10/21/2016

Fungsi dan Pengaruh Pakaian



Bila melihat suku primitive mereka tidak mengenakan pakaian, kemanapun dan dimanapun tidak mengenakan pakaian, sehingga tidak ada hal-hal yang dirahasiakan. Mulai dari rambut sampai kaki semuanya terbuka dan bebas dipertontonkan, tidak ada rasa malu karena pada masa itu dan menurut mereka tidak ada aurat. Pada umumnya masyarakat primitive belum memikirkan tentang pakaian, sehingga kadangkala mereka hanya menutup alat kelaminnya saja. Dalam perkembangannya mereka menggunakan kulit binatang sebagai pakaian.

Seandainya kita hidup di lingkungan dan waktu tersebut, kitapun akan seperti mereka. Karena itu kita amat beruntung dan bersyukur karena hidup dalam lingkungan masyarakat berbudaya dan berperadaban. Bahwa segala peri kehidupan manusia sudah ada aturan dan tuntunannya, baik dan buruk, benar dan salah. Bagaimanakah agama khususnya Islam memberikan aturan berpakaian yang baik dan benar.
Fungsi pakaian:

  1. Untuk melindungi tubuh dari segala hal yang membahayakan, karena dengan berpakaian akan melindungi tubuh dari angin, panas, dingin, debu, sengatan serangga dan binatang melata. Misalkan kita pergi ke sawah atau hutan dengan tidak berpakaian, niscaya akan menjadi sasaran nyamuk, lalat, semut, ulat. Demikian pula ranting, dahan dan dedaunan, duri akan mengenai kulit sehingga akan menimbulkan luka yang akan menimbulkan kulit terluka dan mengurangi keindahannya. Dengan berpakaian niscaya akan terjaga dari gangguan.
  2. Untuk perhiasan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata pakaian bukan hanya untuk melindungi tubuh tetapi meningkat lagi pada fungsi estetika yaitu untuk menimbulkan keindahan, karena perkembangan dunia mode menjadi bentuk yang bermacaam-macam, dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan. Berbagai macam jenis tekstil, dari kain polos, mori, wool, lurik, kotak-kotak hingga batik, menjadi beraneka macam jenis pakaian. Sehingga dengan berpakaian tertentu akan meimbulkan keindahan, nyaman dipakai dan enak dipandang.
  3. Untuk identitas, misalnya ada pakaian adat, pakaian sekolah, pakaian olah raga, pakaian kerja, pakaian untuk shalat, pakaian renang, pakaian untuk pesta, pakaian pengantin, pakaian ihram dan sebagainya.
  4. Untuk menutup aurat. Umat Islam mengenal aurat karena adanya petunjuk Alquran dan hadits. Sehingga pakaian yang kenakan oleh umat Islam disamping untuk perlindungan, keindahan, identitas juga harus bisa menutup aurat. Karena dengan menutup aurat akan dapat menghindarkan dari perbuatan hawa nafsu.
  5. Sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Manakah ada hewan yang berpakaian, pakaian mereka hanya kulit, bulu dan rambutnya saja.

Selain hal-hal yang telah kami sebutkan diatas tentu masih terdapat fungsi pakaian yang lain, terutama bila dilihat dimanakah, kapan, mengapa berpakaian maka disana akan ditemukan secara lebih mendetail tentang fungsi pakaian.

Karena fungsi pakaian yang demikian besar, orang memakai pakai karena faktor alam atau karena fitrah insaniyah ada yang berpakaian karena mengikuti perintah Allah. Namun sebaiknya bahwa berpakaian disamping karena kebutuhan hidup manusia juga hendaknya mengikuti tuntunan perintah Allah SWT. Pada dasarnya bahwa ketika berpakaian tingkah laku dan perbuatan manusia akan mengikuti sifat dasar pakaian tersebut. Misalnya orang yang berpakaian batik lengan panjang, celana panjang dan bersepatu tentu akan membawa pada perilaku yang lebih kalem, apalagi bila bagi seorang muslim ditambah dengan accessoris lain seperti peci, surban tentu dalam kata-kata, sikap dan perbuatannya akan lebih berhati-hati.

Begitu pula bagi seorang muslim ketika menegakkan shalat dengan mengenakan sarung, baju koko, pecis atau jubbah, surban dan peci, atau celana panjang, jas, peci bandingkan dengan ketika menegakkan shalat menggunakan celana jean, kaos oblong, atau baju olah raga tentu berbeda dan pengaruh dalam berupaya untuk menegakkan shalat yang berkualitas. Memang pakaian itu sangat berpengaruh dalam sikap dan perilaku. Bahkan kadang akan muncul sikap ujub dan riya’ . Apalagi bila memakai pakaian atau accessoris tertentu. Memakai kaca mata hitam, memakai baju adat, baju resmi atau pakaian yang nampak seksi maka di dalam moment apapun berupaya untuk diabadikan dan dipertontonkan kepada khalayak dengan cara di posting di media sosial.

Perilaku kabilah Bani Tamim yang pernah berkunjung kepada Rasululah Muhammad, lalu mereka mengolok-olok beberapa sahabat yang miskin karena pakaiannya yang sangat sederhana, seperti Ammar, Suhaib, Bilal, Khabbab, Salman Al Farisi dan lainnya. Begitulah bahwa pakaian yang jelek akan menimbulkan penghinaan dan pakaian yang mewah akan menuai pujian sehingga tidak menutup kemungkinan bagi pemakainya akan bangga sehingga menjadi lupa diri.

Karena itu berhati-hatilah dengan pakaian yang dikenakan, sudah sesuaikah dengan petunjuk Allah, karena disamping aman, indah, etis, menutup aurat dan juga dapat menjaga diri dari pemakainya dari sifat ujub, riya’ dan sombong. Berhati-hati pula dengan accecoris yang dikenakan. Suatu yang menurut diri sendiri baik dan sederhana menurut orang lain norak dan glamor. Karena itu pakaian hendaknya dapat menciptakan ketenangan dan keamanan bagi pemakainya dan lingkungannya.

10/19/2016

Do'a Pekan Olah Raga Kabupaten - PORKAB



Olah raga adalah salah satu media untuk meraih dan merasakan menjadi pribadi yang sehat. Diharapkan didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Namun hendaknya jangan sampai melupakan unsur rohani atau jiwa. Ketenangan jiwa juga akan menentukan kesehatan jasmani. Karena itu jiwa dan raga hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan. Jiwa yang sehat akan dapat berfikir yang sehat berbuat yang normal. Karena itu agar terjadi keseimbangan dua unsur tersebut pada kegiatan pembukaan Porkab kita memohon petunjuk dan bimbingan kepada Allah. Agar bisa befrjalan dengan baik dan lancar. Sehingga dengan Porkab ini dapat memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat yang pada akhirnya dapat mewujudkan pribadi yang berintegritas, sportif dan disiplin.

الحمد لله رب العالمين حمدايوافى نعمه ويكافى مزيده ياربنا لك الحمد ولك شكر كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين.


Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Mu, atas limpahan nikmat dan karunia-Mu pada pagi hari ini, kami dapat berkumpul di tempat ini, dalam rangka pembukaan Pekan Olahraga Kabupaten  tahun 2016. Semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah kepada-Mu.

Ya Allah kami yakin dengan sepenuh hati, bahwa kekuasan-Mu meliputi segala yang berada di langit dan bumi. Yang nampak dan yang sembunyi. Engkau berkuasa menciptakan dan Engkau berkuasa mengatur, melindungi dan mencukupi seluruh keperluan segala makhluk ciptaan-Mu.

Engkau Maha besar maka hanya Engkau yang patut dibesar-besarkan, disanjung dan dipuji. Karena itu ya Allah atas kekuasaan dan kebesaran-Mu maka hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami serahkan segala daya upaya kami.

Ya Allah, ya Qadir, jadikanlah kegiatan ini sebagai tonggak perjuangan hidup manusia untuk mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga guna meraih derajat kesehatan, menuju insan yang kuat, tangkas, berintegritas, sportif dan disiplin.

Ya Allah, ya Haadi, bimbinglah setiap langkah dan perjuangan kami dengan petunjuk-Mu, jauhkanlah segala sikap dan perbuatan yang menghalangi untuk taat kepada-Mu. Karena itu ya Allah berikanlah keberkahan dengan kegiatan PORKAB ini, wujudkanlah semangat persaudaraan, persatuan dan kesatuan, agar pembangunan di negeri ini senantiasa dalam ridha dan ampunan-Mu.

Ya, Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami berserah diri.

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الا خرة حسنة وقنا عذاب النار, والحمد لله رب العالمين

7/25/2016

Amaliyah Pasca Ramadhan Menuju Syawal Sebagai Peningkatan Ibadah-Bagian IV.



Untuk meraih derajad muttaqin, bukanlah hal yang mudah. Kerena setiap kebaikan pasti diiringi dengan keburukan, setiap niat baik selalu ada halangan, karena itu ada beberapa hal yang menjadi penghalang pencapaiannya:

  1. Tidak bisa melawan godaan syetan, biasanya diawali dengan memperbanyak makan dan minum yang menjadi langkah masuknya syetan. Syetan menggoda manusia dengan berbagai macam tipu muslihat, makan dan minum adalah pintu pertama yang menjadi gerbang jatuhnya derajat ketaqwaan. Kesederhanaan beralih dengan sikap berlebihan, apalagi pada yaumul futhur segala kesederhanaan beralih dengan sikap berlebihan, apalagi pada yaumul futhur segala macam bentuk makanan dan hidangan disediakan dengan gratis. Pernah terjadi pada tiga puluhan tahun yang lalu setelah selesai melaksanakan shalat Id dilanjutkan dengan perjalanan shilaturahim, berkunjung ke sanak-saudara, tetangga, bahkan semua orang kampung. Setiap kali masuk rumah selalu dipersilahkan untuk makan dan minum, maka dalam satu hari bisa sampai puluhan kali makan dan minum. Hal ini bisa terjadi sampai tujuh hari, karena itu dalam satu bulan berpuasa, kembali pada kebiasaan sebelumnya, dengan makan dan minum secara berlebihan. Pantas saja badan menjadi letih, mengantuk dan akhirnya banyak tidur. Tidur bukan suatu kebutuhan namun karena melakukan aktifitas fisik yang tidak baik.
  2. Munculnya sikap egoisme, karena merasa paling senior, paling berpengaruh, paling pintar, paling berkuasa sehingga bila telah melakukan perbuatan salah tidak mau mengakui bahwa dirinya bersalah dan harus meminta maaaf. Bahkan bisa jadi akan menyembunyikan kesalahan dan menumpahkan kesalahan pada yang lain. Adalah kewajiban orang yang bersalah yang terlebih dahulu untuk memohon maaf. Orang miskin, orang bodoh, orang lemah, rakyat jelata, bawahan bila mereka bersalah mereka segera memohon maaf. Ketika bersalah dan memohon maafpun seringkali mereka masih disalahkan. Karena itu tantangan terberat untuk melawan sikap egoisme yang bisa melumpuhkan sendi-sendi keberadaban dan kemanusiaan. Karena itu siapapun yang berkuasa, sedang berjaya, banyak harta dan teman, tetap sebagai manusia yang mempunyai jasad renik, suatu saat bisa jadi akan berbalik menjadi manusia lemah, miskin dan dikucilkan dari pergaulan. Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai sifat ketergantungan. Andaikan didunia tetap dibiarkan dalam kesombongan sesungguhnya ini merupakan ujian terhadap apapun yang sedang dimiliki. Namun bagi orang yang beriman segala yang dimiliki disadari sebagai satu anugerah yang harus disyukuri. Kehidupan manusia tidak akan abadi karena kelak akan beralih pada kehidupan akhirat, dimana manusia akan merasakan balasan atas semua perbuatan yang telah dilakukan.


