5/22/2015

Implementasi Syukur - Khutbah Bahasa Indonesia



Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.


اِنَّ الْحَمْدَلِلّٰهِ الَّذِىْ فَضَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى سَائِرِ الْاَيَّامِ الْمُتَعَدِّدَةِ وَجَعَلَ فِيْهِ سَاعَةً مُسْتَجَابَةً لِمَنْ دَعَاهُ بِخُلُوْصِ النِّيَّةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ تُنْجِيْنَا مِنْ جَمِيْعِ الْاَهْوَالِ وَالْمَشَاكِلَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ اللهُ بِالرَّحْمَةِ وَالرَّأْفَةِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini tak lupa saya berwasiat untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhya segala perintah dan larangan Allah akan membawa konsekwensi, baik dalam suasana kehidupan dunia dan di akhira kelak. Seorang hamba Alah yang senantiasa merasa dalam kondisi ketaatan kepada Allah maka dia akan memperoleh ketenangan, kebahagiaan bahkan kesejahteraan dalam hidup, demikian pula di akhirat akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Sebaliknya hamba Allah yang senantiasa berada pada jalan kesesatan atau kefasikan maka akan dijauhkan dari kebahagiaan, ketenangan dan kesejahteraan. Namun seandainya sedang berada dalam kejayaan sesungguhnya Allah sedang menguji hambanya.
Karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa meningkatkan rasa syukur dalam dirinya, Allah SWT telah berfirman:


“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Didalam ayat Alquran tersebut Allah SWT telah memaklumkan yaitu memberi tahu tentang janjinya. Dalam tafisr Ibnu Katsir ayat tersebut bisa bermakna bahwa Allah telah bersumpah dengan keperkasaan, keagungan dan kebesaran-Nya. Jika kamu bersyukur maka Allah akan menambah kenikmtannya dan jika kamu mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya azab-Ku (Allah) sangat pedih.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ada sementara orang yang memaknai kenikmatan Allah adalah berupa harta yang banyak, pangkat dan jabatan yang menggiurkan. Kebanyakan bila memperolehnya segera bersyukur, dengan melakukan sujud syukur atau mengucapkan hamdalah. Bagi yang berpendapat seperti ini memang tidak salah namun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanakah dengan kepemilikan yang telah diraihnya itu namun tiba-tiba dirinya jatuh sakit.

Bagaimanakah bila hari-harinya selalu dihabiskan untuk mempertahankan harta, pangkat dan jabatan. Seluruh waktu, fikiran dan tenaga difokuskan pada karier dan harta sehinga melalaikan tugas dalam keluarga dan dalam masyarakat. Kebahagiaan, kesejaheraan dan ketenangan yang baru saja dirasakan berbalik menjadi musibah dan bencana yang datang silih berganti nyaris tidak ada ujung pangkalnya.

Karena itu sesungguhnya kesehatan adalah kenikmatan, umur yang panjang adalah kenikmatan, kesempatan adalah kenikmatan. Dan semua ini harus disyukuri dan dengan kesyukuran itulah Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya. Betapa besarnya faedah dan keuntungan yang akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Mensyukuri rahmat Allah, pertama ialah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ, وَابْتُلِيَ فَصَبَرَ,وَظُلِمَ فَغَفَرَ,وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ,ثُمَّ سَكَتَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ, فَقَالُواْ: مَا لَهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اُولٰۤئِكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْن (رواه ابوداود

