan bagi orang-orang miskin, tentu saja hal ini telah dirasakan, bahwa ketika berpuasa semua orang akan merasakan lapar dan dahaga. Dan ternyata lapar dan dahaga senantiasa dirasakan oleh para fuqara’ masakin yang setiap hari hidup dalam kekurangan.

Bagaimana puasa dapat membentuk pribadi yang sabar, hal ini telah dicontohkan ketika menanti waktu berbuka, tetap akan sabar menanti waktu berbuka walaupun hanya tinggal satu menit tetap dinanti untuk tidak berbuka dahulu.

Bagaimanakah puasa dapat menjadikan pribadi muslim yang merasa dekat dengan Allah. Karena puasa Ramadhan yang mempunyai berbagai macam keutamaan, akan dirasakan baik ketika masih hidup di dunia maupun akan diberikan besok di yaumil qiyamah. Ibadah puasa hendaknya dilakukan secara total. Puasa yang bermakna menahan diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami istri sejak imsa’ hingga waktu berbuka, namun ketika berpuasa hendaknya berpuasa pula anggota tubuh yang lain.

اذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك عن الكذب والمحارم ودع اذى الجار

“Apabila kamu berpuasa maka berpuasalah telingamu, matamu, mulutmu dari bohong dan melihat perkara yang diharamkan”. (Al Hadits)

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاخة فى ان يدع طعامه وشرابه (روا البخاري)

“ Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan yang mengundang kedurhakaaan, maka Allah tidak butuh terhadap orang yang meningalkan makan dan minum”. (HR. Buchari)

Karena itu bila ibadah puasa tidak bisa meninggalan hal-hal yang demikian itu maka puasa kita akan sia-sia.

(كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع وكم قاسم ليس له قيامه الا السهر (روا احمد

“ Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar, dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapat apa-apa kecuali begadang saja (HR. Ahmad)

Karena itu agar ibadah puasa kita kelak akan lebih bemakna, lebih berbobot, maka kita rencanakan bulan Ramadhan, kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti shalat tarowih dan shalat-shalat sunnah lainnya, tadarus Alquran, i’tikaf, mengadakan atau mengikuti kajian Islam, memperbanyak shadaqah dan lainnya. Selamat menjalankan ibadah puasa, selamat untuk berlomba dalam kebaikan, beruasaha untuk menahan diri dari segala hal yang tidak bermanafaat. Semoga puasa kelak akan menjadikan pribadi yang bertaqwa.