3. Merasa cukup dengan ibadah fardhu, sehingga ibadah sunnah dipandang kurang penting. Ibadah fardhu hendaknya disertai dengan ibadah sunnah, karena dengan memperbanyak ibadah sunnah maka ibadah fardhu akan terasa lebih ringan, bahkan akan meningkatkan kualitas ibadah. Sehingga setiap ibadah akan mempunyai pengaruh, ibadah bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja namun sesungguhnya ibadah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.

4. Kesibukan dalam hal urusan dunia sehingga banyak orang yang tidak sempat mengadakan tadarus Alquran secara rutin, bahkan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan agama dipandang tidak penting. Karena ketika mengikuti kegiatan majlis taklim berpandangan bahwa hal yang demikian dapat diikuti dalam siaran radio atau TV yang bisa dilakukan sambil bekerja. Kegiatan majlis taklim sesungguhnya bukan saja sebagai media untuk menambah pengetahuan, namun terdapat faktor lain, karena dapat mengeratkan rasa ukhuwah, persatuan. Membiasakan diri untuk berinfaq dan shadaqah.

5. Merasa kebutuhan diri dari waktu kewaktu semakin banyak, sehingga timbul kekhawatiran, bahwa ketika berinfaq dan shadaqah akan menghambat untuk mendapat sesuatu yang diharapkan. Infaq dan shadaqah akan mengurangi harta, sehingga ketika mempunyai uang satu juta rupiah bila diinfaqkan lima puluh ribu rupiah menjadi tidak genap satu juta sehingga tidak dapat untuk membeli barang yang harganya satu juta. Dimana harga di toko sudah pas dan tidak bisa ditawar lagi. Sifat bakhil yang demikian inilah sehingga menjadi orang yang suka mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang dimiliki.
6. Permainan dan sendau gurau bisa melalaikan kehidupan akhirat. Banyak sekali ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan manusia, untuk memudahkan manusia meraih tujuan. Terknologi terkini adalah hand phone android, dengan berbagai macam fasilitas, mulai dari sekedar untuk sms, memanggil dan menerima panggilan, WhatsApp, email, games, twiter, bermain, game, bisnis dan sebagainya. Hal ini kadang telah banyak melalaikan, sehingga hal-hal yang bersifat ukhrawi banyak dikesampingkan.

Aktualisasi pencapaian derajat muttaqin
1. Menstabilkan pelaksanaan ibadah.
Pelaksanaan ibadah bukan temporer dan bukan insidental, ibadah hendaknya secara istiqomah atau terus menerus. Karena itu Rasullah pernah menyampaikan salah satu tanda orang yang beruntung adalah siapapun yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan beropsesi bahwa hari esok akan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya bila hari ini lebih buruk dari hari yang kemarin maka termasuk orang yang celaka. Dan yang hari ini setaraf atau sama dengan hari yang kemarin saja termasuk kategori orang yang merugi. Karena itu dalam hal ibadah setiap muslim dianjurkan untuk melihat kepada orang yang lebih darinya, orang yang lebih shalih, orang yang alim, orang yang gemar berinfaq, bersedekah, orang yang rajin menegakkan shalat lail, puasa sunnah, mereka itulah yang dijadikan sebagai teladan, kita hendaknya merasa iri mengapa mereka bisa.

2. Meningkatkan kesyukuran dengan membandingkan atas segala kenikmatan yang telah diberikan Allah.
Bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan Allah, nikmat apakah yang telah diberikan dan dirasakan? Harta, pangkat dan jabatan adalah merupakan anugerah. Karena dengan semua ini manusia akan dapat meraih segala cita-cita bahkan ambisinya.

Pernahkan menyadari bahwa manusia diberikan organ yang lengkap adalah merupakan anugerah? Manusia diberikan akal, nafsu dan agama adalah merupakan anugerah? Pernahkan menyadari bahwa segala organ tubuh dapat berkerja sesuai dengan fitrahnya merupakan anugerah? Kerena itu kelengkapan organ tubuh manusia sebagai sebaik-baik makhluk adalah anugerah Allah yang harus selalu disyukuri. Manusia diberikan kesehatan adalah merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri. Ketika sakit maka aktifitas manusia akan terganggu, pekerjaan banyak terbengkelai bahkan akan menjadi berantakan. Bahkan terkadang hubungan sosial akan menjadi kaku dan tidak harmonis lagi.

3. Menjadi pribadi yang loba terhadap ilmu.
Dengan ilmu maka hidup akan menjadi mudah, belajar terhadap ilmu tidak mengenal batas waktu. Karena itu setelah selesai mempelajari ilmu beralih pada ilmu yang lain, dengan ilmu akan membuka rahasia Allah atas penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang sesungguhnya terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Orang yang berakal senantiasa memadukan antara dzikir dan fikir. Dzikir tanpa fikir manusia akan statis sedang fikir tanpa dzikir manusia lalai terhadap kekuasaan Allah.

4. Menjadi pribadi muslim merasa iri terhadap orang lain yang giat dalam beramal ibadah.
Rasulullah adalah teladan bagi umat Islam, haqqul yakin kebenaran risalah dan keteladanannya. Banyak muslim yang berupaya meneladani walaupun tidak sepenuhnya, karena kemampuan umat Islam sangat terbatas. Apakah tindakannya sesuai dengan sunnah rasul atau sekedar mencari legitemet. Karena itu sikap khusnudhan hendaknya selalu ditanamkan bahwa pada setiap keburukan tetap ada mutiara, dan setiap kebaikan juga ada kekurangan. Karena itu sisi positif dan kebaikan hendaknya yang selalu berupaya untuk diberdayakan dan dibudayakan. Ketika melihat kebaikan ada pada orang lain berupaya untuk meraih kebaikan yang lebih baik lagi.


5. Melihat orang lain yang lebih shalih dalam hal ibadahnya dan melihat kepada yang lebih rendah dalam urusan dunia.
Melihat orang lain dalam urusan akhirat akan menimbulkan dorongan taat dan giat dalam beribadah sebaliknya melihat orang lain dalam urusan dunia akan menjadikan diri pribadi yang hina, rendah diri dihadapan manusia dan jauh dari petunjuk Allah. Karena itu bila ingin menjadi orang yang bersyukur dan bersabar maka lihatlah kepada orang yang dibawahnya dalam urusan dunia dan lihatlah kepada orang yang lebih atas dalam urusan akhiratnya.

6. Berniat untuk memulai melaksanakan kebaikan walaupun dari hal yang kecil, mulai dari sekarang dan mengawali dari diri sendiri.
Setiap kebaikan dimulai dari hal yang kecil, setiap keikhlasan dimulai dari pekerjaan yang dilaksanakan secara terus-menerus. Setiap negara dimulai dari kumpulan masyarakat dan setiap masyarakat dimulai dari kumpulan individu orang-perorang. Karena itu setiap kebaikan dalam suatu negara dimulai dari diri sendiri.

Ada siswa kelas 2 madrasah Ibtidaiyah, pada bulan Ramadhan ikut melaksanakan puasa, ada yang kuat sampai waktu maghrib ada yang setengah hari. Kedua-duanya adalah merupakan suatu kebaikan. Mereka mau melaksanakan karena lingkungan dan pembiasaan. Bandingkan dengan mereka yang lingkungannya tidak mendukung baik keluarga maupun masyarakatnya. Sampai dewasapun mengatakan tidak kuat berpuasa, menahan tidak makan dan minum selama sehari. Karena itu perlunya pembiasaan sejak dini agar erasa lebih mudah dan ringan.

7/20/2016

Amaliyah Pasca Ramadhan Menuju Syawal Sebagai Peningkatan Ibadah-bagian III




6. Meningkatkan pembelajaran dan kajian Islam.

Pembelajaran dan kajian Islam adalah sebagai kelanjutan dari tadarus Alquran, dimana Alquran bukan saja dipandang sebagai suatu yang mendatangkan pahala semata. Namun bagaimanakah mengetahui bahwa didalam Alquran terdapat petunjuk bagi manusia untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, bagaimanakah mengetahui bahwa setiap amal perbuatan manusia akan dimintai pertanggunganjawaban. Kelak akan ada hari pembalasan dimana tak seorangpun yang akan dapat menyembunyikan, amal baik akan diberikan balasan surga dan amal yang buruk akan dimasukkan ke dalam neraka.

Semua ini hanya dapat diketahui manakala diadakan kajian secara rutin terhadap isi dan kandungan Alquran. Sehingga pada tahap awal Alquran sebagai bacaan namun untuk selanjutnya ditingkatkan lagi, mengarah pada perintah dan larangan Allah yang tersebut di dalam Alquran. Karena itu membaca Alquran saja belumlah cukup bila tidak diikuti dengan pengamalan nilai-nilai Alquran . Dan dalam pengamalan diawali dengan pemahaman dan penghayatan dengan disertai dengan petunjuk sunnah Rasulullah SAW.

Karena itu pembelajaran dan kajian terhadap nilai-nilai Alquran tidak akan pernah bisa berakhir. Seberapa banyak ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dibandingkan dengan ilmunya Allah yang meliputi langit dan bumi, bahkan bumi dan langit dihamparkan untuk menuliskan ilmunya Allah dan air laut sebagai tintanya niscaya tidak akan selesai menuliskan ilmunya Allah. Bahkan ditambahkan lagi ilmu Allah tetap terbentang luas tidak akan ada habisnya. Sungguh Allah Maha Luas tak ada satupun yang setara dengannya. Rasullullah memerintahkan kepada umatnya untuk mencari ilmu sejak dari buaian hingga sampai ke liang lahad.

7. Meningkatkan infaq dan shadaqah.

Berbagai upaya untuk menambah amaliyah pada bulan Ramadhan dengan memperbanyak infaq dan shadaqah, bahkan pelaksanaan pembayaran zakat mal juga dilaksanakan pada bulan puasa. Kegiatan ini hendaknya dapat diimplementasikan pada bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan. Rasa empati, lapar dan dahaga ketika sedang berpuasa ternyata dirasakan oleh para fakir miskin sepanjang masa. Karena itu dalam setiap penghasilan dapat menyisihkan bagi kepentingan fuqarak dan masakin.

Gerakan berinfaq dan shadaqah bisa diberdayakan melalui Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) yang berada dibawah takmir masjid. Masjid Jogokariyan Jogjakarta menjadi simbol kesuksesan pengumpulan dana infaq warga. Diawali dengan penghitungan riil pengeluaran masjid dalam setiap bulan. Misalnya untuk bayar air, listrik, petugas kebersihan, membeli alat-alat kebersihan, petugas khatib dan ustadz dan kyai dan pengeluaran lain-lain. Bila jumlah pengeluaran dengan pemasukannya ternyata sama, berarti ibadah di masjid baru impas saja. Bila pengeluaran yang lebih besar maka ibadah di masjid masih dibantu oleh orang lain. Dari hal inilah kemudian dikomunikasikan kepada seluruh warga untuk mengadakan infaq. Dari itulah terkumpul dana infaq yang cukup besar, sehingga Masjid Jogokariyan menjadi masjid yang mandiri. Antusias warga untuk berinfaq lebih besar. Sehingga kegiatan-kegiatan masjid dapat ditopang darai dana infaq, bahakan dapat memberikan santunan kepada warga sekitar.

Dari pengalaman penggalangan dan pengelolaan LAZIS melalui takmir masjid, sehingga masjid ini menjadi masjid percontohan, yang karenanya dari berbagai wilayah mengadakan studi utuk mencontoh system pengelolaan masjid. Salah satu contoh Masjid Baitul Mizan Kampung Serang Kelurahan Kalikajar Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo, juga telah membentuk LAZIS Baitul Mizan. Hal ini dilatarbelakangi karena pemasukan dana masjid yang sangat minim, dimana kas masjid diperoleh dari kotak amal shalat Jum’at dan iuran insidental ketika ada hari besar Islam. Sementara itu fasilitas masjid yang meliputi ketersediaan tanah wakaf cukup luas mencapai 1000 M² lebih. Minimnya dana kas ini maka untuk ustadz-uztadzah TPQ dan imam masjid kurang diperhatikan, mereka berjuang tanpa pernah mendapatkan reward.

Karena itu perjuangan takmir masjid, kemudian mengadakan sosialisai kepada warga untuk memberikan infaqnya dalam setiap bulan minimal seribu rupiah. Dana infaq ini tidak boleh dibayarkan setahun sekali, namun harus setiap bulan yang akan didatangi amil zakat dengan ditulis dikartu infaq. Kartu ini sebagai bahan evaluasi diri, sudah pantaskan dalam setiap bulan memberikan infaq seribu rupiah. Ternyata setiap laporan setiap bulan tidak ada yang berinfaq seribu rupiah. Mereka lebih dari itu bahkan ada yang secara rutin sepuluh ribu rupiah, atau bila sedang memperoleh rizki akan memberikan yang lebih banyak lagi.

Ada hal yang mendasari mengapa infaq minimal seribu rupiah, takmir masjid ingin mengukur tingkat keikhlasan dan kesadaran warga, bukan dengan paksaan dan tekanan. Mengapa harus dibayarkan setiap bulan karena takmir ingin membuktikan bahwa infaq tidak akan mengurangi rizki, tetapi rizki semakin banyak dan lancar. Mengapa para munfiq diberikan kartu infaq karena untuk bahan evaluasi diri khususunya bagi munfiq dan bagi pengurus untuk pengadakan administrasi yang transparan, akuntabel dan amanah.

Dari pengumpulan dana tersebut dalam setengah tahun pertama bisa dijadikan sebagai penunjang kegiatan takmir masjid, seperti penyediaan sarana pendidikan TPQ memalui pembelian karpet, pembuatan meja, kursi, papan tulis, pengadaan alat-alat kebersihan, memberikan honor petugas kebersihan, memberikan bisaroh pada ustadz TPQ dan imam masjid. Karena itu gerakan infaq dan shadaqah pada bulan Ramadhan perlu terus ditingkatkan pada bulan-bulan yang lain. Karena setiap amal akan kembali kepada dirinya sendiri.


8. Menahan diri dan segala bentuk ucapan dan perbuatan yang tidak baik.

Sering terdengar orang berkata, jangan berbohong sedang berpuasa, jangan membicarakan orang lain karena sedang berpuasa, jangan melakukan maksiat karena sedang berpuasa dan lainnya. Seakan bahwa meninggalkan perbuatan tidak baik itu hanya pada buan Ramadhan. Padahal berkata kotor, berdusta, berbohong, menghibah, memfitnah, berjudi, minum minuman keras, durhaka pada orang tua adalah perbuatan buruk yang harus dihindarkan, bila dilakukan berdosa.

Hanya saja bila perbuatan tersebut dilakukan ketika sedang berpuasa maka disamping berdosa, maka puasanya akan sia-sia atau paling tidak puasanya akan menjadi rusak. Puasa yang tidak berkualitas sehingga pasca Ramadhan tidak bisa membentuk pribadi yang bertaqwa.

Kendala pencapaian.
Bersambung, pada Amaliyah Pasca Ramadhan menuju Syawal sebagai peningkatan ibadah-bagian IV.

7/13/2016

Amaliyah Pasca Ramadhan menuju Syawal Sebagai Peningkatan Ibadah-Bagian II




2. Mengadakan shilaturahim.
Berawal pada tanggal 1 Syawal, seiring dengan ucapan takbir, tahlil dan tahmid, setiap muslim telah menyadari bahwa dirinya adalah makhluk kecil dan lemah. Karena pada yaumul futhur setiap muslim mengumandangkan takbir, memuji keagungan dan kebesaran Allah, Dialah yang Maha Agung, Dialah Yang Maha Besar, tidak ada satupun makhluk yang menyamai Allah, Dia maha segalanya. Karena itu pada hari Id setiap muslim membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan. Karena hanya Dia yang Maha Agung. Hanya kepada Allah kita memuji, dan Allahlah yang berhak untuk mendapatkan pujian.

Pada hari Id, bahwa untuk mewujudkan kesucian diri, maka setiap muslim menyampaikan ucapan permohonan maaf kepada orang tua, saudara, tetangga, teman dan orang-orang yang pernah bersinggungan dengannya. Dengan permohonana maaf ini menandakan upaya menghilangkan sekat-sekat yang menyebabkan hubungan persaudaraan renggang, selanjutnya untuk dikuatkan. Yang sudah putus untuk disambung kembali. Akhirnya terwujudlah rasa persaudaraan yang ikhlas, sehingga siap untuk menghadapi hari esok dengan penuh optimis, hati yang telah bersih akan menjadi hamba Allah yang merasa selalu dekat dengan Allah.

Pada akhir bulan Ramadhan telah membersihkan jiwanya dengan mengeluarkan zakat fitrah, sungguh menjadi simbol kemuliaan, kesadaran diri untuk berbagi rasa suka kepada saudara-saudara yang sedang kurang beruntung. Disaat hari yang berbahagia namun mereka berada dalam kesedihan, entah karena kondisi kefakiran, kemiskinan atau mereka sedang terkena musibah dan bencana. Karena itu sesama muslim untuk berbagi rasa suka cita kepada sauara-saudara yang lain.

3. Menegakkan shalat Idul Fitri
Shalat Id adalah sebagai ibadah simbul persatuan dan persaudaraan, hanya shalat Id yang menjadi mahnet setiap muslim untuk berduyun-duyun mendatangi kegiatan shalat Id, baik di masjid maupun di lapangan terbuka. Ibadah shalat ini sebagai ibadah tahunan, maka amat disayangkan bila tidak mengikuti, hal lain akan bertemu dengan orang lain dalam komunitas lebih banyak, bahkan teman dan saudara yang sudah lama tidak berjumpa akan bertemu dalam majlis mubarok. Dalam shalat Id akan dengan mudah mengungkapkan permohonan maaf dan bersalam-salaman.
Majlis shalat Id juga menjadi media untuk memberikan taushiyah kepada umat Islam dengan penyampaian khutbah shalat Id. Karena itu mendengarkan khatib sedang berkhutbah adalah menjadi satu paket rangkaian menegakkan shalat Idul Fitri. Karena itu bagi wanita yang sedang berhalangan karena sedang datang bulan tetap dianjurkan untuk mendatangi shalat Id, bukan untuk mengikuti shalat namun untuk mendengarkan khutbah shalat Id.

4. Melestarikan puasa Ramadhan
Ibadah puasa Ramadhan dengan segala keutamaanya, telah berlalu dan akan kembali pada satu tahun yang akan datang. Apakah setiap muslim akan menunggu satu tahun lagi untuk meraih keutamaan. Keutamaan ibadah pada bulan Ramadhan memang hanya terjadi pada bulan Ramadhan, namun Allah menebarkan rahmatnya dengan memberikan keutamaan lain dalam bentuk puasa sunnah, seperti enam hari pada bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa tengah bulan, puasa nabi Dawud, puasa hari Tarwiyah, Arofah, puasa Asyura. Setiap Allah menurunkan syariat pasti mempuyai nilai dan keutamaan. Dan keutamaan ini akan diraih bila dapat diimplemantasikan, bukan dalam nilai dana norma.

Karena itu untuk mencari keutamaan ibadah tidak harus menunggu pada bulan Ramadhan yang akan datang. Spirit Ramadhan hendaknya dapat menjadi dasar untuk meraih keutamaan merebut rahmat, ridha dan ampunan Allah SWT. Dengan demikian akan menjadi hamba yang merasa adanya kedekatan diri kepada Allah. Tidak bisa melihat Allah namun tumbuh dalam dirinya suatu perasaan bahwa Allah melihat, mengawasi, membimbing dan mengarahkan pada jalan yang diridainya.

5. Merutinkan mengadakan tadarus Alquran.
Secara bahasa Alquran berarti bacaan, namun Alquran bukan hanya sebagai bacaan saja. Alquan dianjurkan untuk dibaca secara rutin, karena membaca Alquran tidaklah sama dengan membaca buku, kitab, majalah, koran dan bacaan-bacaan lainnya. Karena membaca Alquran adalah merupakan ibadah. Sebagai wujud rasa cinta kasihnya Allah kepada hambanya dalam setiap huruf dinilai sebagai suatu ibadah, bahkan dalam setiap huruf akan dilipatgandakan pahalanya.

Tetapi walaupun Allah telah menjanjikan untuk menebarkan rahmatnya bagai sekalian alam dan menjanjikan pahala kepada orang-orang yang beiman, Namun ternyata hanya sedikit diantara hambanya yang mau menggapainya. Seakan tadarus hanya tradisi pada bukan Ramadhan, seandainya Alquran adalah makhluk hidup, niscaya dia akan menangis, dan kita akan mendengar tangisan Alquran. Selama bulan Ramadhan dibuka, dibaca, dikaji, dipahamai makna dan kandungannya. Namun setelah selesai puasa Ramadhan, di manakah terdengar lantunan ayat-ayat suci Alquran dibaca. Bahkan yang lebih tragis lagi pada setiap masjid, langgar dan musholla serta tempat ibadah lainnya, Alquran dibiarkan berserakan.
Demikian pula masjid, langgar, musholla sebagai majlis tadarus Alquran sepi dengan kegiatan tadarus Alquran dan syi’ar kegiatan Islam. Sesungguhnya hal yang demikian ini terjadi secara terus- menerus dan hanya orang-orang yang khusuk yang dapat menyadari bahwa tradisi harus dilanjutkan pasca Ramadhan. Mereka akan memulai dari dirinya sendiri, ibdak binnafsi, memberikan keteladanan dimulai dari dirinya sendiri.

Alquran bisa menjadi petunjuk, pemberi peringatan, menjadi pembeda antara yang haq dan batil, menjadi obat karena Alquran dapat mendatangkan ketenangan jiwa, Alquran akan mendatangkan keberkahan baik yang membaca atau mendengarkan. Siapakah yang akan mendapatkan semua ini. Tidak lain adalah orang-orang yang mau membaca, memahami, mengahayati dan mengamalkan ayat-ayat Allah.

Bersambung, pada Amaliyah Pasca Ramadhan menuju Syawal sebagai peningkatan ibadah bagian III.

7/12/2016

Amaliyah Pasca Ramadhan Menuju Syawal Sebagai Peningkatan Ibadah.




Tidak diragukan lagi bahwa Ramadhan adalah bulan pelatihan dan penggembelengan diri menuju pada perbaikan mentalitas, spiritual dan amaliyah Islami. Setiap muslim mengharapkan dapat memetik hasil dari ibadah Ramadhan, tidaklah berlebihan bila setiap muslim menginginkan menjadi pribadi yang muttaqin. Karena segala daya upaya dilakukan untuk mewujudkan tercapainnya pemenuhan syarat sebagai orang yang bertaqwa. Mulai dari ibadah shalat sunnah tarowih dan witir, tadarus Alquran, mengadakan dan mengikuti kegiatan majlis taklim, mengikuti kajian Alquran dan kitab-kitab klasik, mengikuti atau menyelenggarakan kuliah subuh, mengurangi waktu tidur, menahan diri dari tidak makan minum dan berhubungan seksual suami isteri pada siang hari. Menahan diri dari perkataan kotor, perbuatan tidak baik dan membiasakan diri untuk melakukan sunnatullah dan sunnah nabi Muhammad SAW. Waktu tidur berusaha untuk bangun untuk mempersiapkan hidangan atau makan sahur.

Sungguh kegiatan-kegiatan ini diarahkan agar kebiasan baik pada buan Ramadhan teraktualkan pada bulan pasca Ramadhan. Sesungguhnya harapan meraih derajat muttaqin bisa diperoleh karena pembiasaan pada bulan Ramadhan. Walaupun terkadang terjadi bahwa semua amalan pada bulan Ramadhan adalah suatu yang dipaksakan. Mengikuti kebiasaan masyarakat yang juga mempunyai kebiasaan baik pada bulan Ramadhan. Karena sesuatu yang asing akan menjadi terbiasa bila sering dilaksanakan, sesuatu yang terasa berat akan terasa ringan , sesuatu yang sulit akan mudah, dari itu semua akan menumbuhkan sikap ikhlas.

Pasca Ramadhan adalah kebiasan yang muncul dari dalam hati karena dirinya telah sukses melaksanakan puasa Ramadhan. Sebagaimana ending orang menegakkan shalat adalah dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, ini artinya bila ibadah shalat yang dilakukan tetap masih mempunyai kebiasaan dengan perbuatan keji dan munkar bisa dikatakan telah mengalami kegagalan dalam menegakkan shalat.

Bagaimana jika banyak orang Islam, yang terbiasa dengan melaksanakan kewajiban shalat tetapi perilakunya banyak yang melenceng dari ketentuan syariat. Kembalilah menengok bahwa ibadah shalat ternyata hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban saja, shalat belum dapat menghadirkan hati, shalat hanya merupakan aktifitas gerakan-gerakan fisik yang bisa membuat bosan, capek malas dan sebagainya. Sehingga bila godaan yang demikian muncul, selalu diupayakan untuk dilawan dan dikalahkan, maka didalam shalatpun hanya sampai pada tingkatan berupaya melawan godaan-godaan syetan. Maka pantas saja bila negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam, namun banyak yang berurusan dengan penegak hukum karena melanggar aturan masyaraat dan negara. Minuman keras merajalela, perjudian, penganiayaan, perampokan, pemerkosaan dan sebagainya dilakukan oleh orang-orang yang notabene beragama Islam. Mengapa demikian hal ini jelaslah bahwa shalat belum bisa menghadirkan hati.

Ketika shalat jasad, hati dan pikiran belum bisa menyatu bahwa dirinya sedang menghadap Allah. Karena itu segala bentuk ucapan, perbuatan dan bayangan sedang terfokus sedang menghadap Allah. Ketika sedang menegakkan shalat merasa sedang diawasi Allah. Maka shalat yang telah mencapai pada derajat khusuk dimanapun dan kapanpun akan merasa selalu diawasi Allah, amalnya akan dicatat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban olah Allah. Amal sekecil apapun akan dikembalikan kepada dirinya, amal shalih akan diberi balasan surga Firdaus, Bahkan untuk meraih kenikmatan sejati dalam surga maka seluruh amal umat Islam akan dilipatgandakan oleh Allah.

Demikian pula orang yanag melaksanakan ibadah haji. Predikat meraih derajat haji mabrur akan menjadi harapan setiap mslim. Dengan haji mabrur maka amal ibadahnya akan mengalami peningkatan atau paling tidak stabil. Peningkatan ibadah ini akan terwujud untuk selamanya, bukan hanya pada hari tanggal bulan pertama. Kesadaran bahwa ibadah adalah sepanjang masa, ibadah dan amal shalih adalah suatu kebutuhan. Karena itu kemabruran ibadah haji dilihat dari aktualisasi peningkatan amal ibadah, kemakbulan puasa Ramadhan akan memperoleh derajat taqwa dan kekhusukan shalat akan memperoleh taufiq dan hidayah Allah dalam setiap langkah perbuatannya selalu dibimbing oleh Allah, sehinggga dapat menghindarkan atau mencegah dari pernbuatan keji dan maungkar.

Upaya pencapaian predikat muttaqin
1. Mensucikan hati dengan membayar zakat fitrah.
Sebelum pergi untuk melaksanakan sahalat Id atau mengikuti khutbah Shalat Id setiap muslim telah mensucikan hati dengan mengeluarkan zakat fitrah. Zakat ini merupakan kewajiban untuk turut berbagi suka kepada orang lain. Idul Fitri adalah hari yang membahagiakan, janganlah kebahagiaan ini ternodai karena melihat orang lain tidak bisa turut merasakan bahagia, karena ketiadaan makanan pada hari itu. Karena itu bila ibadah puasa telah dilaksanakan namun belum membayar zakat fitrah maka nilai pahalanya masih menggantung. Hal ini tentu saja bagi orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat, bukan termasuk dalam kategori fakir miskin, karena mereka yang berhak untuk memperoleh zakat.

Bersambung, pada Amaliyah Pasca Ramadhan menuju Syawal sebagai peningkatan ibadah.

7/04/2016

Dasaring Shilaturahim -Khutbah Jum'at Basa Jawa



Sedaya tiyang boten saget gesang piyambakan kemawon, sedaya tiyang betahaken tiyang sanes. Nanging sadangunipun gesang ing alam dunya punika, tentu kemawon antawis tiyang setunggal kalian tiyang sanes mesthi wonten perkawis, sahingga pasederekan dodos boten sae, waunipun sami tulung tinulung tumunten dados mengsah. Waunipun purun gumujeng dados besengut, waunipun purun gegojekan dados mendel-mendelan. Pramila ing wulan Syawal punika sedaya perkawis dipun udhari, sesami tiyang sami paring pangapunten . prasasat boten wonten ingkang rumaos leres, sedaya sami ngrumaosi lepat.

أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah
Sasampunipun kita tingkas nindakaken shiyam Ramadhan, sapunika kita mlebet ing wulan Syawal, wulan peningkatan amal ibadah dhateng Allah SWT, selami setunggal wulan kita ngginakaken wekdal kagem ngibadah. Prasasat boten wonten wekdal ingkang dipun sia-siakaken amargi sampun mangertosi kautaman ing salebetipun wulan Ramadhan. Kejawi sedaya amal ibadah dipun tikelaken, ing wulan punika wonten Lailatul Qadar, inggih punika setunggaling wengi ingkang langkung utami tinimbang nindakaken ibadah salami 1000 wulan. Kanthi punika melai ing wulan Syawal, mangga kita jumbuhaken sedaya ibadah punika kanthi ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah SWT.

Tasih wonten swasana Idul Fitri, kawula aturaken “ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin, taqabbalallahu, minna waminkum taqabbal ya karim”. Sampun dados kodratipun Allah bilih manungsa punika dipun titahaken dados makhluk ingkang paling sempurna, ananging manungsa dipun paring sifat khata’ lan nisyan, lepat lan supe . Langkung utami menawi nyuwun lan paring pangapunten punika prayoginipun dipun tindakaken sawekdal-wekdal, kalepatan dhateng Allah kita aturaken kanthi maos istighfar “Astaghfirullaahal ‘adzim”, menawi nindakaken perkawis ingkang nyebabken dosa ageng kita enggal-enggal mertobat dhateng Allah.

Semanten ugi menawi kita rumaos damel lepat dhateng sesaminipun supados enggal-enggal nyuwun pangapunten dhateng sesaminipun. Amargi kelepatan punika saget dadosaken pasederekan ing antawis kita dados boten sae, gesangipun kathah dipun ginakaken kagem nindakaken perkawis-perkawis ingkang boten penting, kados nindaaken adu domba, mitnah, ngapusi, nyana ala dhateng tiyang sanes, semanten ugi fikiranipun dipun gunakaken kagem mikiraken perkawis ingkang boten penting. Menawi kawontenan mekaten dipun terasaken saget nuwuhaken penyakit lahir, kados mag, darah tinggi, diabetes lan penyakit-penyakit sanesipun.

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah
Wonten sekawan perkawis ingkang dados dasar nindakaken shilaturahim, inggih punika:
Sepindhah: Sedherek margi keturunan utawi ukhuwah dzurriyah inggih punika amargi saking nikah. Sak derengipun nikah antawis fulan kalian fulanah inggih tiyang sanes, ananging sasampunipun dipun nikahaken mila dados sedherek, malah ing antawis bapa, ibu, kadang nem lan sepuh ingkang waunipun tiyang sanes dados sedherek. Selaras kalian pangandikanipun Allah wonten Alquran Surat Annisa’ ayat 1:


“ He kabeh para manungsa, padha taqwaha sira kabeh marang Panjenenganira kang wus nitahake sira kabeh saka wong ijen, lan saka wong ijen iku Allah nitahake bojone lan saka dene loro-lorone Allah nitahake pirang-pirang lanang lan wadon kang akeh. Lan padha taqwaha sira kabeh marang Allah, kang kanthi (nganggo) asmane sira kabeh padha jaluk jinaluk ing antarane siji lan sijine, lan padha (reksanen) seambungan shilaturahim. Satemene Allah tansah ngjaga lan ngawasi sira kebeh.

Kaping Kalih: Sedherek marga saking agama utawi ukhuwah Islamiyah, sesami tiyang Islam punika sedherek, margi sampun dipun ngendikakaken dening Rasullulah SAW bilih antawis setunggal muslim kalian muslim sanesipun punika sedherek:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ

“ Wong Islam siji karo sijine iku dadi sedulur”.

Ing hadits sanesipun Rasulullah ngendika bilih raos welas asihipun tiyang Islam dipun ibarataken setunggal badan:

مثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَداعَى لهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى " متفقٌ عليه

“Pralambang, wong Islam ing sak jroning padha sesenengan lan melas asihi, lan padha trenyuh-trenyuhan iku kaya awak siji. Lamun salah sijine bagian saka awak lara, mangka sakabehane awak ngrasakake lara, melek, ora bisa turu lan krasa panas”.
(HR. Buchari Muslim).

Wonten hadits sanesipun Allah ngumpamakaken kados setunggaling bangunan:

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً متفق عليه

“ Wong mukmin sji kelawan liyane kaya dene bangunan, kang padha nguwatake”.(HR. Buchari Muslim)

Makaten pentingipun pasederekean ingkang dipun landasi kalian agami sehingga dereng dipun wastani tiyang iman menawi dereng trisna dhateng sederekipun:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ " متفقٌ عليه

“ Ora sempurna iman salah sijine wong ing antarane sira kabeh, sahingga trisna karo sedulure kaya kaya anggone trisna marang awake dhewe” (HR. Buchari Muslim)

Kaping tiga: Sedherek margi sami-sami manungsa utawi ukhuwah insaniyah utawai bashariyah. Allah SWT ngendika:


“ He manungsa, satuhune Ingsun (Allah) dadekake sira kabeh saka pawongan lanang lan wadon lan wus dadekake Ingsun ing sira kabeh pira-pira bangsa lan pira-pira suku supaya sira kabeh siji lan sjine bisa kenal. Satemene wong kang paling mulya ing dalem antarane sira kabeh iku wong kang paling taqwa. Satemene Allah iku Maha Pirsa lan Maha Niteni”. (QS. Al Hujurat: 13)

Pasedherekan punika dipun raketaken kalian raos welas asih, sahingga nalika mirsani tiyang sanes ingkang nandang cilaka badhe ndherek ngraosaken sakitipun sahingga sami paring pambiyantu. Kados menawi setungal wilayah kenging musibah lan bencana, griyanipun ical, kendaraanipun ical, kekuarganipun sami seda lan piyambakipun nandang sakit. Mila ing salebetipun manah nggadhahi raos trenyuh sahingga paring pambiyantu, sinaosa benten agami, kabilah lan bangsa.

Kaping sekawan: Sedherek margi sami setunggal daerah, utawi ukhuwah Wathaniyah. Sahingga nalika kita gesang wonten ing satengahing kampung, desa utawi kitha, tiyang-tiyang ing wilayah punika dados sedherek. Tiyang-tiyang punika sinaosa tiyang sanes ananging amargi asring pinanggih, sahingga prasasat kados sedherek mawon. Malah raosipun langkung caket, dipun bandhing kalian dzhurriyah ingkang boten nate pinanggih.

Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah
Sekawan perkawis ingkang dados mahnet utawi lem kangge sarana ngraketaken ing antawis sesami tiyang gesang. Kanthi punika kita melai ing wuan Syawal, ingkang prasasat boten wonten tiyang ingkang rumaos leres, sedaya ngraosaken kathah lepatipun. Sahingga kalepatan kalian Gusti Allah, melai rina malem riyaya dumugi akhir nindakaken shalat Id kita sampun ngalembana dhateng Agengipun Allah, nyucikaken Allah dan memuji dhateng asama dalem Allah SWT. Semanten ugi kalepatan dhateng sesaminipun dipun tindakaken kanthi muhasafah lan sami shilaturahim, sami sowan pisowanan sahingga ketingal welas-asihipun dhateng sesaminipun.

Mugi-mugi raos pasederekan punika saget dipun lestantunipun, amin ya Robbal ‘alamin.

جَعَلْنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن



6/30/2016

Do'a Penutupan Bulan Dana PMI, Bermunajat Kepada Allah



Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.

PMI selalu mempunyai tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak memihak golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya. (dikutip dari Wikipedia Indonesia)

Sumber dana operasional didapat dari Pemerintah dan swadaya masyarakat yang berupa donor darah dan iuran bulan dana PMI. Setiap pemerintah mempunyai style yang berbeda untuk memaksimalkan perolehan dana dari masyarakat. Karena itu dalam setiap tahun dibentuk panitia, untuk memaksimalkan perolehan, dalam setiap pencanangan dan penutupan diselenggarakan upacara ceremonial. Negara Indonesia yang masyarakatnya beragama, maka setiap usaha selalu memohon petunjuk kepada Allah dengan berdo’a.

َلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ أَخْرِجْنَا مِنْ ظُلُمَاتِ الْوَهْمِ وَأَكْرِمْنَا بِنُوْرِ الْفَهْمِ, وَافْتَحْ عَلَيْنَا بِمَعْرِفَةِ الْعِلْمِ وَسَهِّلْ لَناَ أَبْوَابَ فَضْلِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah, ya Rahman ya Rahim, ditangan-Mu segala puji, maka hanya kepada-Mu kami mengucapkan pujian dan menumpahkan rasa syukur. Disebagian dari kenikmatan yang Engkau berikan sehingga kami dapat mengikuti kegiatan penutupan Bulan Dana PMI tahun 2016, dalam keadaan tenteram, damai dan sejahtara.

Ya Allah, kami menyadari bahwa kenikmatan-Mu yang Engkau berikan sungguh teramat banyak, Engkau telah memberikan panjang umur kepada kami agar hamba-Mu lebih banyak beramal shalih, bertobat dan memohon ampun kepada-Mu. Karena itu ampunilah dosa, bimbinglah hati dan pikiran kami untuk selalu mengikuti sunnah-Mu.

Ya Allah, kami menyadari bahwa Engkau telah memberikan kesehatan kepada kami. Jadikanlah kami ya Allah, menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur untuk berempati kepada hamba-Mu yang sakit. Karena itu ya Allah jadikanlah penutupan bulan dana PMI ini sebagai media introspeksi. Sungguh kenikmatan yang Engkau berikan belum sebanding dengan infaq kami keluarkan, karena itu bukakanlah hati dan pikiran kami untuk berderma bagi kepentingan umat manusia, mensyukuri nikmat dan karunia-Mu.

Ya Allah, kami menyadari bahwa kenikmatan-Mu yang Engkau berikan kepada kami sungguh teramat banyak, Engkau telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menikmati kehidupan kepada kami, waktu sehat kami sebelum waktu sakit, waktu muda kami sebelum waktu tua, waktu luang kami sebelum waktu sempit, waktu kami berkecukupan sebelum menjadi fakir, waktu hidup kami sebelum datangnya ajal. Jagalah keikhlasan kami dalam beribadah, hidup dan mati semata-mata untuk mendapat ridha dan ampunan-Mu.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

"Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

6/29/2016

Akhlaq Nabi Muhammad dan Umatnya



Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, dengan kesempurnaan penciptaan ini bukan menjadi jaminan bahwa manusia akan menjadi makhluk yang sempurna, hal ini karena manusia mempunyai kompleksitas kehidupan. Manusia bukan malaikat yang mempunyai sifat ketaatan dan tidak pernah melakukan perbuatan yang diluar tugas yang telah diberikan kepadanya. Dalam diri manusia mempunyai sifat malakut, syaithaniyah dan hayawaniyah. Karena manusia makhluk yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Manusia akan menjadi baik dan buruk ketika unsur rohani yang tadinya fitrah telah terpengaruh dengan hal-hal lain. Ketika hal baik mendominasi maka perilaku manusia akan mengarah pada perbuatan baik, bermanfaat bagi orang lain dan dipandang sebagai orang yang berakhlaqul karimah. Namun sebaliknya bila unsur rohaninya didominasi oleh hawa nafsu maka perilaku manusia akan mengarah pada perbuatan buruk, yang bisa merugikan pada diri sendiri dan orang lain.

Allah mengutus para rasul untuk menyempurnakan akhlaq bagi sekalian alam. Rasul mempunyai sifat-sifat tertentu, disamping shidiq, amanah, tabligh, fathanah. Sifat-sifat ini dimungkinkan dimiliki oleh umatnya, karena rasul menjadi teladhan bagi umatnya. Rasul menyampaikan wahyu Allah untuk disampaikan pada umatnya, karena itu umat diarahkan untuk berakhlaq Rabbani.

Setiap rasul diutus untuk menyampaikan risalah Allah. Setiap Allah mengutus para rasul pada umumnya kondisi masyarakat yang jauh dari tuntunan Allah, mereka melaksanakan larangan Allah, perintahnya justru tidak pernah dihiraukan. Menyembah kepada Tuhan selain Allah, mabuk-mabukan, minuman keras, berjudi, kawin dengan sesama jenis, mengurangi timbangan, pembunuhan terhadap bayi dan perbuatan-perbuatan lainnya. Rasul dipersiapkan untuk mengajarkan manusia pada jalan yang diridhai-Nya sehingga disamping sifat-sifat diatas, rasul juga mempunyai sifat maksum. Sifat ini yang tidak dimiliki oleh umatnya. Karena perilaku rasul selalu dibimbing oleh wahyu, sehingga ketika mau melaksanakan perbuatan yang melanggar larangan Allah maka akan segera diingatkan oleh Allah.

Rasul pribadi yang sempurna.
Salah satu wujud kesempurnaan rasul adalah dalam hal beribadah, rasa pengabdian diri pada Allah dilakukan secara total. Bagaimanakah Rasullah Muhammad SAW dalam setiap malam senantiasa menegakkan shalat Lail, suatu saat Siti Aisyah bertanya, mengapa rasul selalu menegakkan shalat lail, kakinya sampai bengkok dan tikar shalat penuh dengan tetesan air mata. Bukankan rasul sudah dijaga dari perbuatan tidak baik dan dijamin masuk surga? Rasul menjawab, afala akunu minassyakirin, apakah aku tidak ingin disebut sebagai orang yang bersyukur?

Rasul menegakkan shalat dan menjalankan perintahnya bukan karena tuntutan dan kewajiban, namun segai wujud rasa syukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan. Dengan penciptaan dalam sebaik-baik bentuk, menusia diberikan kesempurnaan dalam segala sarana penunjang untuk menjaga kesempurnaannya. Panca indra yang sempurna, indah dan menarik, sekalipun manusia berkembang menjadi berjuta-juta tetapi tak satupun manusia yang sama. Semuanya beda, andaikan ada yang sama hanya mendekati kemiripan saja. Kesempurnaan manusia dilengkapi dengan akal, hati dan agama. Sesungguh semua ini disediakan oleh Allah agar manusia menjadi insan yang pandai bersyukur.

Ada orang yang menghitung-hitung pahala yang dilakukan khususnya pada bulan Ramadhan, dimana semua amal ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah, jika bertadarus pada bulan Ramadhan satu huruf dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan saja berapa kebaikan yang diperoleh ketika membaca Alquran 1 juz. Apalagi bila satu huruf dilipatgandakan menjadi 700 kebaikan. Berapakah kebaikan yang telah dikumpulkan? Berapakah nilai shadaqah yang telah dilakukan akan dilipatgandakan. Berapakah ibadah shalat akan dilipatgandakan oleh Allah. Hanya Allah yang Maha Tahu, andai disuruh menghitung masih besar manakah dengan karunia Allah yang telah diberikan kepadanya.
Berapakah nilai sehat yang diberikan, bisakah menghitungnya. Berapakah nilai kesempatan hidup dan panjang umur diberikan. Betapa sulit dibayangkan ketika seseorang sedang menikmati kehidupan dengan karier yang sedang menanjak, jabatan yang enak dan penghasilan yang memadai. Hidup rukun dan damai bersama anak dan keluarga, di keluarga dibanggakan, di masyarakat banyak menuai pujian. Tiba-tiba jatuh sakit, berapakah nilai rupiah dihabiskan untuk memperoleh kembali derajat kesehatan.

Yang lebih memprihatinkan bagaimanakah keluarganya ketika dia lebih dahulu dipanggil oleh Allah. Untuk dirinya akan memasuki alam baru yang akan menuai dari segala amal perbuatan yang telah dilakukan. Di alam Barzah dirinya hanya akan berharap dari tiga hal yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakan kepadanya. Bisakah keluarga yang ditinggalkan akan bangkit dari rasa duka, dan menyadari bahwa harta dan nyawa hanyalah titipan saja?

Tak mudah untuk bangkit dari duka, rasa cinta kasih dari orang yang dicintai yang telah tiada, bagi anak-anak, istri atau suami akan menghadapi tantangan dan kehidupan yang baru. Pendidikan dan keteladanan yang telah diberikan akan menjadi pribadi dalam keluarga yang tangguh. Sebaliknya bila tidak ada pendidikan dan kebiasaan buruk dalam keluarga yang jauh dari kehidupan beragama maka keluarga akan berantakan, ekonomi terpuruk, keluarga yang damai dan sejahtera berubah menjadi pertengkaran dan kekurangan. Tidak adanya nilai-nilai spiritual dan semangat religious maka keterpurukan akan semakin parah.
Karena itu kenikmatan yang diberikan oleh Allah dalam penciptaan yang paling sempurna dan pemenuhan kelengkapan hidup tidaklah sebanding dengan amal ibadah yang telah dilakukan. Karena itu pribadi Rasulullah menjadi teladhan, bahwa segala bentuk ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah. Kemudian dilaksanakan bukan karena tuntutan suatu kewajiban tetapi sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.

Pribadi umatnya
Pribadi umatnya cenderung merasa puas dengan ibadah yang telah dilakukan. Banyak diantara kita yang melaksanakan ibadah namun hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Ibadah shalat yang dilakukan hanya aktifitas fisik, shalat belum bisa menghadirkan hati. Nilai-nilai spiritual belum bisa menjadi landasan kehidupan. Banyaknya perilaku yang menyimpang dari aturan hukum dan norma agama, mengapa demikian. Bukankah Negara Indonesia mayoritas penduduk beragama Islam. Inilah esensi dari nilai shalat yang belum bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Mengapa demikian?

Alquran telah menekankan tentang shalat yang khusuk, berapa persen ibadah shalat sudah dilaksanakan dengan khusuk, berapa orang yang telah faham dan berupaya untuk meraih derajat khusuk. Sebagai ilustrasi bagaimanakah ketika sedang menegakkan shalat kemudian digigit nyamuk, rasa gelisah karena gatal dan akan menggaruk-garuk bekas gigitan. Sahabat Ali bin Abi Thalib pada punggungnya terkena anak panah, rasa sakit yang tak terkira. Beliau memerintahkan pada sahabat yang lain agar melepaskan anak panah ketika dirinya sedang shalat. Sungguh ajaib tidak merasakan sakit, dan tidak merasa bahwa anak panah dilepas dari punggungnya.

Ketika khusuk belum belum didapat akan berupaya untuk meraih derajat khusuk atau hanya mengikuti rutinitas. Banyak muslim yang selalu berjuang dan berkurban untuk meraih kekhusukan. Pelatihan shalat khusuk dilakukan, selalu memperbanyak shalat sunnah, keinginan untuk meraih keutamaan shalat berjamaah. Segala bentuk rintangan yang akan menghalangi selalu dilawan sehingga dirinya berada dalam posisi menang. Andai setiap muslim mempunyai dorongan yang demikian niscaya kesempurnaan manusia akan terjaga.

Karena itu untuk menjadi yang terbaik atau terburuk, menang atau kalah manusia dapat mengukirnya, melatih keseimbangan diri, jasmani rohani, mental spritual untuk mengikuti Sunnatullah. Maka jika terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara rasul dengan umatnya adalah menjadi hal yang wajar, karena bila umatnya sama atau lebih baik dari rasulnya tidak ada bedanya rasul dengan umatnya. Sehingga siapakah Rasulullah dan manakah umatnya? Rasul menyampaikan risalah Allah menjadi figur teladhan bagi umat manusia, sedang umat yang mengikuti risalah para rasul. Dari waktu kewaktu selalu berjuang untuk meraih kesempurnaan. Semoga keimanan kita selalu terjaga, seandainya suatu saat keimanan tergadaikan, akan ingat dengan nikmat yang telah diberikan, sehingga ibadah terjaga dalam kondisi ikhlas dan istiqomah.

6/27/2016

Shilaturahim Wektu Bungah Lan Susah-Khutbah Idul Fitri Basa Jawa Tahun 2016




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .
Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Ing dinten fitrah lan dinten kamengan punika, kita sedaya sami jumbuhaken raos bingah, suka renaming penggalih, amargi sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan. Mugi-mugi ibadah puasa punika dipun tampi dening Allah lan sedaya ibadah ing sak lebetipun shiyam Ramadhan kaleres ibadah fardhu utawi ibadah sunnah saget nambah bobotipun amal ibadah lan lan pikantuk ridhanipun Allah SWT.
Kanthi punika kagem melai mlebet ing wulan Syawal mangga kita tansah ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun, langkung sae malih kita saget nerasaken ibadah ing sak lebetipun wulan Ramadhan.

Nalika mlebet ing wulan Syawal mila sami ketingal raos bingah, kejawi sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam ugi amargi sesami tiyang sami ngaturaken kalepatan lan ugi sami ngrumaosi lepat sahingga sami nyuwun pangapunten kalian sesaminipun. Kawontenan punika dipun ikraraken kanthi pangendikan “ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin, taqabbalallahu, minna waminkum taqabbal ya karim”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Shilaturahim ing wulan Syawal punika ngengetaken bilih sedaya manungsa punika asalapin inggih namung setunggal inggih nabi Adam, saterasipun Allah paring garwa inggih punika Siti Hawa, kados pangendikanipun Allah:


“ He manungsa, satuhune Ingsun (Allah) dadekake sira kabeh saka pawongan lanang lan wadon lan wus dadekake Ingsun ing sira kabeh pira-pira bangsa lan pira-pira suku supaya sira kabeh siji lan sjine bisa kenal. Satemene wong kang paling mulya ing antarane sira kabeh iku wong kang paling taqwa. Satemene Allah iku Maha Pirsa lan Maha Niteni”. (QS. Al Hujurat: 13)

Midherek ayat punika nedhaken bilih, saking piyantun kalih sak punika sampun dados piyantun kathah, sahingga ing antawis kita asring boten sami pirsa pundi ingkang sedherek kalian tiyang sanes. Pramila ing wulan Syawal punika kita sami pinanggihan kalian para sedherek wonten swasana suka cita gembiraning manah, sami pasrah, ngaturaken kalepatan lan leganipun penggalih nyuwun pangapunten. Raos gumedhe, tamak lebur ing pengestuti dados sifat welas asih lan lembah manah.
Pramila pasedherekan ingkang sampun kita raketaken kanthi dasar keluarga, agama lan masyarakat tansah dipun jagi kanthi sak sae-saenipun. Amargi kanthi ngraketaken pasedherekan saget manjangaken yuswa, piyantun sehat lan rizkinipun badhe dipun tambah dening Allah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Nalika nembe ngraosaken bingah, ampun ngantos raos bingah punika dadosaken tiyang ingkang supe, jalaran sak punika kathah musibah lan bencana. Nalika ing wulan Juni 2016 ing Purworejo, Kebumen lan Banjarnegara wonten musibah banjir lan siti gugruk. Kathah bandha ingkang ical lan ugi korban jiwa.

Kanthi punika wontenipun musibah lan bencana kita dadosaken i’tibar, sampun dados Sunnahtullah bilih musibah lan bencana saget nuwuhaken raos susah lan gerahing penggalih. Lan kanugrahan saget nuwuhaken raos bingah lan suka renaning penggalih. Sahingga nalika nembe nampi kanugrahan kedah tansah syukur dhateng Allah. Lan nalika nampi musibah kedah sabar. Rasulullah SAW nate ngendika, menawi Gusti Allah badhe ngersakaken kesahenan dhateng kawulanipun, Allah badhe nyukani musibah:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُصِبْ مِنْهُ (رواه البخاري)
"Sapa wonge kang dikersakaken bakal oleh kebagusan, mila Allah bakal maringi musibah marang dheweke”. (HR. Bukhari)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum muslimin jema’ah shalat Id Rahimakumullah
Wonten pundi papan lan panggenan kita tansah dipun adhepaken kalian musibah lan bencana. Tiyang ingkang gesang wonten ing wilayah perbukitan, gunung, tebing, badhe ngadhepi musibah banjir lan siti gugruk. Tiyang ingkang gesang wonten ing sakitaring milining lepen badhe ngadhepi bencana rupi banjir. Tiyang ingkang gesang ing sakitaring gunung badhe ngadhepi siti gugrug lan gunung bledos. Tiyang ingkang gesang wonten ing wilayah pantai badhe ngadepi musibah toya pasang, rob lan tsunami. Tiyang ingkang nembe tindakan ngagem kendaraan badhe ngadepi musibah kecelakaan lalu lintas, tiyang ingkang tindakan mawi pesawat ngadhepi musibah pesawatipun dhawah. Tiyang ingkang tindakan mawi prau lan kapal laut badhe ngadhepi musibah kapal kerem lan sak terasipun.

Semanten ugi ingkang perlu kita waspadhai, bilih nalika mlebet ing tanggal setunggal Syawal, kita sampun dipun parengaken dhahar lan ngunjuk ing wekdal siang. Nalika shiyam padharan kosong, ing wulan Syawal dados kebak kalian dhaharan lan unjukan. Sahingga saget nuwuhaken musibah arupi sakit padarasnipun, sirahipun mumet, badanipun pegel-pegel lan saterasipun. Mekaten punika mugi-mugi ing tahun punika kita saget mendhet hikmahipun. Bilih ing padaran kita sampun wonten ukuranipun. Sapertiga kagem unjukan sapertiga kagem dhaharan lan sapertiga kegem anginipun. Sahingga menawi padharan dipun isi kalian unjukan lan dhaharan mila badhe nuwuhaken musibah ingkang boten dipun kersakaken.

Pramila sak sampunipun mlebet ing wulan Syawal mangga kita lestantunaken ibadah ing wulan Ramadhan. Ing pundi papan lan panggenan kita tansah eling kalian Allah, pakulinan tadarus Alaquran, kajian Islam, pengaosan, kuliah subuh, shalat jamaah wonten masjid utawi langgar lan musholla, nindakaken shalat sunnah, nggiyataken shadaqah lan saterasipun. Sahingga menawi sawekdal-wekdal musibah lan bencana punika dumugi, kita sampun siap, bilih musibah lan bencana punika saking ngarsa dalem Allah. Malah menawi musibah lan bencana punika mendhet nyawanipun, kita badhe kalebetaken dados golongan ipun tiyang-tiyang ingkang khusnul khatimah.

Kita kedah waspada ugi bilih musibah lan bencana punika dipun sebabaken saking tindak lampah lan pokalipun para manungsa. Kayon-kayon dipun tebang, bucal sampah wonten lepen, numpuk sampah ing sakitaripun griyo ingkang saget dados umahe lemut lan tikus, bak toya boten nate dipun kuras lan saterasipun. Kanthi punika ing wulan Syawal dipun melai saking dinten fitrah. Dinten ing sak lebetipun Gusti Allah sampun paring pangapunten dhateng sedaya lepat lan dosa kawulanipun. Kanthi punika dipun melai saking manah ingkang suci kita biasakaken gesang ingkang bersih, jasmani lan rohaninipun.
Langkung sae malih menawi sasampunipun tanggal setunggal Syawal dipun terasaken kalian puasa sunnah bulan Syawal. Mekaten punika margi hikmahipun ingkang sanget angengipun, Rasulullah SAW ngendika:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“ Sapa wonge nindakake puasa Ramadhan nuli dikanteni nem dina ing wulan Syawal mangka (ganjarane) kaya puasa setahun”. (HR. Muslim)
Akhiripun mugi-mugi shilaturahim ingkang kita bangun saget nuwuhaken gasang bebrayan ingkang, tata titi tentrem kerta raharja lan pikantuk rahmat saking ngarsa dalem Allah SWT, amin.

جَعَلْنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

6/23/2016

Makna Bulan Suci Ramadhan



Allah SWT menciptakan tahun yang terdiri atas 12 bulan, adapun hitungan hari dalam satu bulan berbeda-beda. Untuk kalender Masehi bisa terdiri 28, 29, 30 atau 31 hari. Namun untuk kalender Hijriyah hanya terdiri 29 atau 30 hari. Penentuan 12 bulan dalam setahun telah disebutkan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Attaubah ayat 36:
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”.

Adapun empat bulan Haram yang dimaksud adalah bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Berbeda dengan bulan yang lain Ramadhan adalah bulan suci. Tidak ada bulan yang suci kecuali bulan Ramadhan. Apakah maksud dari bula suci itu? Hal ini karena bulan suci Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah, hanya di dalam bulan Ramadhan nilai ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Semua ibadah sunnah akan dinilai sebagaimana ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan antara 10 hingga 700 kebaikan.

Karena itu dengan keunggulan bulan Ramadhan, menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Peningkatan ibadah dengan melihat keunggulan pada bulan Ramadhan. Bagi muslim yang telah mencapai pada derajad mukasafah niscaya tidak mau menyia-nyiakan setiap detikpun pada bulan Ramadhan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah, bahkan mereka tidak mau dengan segera ditinggalkan bulan Ramadhan. Mereka tahu tentang keutamaan bulan Ramadhan sehingga bila diizinkan, akan meminta kepada Allah agar semua bulan dijadikan sebagaimana bulan Ramadhan. Karena begitu besar rahmat dan ampunan Allah, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah bahwa bulan Ramadhan yang pertama adalah rahmat, Ramadhan yang kedua maghfirah dan Ramadhan yang ketiga akan dijauhkan dari api neraka.

Dimanakah sepuluh hari yang pertama, kedua dan ketiga? Karena dalam satu bulan terdiri dari 29 atau 30 hari. Karena itu bila dibagi tiga, maka Ramadhan yang pertama adalah tanggal 1-10, Ramadhan kedua 11-20, Ramadhan ketiga 21-29/30. Dengan demikian tanggal 1-10 Allah melimpahkan rahmat-Nya bagi seluruh hamba-Nya. Dengan rahmat maka setiap makhluk akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan, hal ini akan diperoleh bila dapat mengisi hari-hari khususnya pada bulan Ramadhan sebagai bentuk ibadah. Setiap anggota tubuh manusia diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, oleh karena itu ibadah puasa bukan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan hubungan suami istri pada waktu siang hari. Bila sedang berpuasa bisa menahan diri maka puasanya syah tetapi yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja “banyak orang yang berpuasa namun yang diperoleh hanya lapar dan dahaga saja (Hadits)”.

Karena itu agar memperoleh derajat yang lebih tinggi, ketika sedang berpuasa hendaknya berupaya untuk menahan diri dari ucapan, perbuatan yang tidak baik, menghindarkan diri dari perkelahian dan permusuhan. Andaikan terbiasa berkata kotor, berbohong, menghibah, memfitnah, menggunjing, menyakiti orang lain, waktunya puasa Ramadhan yang pertama untuk dikeluarkan semua perilaku yang tidak baik. Allah telah menyediakan media dengan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat tarowih dan witir, tadararus Alquran, kajian Tafsir Alquran, Hadits dan kitab-kitab klasik, menyelenggarakan pesantren Ramadhan, buka bersama, kultum dan kuliah subuh, pembagian takjil dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan setiap muslim akan merasa disibukkan dengan urusan ibadah, sehingga sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk akan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif sesuai dengan tuntunan Islam. Hal ini sesuai dengan perilaku ahli suffah yang melakukan takholli.

Untuk selanjutnya pada sepuluh hari yang kedua 11-20 adalah hari- hari yang penuh dengan ampunan Allah. Setiap muslim melakukan tahalli, yaitu mengiasi, mengisi kehidupan dengan perbuatan yang baik. Maka tiada alasan bagi Allah untuk tidak mengampuni hamba-Nya yang telah berupaya membersihan diri dari segala perilaku yang tidak baik. Karena para pendosapun akan tetap diampuni Allah selagi masih hidup. Apalagi hamba-Nya yang taat, menyadari dosa dan kesalahan dirinya. Selalu meningkatkan kualitas ibadah, sehingga hati yang bersih akan memancarkan dalam setiap aktifitasnya. Setiap detak jantung, tarikan nafas selalu dipenuhi dengan dzikrullah. Sehingga kesadaran diri selalu merasakan kehadiran Allah pada dirinya. Jika dirinya tidak mengetahui Allah namun sesungguhnya dirinya yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Maka dalam setiap perbuatan selalu merasa diawasi Allah, dimanapun dan kapanpun. Allah bukan hanya mengawasi namun Allah juga akan mencatatnya, dan setiap perbuatan akan dikembalikan kepada dirinya baik di dunia maupun diakhirat. Setiap amal perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, ketika didunia oleh yang memberikan amanat dan di akhirat oleh yang menciptakan amanat.

Pada sepuluh hari yang ketiga adalah tanggal 21-29/30 adalah hari-hari penentuan dimana ketika sudah memperoleh ampunan Allah, sifat-sifat Allah mulai tertanam dalam dirinya. Segala perbuatan yang dilakukan semata-mata mengikuti Sunnatullah, inilah bagi kalangan ahli suffah maka telah mencapai tingkat tajalli. Ketika telah mencapai taraf ini maka akan dijauhkan dari api neraka. Inilah bahwa tahapan untuk menggapai surgawi melalui suatu proses yang cukup panjang, karena dalam setiap waktu manusia tidak akan lepas dari cobaan, musibah dan bencana. Dari ini derajat keimanan teruji yang dibuktikan dengan aktifitas ibadah. Karena iman kadang bertambah dan kadang berkurang “al imanau yazidu wa yankusu”. Setiap muslim pasti pernah atau sering merasakan sendiri, misalnya suatu saat menunggu waktu shalat namun suatu saat sudah ada panggilan shalat tetapi masih menyibukkan diri dengan urusan dunia. Bahkan kadang sampai meninggalkan waktu shalat.

Karena itu bulan Ramadhan adalah bulan suci, segala bentuk ibadah akan dilipatgandakan pahalanya, kecuali puasa yang pahalanya akan langsung diterima Allah SWT. Sesungguhnya hanya ibadah puasa yang ibadahnya langsung diterima Allah. Dengan ini dimana-mana nuansa Ramadhan, masjid, langgar, musholla, di rumah, kantor, sekolah dan pondok pesantren, siaran radio, TV, surat kabar, media sosial. Bahkan ditempat umum nuansa Ramadhan, banyak baliho, spanduk yang memberikan himbauan tentang puasa Ramadahan, di pasar dan di sepanjang jalan menyediakan aneka makanan untuk berbuka puasa. Dan pada siang hari banyak rumah makan, restoran yang ditutup, atau memberikan pelayanan secara terbatas.

Bulan Ramadhan bulan untuk mensucikan diri, dengan keutamaannya diharapkan bisa menghapus atau secara perlahan mengikis dosa-dosa yang telah menumpuk, bahkan bisa jadi dengan kemurahan Allah akan memberikan ampunan segala dosa yang telah dilakukan hamba-hamba-Nya. Apalagi bagi siapapun yang menjumpai malam lailatul qadar, niscaya dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah. Untuk selanjutnya menjadi aktifitas pasca Ramadhan akan meningkat atau justru akan kembalai kepada perbuadakan hawa nafsu kembali. Mudah-mudahan dengan berbuka tanggal 1 Syawal akan dilanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal.

6/09/2016

Puasa Ramadhan Wujudkan Kesalihan Ritual, Spiritual dan Sosial



             Ibadah puasa adalah ibadah sirri, siapa yang mengetahui bahwa si Fulan sedang puasa. Karena kebetulan si Fulan biasa melaksanakan puasa sehingga setiap aktifitasnya tidak mengalami penurunan. Ibadah puasa dilakukan dengan ikhlas, sehingga dengan keikhlasan itu bisa mengalahkan rasa lapar, haus dan lemas. Sebaliknya siapa yang mengetahui bahwa si Fulan 2 baru saja makan dan minum dengan kenyang sehingga kemudian mengantuk dan tidur. Sulit untuk dibedakan antara si Fulan dan si Fulan 2. Karena ketika bersama dengan teman-temannya tidak makan, minum atau merokok. Inilah ibadah puasa hanya diri sendirilah yang tahu, dan tentu saja Allah Maha Tahu.


اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
           Pertama dan yang paling utama kami mengajak Jemaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Tentu saja kita laksanakan secara pelan namun pasti, istiqomah dan ikhlas agar ibadah yang kita laksanakan akan mencapai pada kesempurnaaan.

           Demikian pula pada saat ini kita sedang melaksanakan puasa Ramadhan, dimana puasa ini merupakan perintah Allah yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman:


“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (QS. Al Baqarah; 183-184)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
            Sejak usia aqil baligh, sudah berapa kali kita melaksanakan puasa Ramadan, disini bukan bermaksud mendorong untuk menghitung-hitung amal ibadah dan kesalihan yang pernah dilakukan, yang justru terkadang akan menimbulkan sikap ujub, namun ini sebagai media evaluasi, sejauh mana ibadah puasa yang telah dilakukan itu dapat mencapai derajat muttaqin. Karena sesungguhnya pribadi yang muttaqin akan terpancar pada sikap dan perilaku yang akan membentuk kesalihan ritual, spiritual dan sosial.
            Puasa Ramadhan adalah ibadah sirri, untuk menguji sejauhmana kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Bagi orang yang bertaqwa menyadari bahwa bulan Ramadhan adalah pesta ibadah. Dimana nilai ibadah puasa akan langsung diterima oleh Allah, dan ibadah-ibadah yang lain akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW pernah berkata:
كُلُّ عَملِ ابنِ آدَمَ يُضَاعفُ الحسَنَةُ بِعشْر أَمْثَالِهَا إِلى سَبْعِمِائة ضِعْفٍ . قال اللَّه تعالى : " إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وأَنا أَجْزي بِهِ : يدعُ شَهْوتَهُ وَطَعامَهُ مِنْ أَجْلي .
“Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya hingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintah-Ku”. (HR. Muslim)

            Begitu besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga ibadah sunnah pada bulan Ramadhan dinilai seperti ibadah yang fi fardhukan/ diwajibkan. Demikian pula ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah. Karena itu untuk memperoleh predikat menjadi orang muttaqin disamping dapat menjaga dari segala yang membatalkan puasa secara lahir, seperti makan minum dan melakukan hubungan suami isteri pada siang hari, hendaknya juga dapat menjaga sikap ruhaniyah sehingga ibadah puasa berdimensi ibadah lahir dana batin. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan:

1. Memelihara lidah untuk tidak berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata telinga dari melihat atau mendengar sesuatu yang tidak baik.
والصِّيام جُنَّةٌ فَإِذا كَانَ يوْمُ صوْمِ أَحدِكُمْ فلا يرْفُثْ ولا يَصْخَبْ، فَإِنْ سابَّهُ أَحدٌ أَوْ قاتَلَهُ ، فَلْيقُلْ : إِنِّي صَائمٌ
“Puasa adalah sebagai perisai, maka orang yang berpuasa, janganlah ia berkata kotor atau melakukan perbuatan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau memakinya, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah berpuasa."

2. Menahan perutnya dari dari makanan-makanan yang haram, subhat, karena perlunya mengusahakan makanan yang halal dari segi zatnya sifat maupun af’alnya.

3. Menjaga seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang tidak bermafaat yang tidak ada hubungannya dengan dirinya secara langsung. Karena bila hal ini dilakukan maka ibadah puasa yang dilakukan hanya memperoleh lapar dan dahaga saja.
كم من صائم ليس له من صيامه الاالجوع والعطش
“Banyak orang berpuasa, tetapi puasanya tiada berarti kecuali hanya menahan lapar dan dahaga saja”.

4. Meninggalkan perbuatan maksiat, ini menjadi kewajiban baik baik orang yang berpuasa atau tidak, sedang melaksanakan puasa atau tidak. Namun bagi yang sedang berpuasa dituntut untuk lebih berhati-hati.

5. Orang yang berpuasa hendaknya jangan terlalu banyak tidur di siang hari, dan terlalu banyak makan di malam hari. Hendaknya selalu bersahaja dalam kedua hal, agar dapat merasakan pedihnya lapar dan dahaga. Dengan demikian jiwanya akan terdidik, nafsu syahwatnya terkendali dan hatinya bercahaya.

6. Kesibukan urusan duniawi hendaknya lebih diarahkan pada kegiatan beribadah sebanyak-banyaknya dan berzikir kepada Allah.

Mudah-mudahan ibadah puasa dan semua amal shalih yang telah kita lakukan tercatat sebagai amal shalih yang diterima oleh Allah, dan yang belum kita laksanakan semoga senantisa diberikan kemampuan dan kesempaan untuk menjalankannya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

3/15/2016

Doa Peresmian Proyek Pembangunan, Semoga Kuat, Tahan dan Bermanfaat



Proyek pembangunan adalah suatu kegiatan pembangunan yang pelaksanaannya diserahkan kepada pihak kontraktor. Oleh pihak kontraktor proses pembangunan dilaksanakan oleh suatu badan usaha melalui PT atau CV. Sehingga untuk melaksanakan kegiatan harus dilaksanakan secara koloni, dengan rencana kegiatan, alokasi anggaran, bentuk dan spesifikasi materiil, jangka waktu yang direncanakan.

Untuk mewujudkan proyek sesuai dengan rencana, maka dimungkinkah harus diadakan penghematan, agar kontraktor tidak merugi. Karena itu emage masyarakat, bahwa pembangunan yang dilaksanakan karena proyek pada umumnya tidak akan bertahan lama. Image ini bisa benar dan bisa salah, bila benar kebetulan masyarakat melihat proses pembangunan yang tidak sesuai standar, sehingga baru berapa saat bangunan sudah rusak. Namun image itu tidak benar, karena banyak bangunan yang dilaksanakan karena proyek namun tetap kuat dan tahan lama.

Karena itu tak perlu banyak berburuk sangka, yang penting sekarang pembangunan sudah selesai dan kita berdo’a semoga bangunan kuat, tahan lama, bermanfaat sehingga dapat menunjang terpenuhinya kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

الحمد لله رب العالمين حمدايوافى نعمه ويكافى مزيده ياربنا لك الحمد ولك شكر كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين.


Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Mu, atas limpahan nikmat dan karunia-Mu pada hari ini, kami dapat berkumpul di tempat yang mulia ini dalam rangka peresmian proyek tahun 2015 dalam keadaan damai dan sejahtera, semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah kepada-Mu.

Ya Allah, ya ‘aziz, berikanlah keberkahan atas kegiatan ini dan berikanlah keberkahan atas terlaksananya proyek pembangunan tahun 2015. Berikanlah ketahanan, kekuatan dan kemanfaatan segala proyek itu untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Mudahkanlah ya Allah segala urusan kami, bimbinglah kami selalu ya Allah untuk mematuhi segala perintah dan tuntunan sunnah-Mu. Limpahkanlah selalu ya Allah kedamaian dalam hati kami, jauhkanlah segala sifat tidak terpuji.

Ya Allah jadikanlah kami menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur dan bersabar, jadikanlah kami kecil dalam pandangan kami sendiri dan besar dalam pandangan orang lain, bimbinglah kami dengan petunjuk-Mu.

اَللّهُمَّ اِنَّنَا عبادك والجبال والانهار وجميع العالمين فى قبضتك وتحت سلطانك فسخرها يا الله جميعالمنافعنا وسعادتنا وابعد عنا جميعا شرورها ومضارها برحمتك ياارحم الراحمين وياخيرالناصرين

Ya Allah kami semua adalah hamba-Mu, gunung-gunung dan sungai-sungai serta seluruh alam adalah dalam kekuasaan-Mu, maka tundukkanlah semua itu untuk kemanfatan dan kebahagiaan kami. Jauhkanlah kami dari segala malapetaka dan bahaya, dengan rahmat-Mu wahai sebaik-baik penyayang dari para penyayang dan sebaik baik penolong dari para penolong.

ربنا تقبل منا انك انت السميع العليم وتب علينا انك انت التواب الرحيم, ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الا خرة حسنة وقنا عذاب النار, والحمد لله رب العالمين.

3/14/2016

Upacara Bendera Tanggal 17



Upacara bendera diselenggarakan utamnya bila terdapat momen-momen hari besar nasional, seperti HUT RI, Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Kesaktian Pancasila, Hari Anti Narkotika dan lainnya. Namun disamping itu upacara bendera juga diselenggarakan pada hari dan tanggal tertentu. Misalnya setiap sekolah dan madrasah menyelenggarakan upacara bendera setiap hari Senin,

Untuk di Kantor, Dinas, Badan, Lembaga kadang di selenggarakan pada awal bulan atau tengah bulan. Ini diupayakan sebagai wujud konsultasi, koordinasi, konsolidasi agar setiap pegawai, guru, karyawan, TNI, Polri dapat meningkatkan kinerja, dedikasi, loyalitas, kedisiplinan dan keteladannya.

الحمد لله رب العالمين حمدايوافى نعمه ويكافى مزيده ياربنا لك الحمد ولك شكر كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين.


Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Mu, atas limpahan nikmat dan karunia-Mu pada pagi hari ini, kami dapat berkumpul di alun-alun ..................... dalam rangka upacara bendara tanggal 17 Maret 2016, semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah kepada-Mu.

Ya Allah, ya haadi, jadikanlah upacara bendera ini menjadi wahana konsultasi dan koordinasi, menuju terciptanya soliditas dan solidaritas segenap Aparatur Sipil Negara, TNI dan Polri di Kabupaten ............................ Untuk bersama-sama meningkatkan kinerja, menciptakan persatuan dalam perbedaan, membangun kebersamaan dalam keberagaman, menuju terciptanya tananan kehidupan masyarakat yang aman sehat rapi dan indah dibawah naungan ridha dan ampunan-Mu.

Ya Allah kuatkanlah tekad dan semangat kepada kami untuk senantiasa mewujudkan integritas, kedisiplinan, kejujuran, bekerja dengan penuh dedikasi, loyalitas dan keteladanan. Karena sungguh merupakan anugerah yang tiada terkira, Engkau telah memilih kami menjadi bagian dari aparatur negara, karena itu ya Allah, tundukkanlah hati dan pikiran kami untuk senantiasa mensyukuri nikmat-Mu.

Karena itu ya Allah bimbinglah kami dengan petunjuk-Mu, hiasilah hati dan fikiran kami dengan nur hidayah-Mu. Kami yakin Ya Allah, tanpa petunjuk-Mu kami akan menjadi hamba-Mu yang sesat. Karena itu kuatkanlah niat kami untuk menjadi teladan karena amal salih yang kami lakukan, dan kuatkanlah tekad untuk meraih kebaikan yang lebih tinggi.

Ya Allah ya ghoffar, ampunilah dosa kami, orang tua kami, para pemimpin kami, kabulkanlah permohonan kami, amin.

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الا خرة حسنة وقنا عذاب النار, والحمد لله رب العالمين.

3/01/2016

Pisah Ditanyakan Jumpa Tak Diacuhkan



Pertemuan adalah hal yang biasa, perpisahan hal yang luar biasa, perpisahan seorang istri yang ditinggal oleh suami, karena suami sedang melaksanakan tugas atau pekerjaan. Entah karena sebab apakah sehingga istri sering menanyakan keadaan suami, sampai dimana, sedang apa, sudah makan atau belum. Bahkan kadang kata-kata I miss you, I love you diucapkan entah lewat phone, SMS atau WA. Tak cukup itu kadang anak-anaknya disuruh bicara lewat Hp untuk menanyakan keadaan ayahnya.

Perasaaan apakah yang berkecamuk dalam benak seorang istri ketika suaminya tidak berada bersamanya? Mungkinkah istri takut ditinggal suami, karena bisa jadi suaminya akan terlalu larut dalam kebahagiaan bersama teman-temannya sehingga akan melupakannya. Atau mungkin istri curiga terhadap suaminya, atau mungkin saja memang tulus ingin memberikan perhatian pada suaminya.

Tentulah perhatian istri yang demikian ini menjadi poin tersendiri bagi istri, ternyata istrinya memang seorang yang amat perhatian. Bisa jadi perhatian ini akan direspon oleh suami menjadi bentuk kebanggaan terhadap teman-temannya, ternyata dia mempunyai istri yang amat perhatian. Namun bisa jadi perhatian ini dipandang sebagai suatu yang mengganggu aktifitasnya, mudah-mudahan hal ini tidak terjadi pada para suami yang mempunyai istri amat berperhatian.

Wujud perhatian ketika berpisah berbeda dengan ketika sudah bertemu:
  1. Menyambut kedatangan suami dengan senang hati, disiapkan perlengkapan untuk mandi, minuman dan makanan.
  2. Menemani suami makan dan minum sambil menanyakan keadaan suami dalam melaksanakan aktifitas.
  3. Menyambut suami dan mengambil oleh-oleh sebagai wujud perhatian suami pada istri dan keluarganya, setelah itu istri akan kembali dengan kegiatannya menonton TV.
  4. Membiarkan suami membersihkan diri, makan, minum sendiri seperti laki-laki yang tidak mempunyai istri.
  5. Istri yang sudah tidur, akan malas untuk bangun, walupun mendengar suami pulang namun pura-pura tetap tidur.

Ada beberapa keadaan yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga, sangat berbeda dengan figur wanita teladan Ibu Muthi’ah, seorang wanita yang hidup pada masa rasul yang tinggal di luar kota Madinah. Beliau mengetahui akhlak dan kepribadiaannya sehingga putrinya yang bernama Siti Fatimah disuruh berguru kepadanya. Bagaimanakah sikap ibu Muthi’ah ketika suaminya datang setelah pulang dari bekerja. Beliau menyambutnya dengan senang hati dengan menyediakan baskom berisi air, kain handuk dan cemeti. Beliau bersihkan tangan dan mukanya dan dikeringkan dengan kain walaupun kemudian dilanjutkan dengan membersihkan dirinya sendiri, ibu Muti’ah senantiasa menemani makan dan minum suaminya, melayani dengan baik bahkan setelah suaminya beristirahat diserahkan cemeti untuk mencambuk dirinya bila pelayannya tidak sesuai dengan harapannya (Hasan Basri, KH, Risalah Islamiyah Rahmat Bagi Alam Semesta, Media Dakwah, Jakarta, 1989, hal: 127).

Moralitas Jawa bahwa wanita harus ngladosi dhateng ingkang garwo, artinya bahwa seorang istri harus melayani suami. Sehingga budaya Jawa dalam hal makan dan minum, senantiasa menunggu suami. Ketika istri sudah selesai memasak maka sekali-kali tidak akan makan mendahului suami. Bahkan suami selalu diambilkan dan disediakan lebih dahulu. Ketika suami sudah sudah pulang, dan sudah membersihkan diri istri akan menyiapkan hidangan dan mengambilkan untuk suami dan makan bersama.

Zaman sekarang tentu sudah amat berbeda dengan zaman dahulu, apalagi pada zaman sekarang para wanita sudah banyak yang keluar rumah untuk bekerja. Wanita tidak lagi dikurung di dalam rumah yang mana segala kebutuhan sudah dicukupi oleh suaminya. Sehingga aktifitas dan pekerjaan ini akhirnya merubah sikap dan perilaku istri didalam hidup berumah tangga, seakan untuk makan dan minum bisa membuat sendiri, makan dan minum sendiri karena semuanya telah disediakan di meja makan. Sedang dia berfikir ketika dia pulang kerja tidak ada yang menyiapkan makan dan minum, dia yang menyiapkan pada dirinya sendiri.

Hendaknya seorang istri punya rasa bangga bahwa dia mempunyai suami yang selalu dia layani, karena pelayanan ini adalah suatu kemuliaan yang diberikan oleh Allah, dialah wanita pilihan, dialah wanita teladan. Seharusnya dia bersyukur bahwa suaminya masih pulang dalam kondisi selamat. Bagaimanakah jika dia dipertemukan kembali bersama suaminya ternyata suaminya dalam kondisi sakit tentu kebahagiaan akan berkurang. Apalagi bagaimanakah bila suaminya pulang sudah menjadi mayat tentu kesediahan yang akan dirasakan, perpiasahan yang diharapkan bisa bertemu kembali, namun ternyata menjadi perpisahan untuk selam-lamanya.

Mungkin ketika suami pulang sudah menjadi mayat, bukan hanya sang istri yang memberikan perhatian namun keluarga atau orang lain yang akan memberikan perhatian. Dan perhatian ini karena tuntutan tugas dan kewajiban sebagai seorang muslim untuk memandikan, mengkafani,mensalati dan menguburkannya. Pada saat suami pulang, bisa jadi istri menjadi tidak sadarkan diri, dan ketika sadar suami sudah dibungkus kain kafan dan siap untuk disalati dan dikuburkan. Bila hal ini terjadi tentu menjadi kesedihan dan penyesalan yang tiada berguna.

Karena itu sebelum hal-hal yang tidak diharapkan terjadi berusahalah untuk menundukkan egomu, lakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, tinggalkan kesibukan yang masih bisa ditangguhkan untuk memberikan perhatian, wujud perhatian seorang istri akan menumbuhkan cinta kasih seorang suami yang berujung pada pencapaian keluarga sakinah mawaddah dan rahmah.