“Barang siapa diberi karunia lalu bersyukur (berterima kasih), diuji lalu bersabar, dianiaya lalu memafkan, dan bila mendhalimi ia meminta maaf, kemudian beliau berdiam diri. Lalu para sahabat bertanya, “Mangapa wahai Rasululah? Beliau menjawab, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka juga mendapa hidayah”.(HR. Abu Dawud)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Sudahkan kita termasuk orang-orang yang bersyukur? Ada beberapa tanda-tanda pribadi yang besyukur diantaranya:
  1. Adanya perasaan gembira terhadap keberadaan nikmat itu yang untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peningkatan amal ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya.
  2. Memperbanyak ucapan syukur dan berterimakasih kepada Allah dengan memuji-Nya, karena hanya Allah tempat segala pujian.
  3. Mengerjakan ketaatan kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikan, seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan ketaatan itu.
  4. Menggunakan segala kenikmatan pada tempat-tempat yang diridhai, dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti takabur, ujub, tamak, menganiaya, melampui batas dan memusuhi orang lain.
  5. Senantiasa memandang besar suatu nikmat, sekalipun nikmat itu terasa kecil, karena nikmat Allah teramat besar dan tidak dapat dihitung.


“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Annahl: 18)

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, agar termasuk golongan orang-orang yang pandai mensyukuri atas segala kenikmatan yang telah diterimanya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

4/28/2015

Kewajiban Bayar Zakat-Khutbah Bahasa Jawa



Midherek saking pangandikanipun Allah lan Rasulullah punika shalat lan zakat punika dados kuwajiban, kanthi punika boten saget dipun tinggalaken. Lan khususipun zakat punika wonten syari’atipun takeran lan kathahipun. Upaminipun zakat saking pantun kanthi wujud beras 815 kg, gabah 1.481 kg zakatipun 10% menawi boten mawi irigasi lan 5% menawi mawi irigasi, semanten ugi kagem woh-wohan, sayuran, taneman kagem pethetan lan sedaya taneman ingkang hasilipun kathah nishabipun sami kalih pantun lan dipun dalaken sasampunipun bibar panen. Menawi kagem bandha kanthi wujud emas ingkang damel simpenan nishabipun 91,92 gram emas murni lan 642 perak murni ingkang sampun dipun miliki setunggal tahun zakatipun 2,5%. Kagem kasil saking gaji ngagem nishab emas, ingkang zakatipun saget dipun dalaken ing saben wulan utawi saget dipun kempalaken dados setunggal tahun.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى يُحِبُّ الطَّائِعِيْنَ وَيُكَافِئُ الْمُحْلِصِيْنَ وَيُضَاعِفُ أَجْرالْمُحْسِنِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْقَوِيُّ الْمَتِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Wonten kesempatan mimbar ingkang minulya punika kawula ngengetaken dhateng panjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun lan nilar sedaya awisanipun. Dhawuhipun Allah ingkang dados rukunipun Islam wonten gangsal, kasebat ing dalem hadits nabi Muhammad SAW:

بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ ، وَأَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانِ " متفقٌ عليه.

"Agama Islam didekake seka limang perkara, yaiku nyekseni sejatine ora ana Pangeran kejaba Allah lan Muhammad iku kawula lan utusane Allah, ngadegna shalat, bayar zakat, haji nang Baitullah lan puasa Ramadhan”. (HR. Buchari Muslim)

Gangsal perkawis punika boten saget dipun tinggalaken kagem tiyang ingkang mampu, khususipun zakat, puasa lan haji. Zakat minangka kuwajiban saking bandha lan kasil ingkang sampun dumugi setunggal nishab lan haulipun ugi sampun cekap. Kuwajiban zakat mal punika kangge nyucikaken kasil saking usaha lan ikhtiyaripun. Allah SWT sampun dhawuh:


“ Lan dekna sira ing shalat lan bayara zakat lan rukuka sira sartane wong-wong kang padha rukuk”.(QS. Al Baqarah: 43)


“Kamangka dhewekne kabeh ora diprintah kejaba supaya padha manembah Allah kelawan murnikake ngibadah marang Panjenengane (Gusti Allah) sajrone (nindakake) agama kanthi jejeg lan supayane dheweke kabeh padha njumenengake shalat lan ngawehake zakat, lan kang mengkono iku (aran) agama kang jejeg”. (QS. Al Bayyinah: 5)

Murnikaken ngibadah, ingkang dipun maksudaken inggih punika, ngibadah kanthi dasar dhawuhipun Allah lan rasulipun, semanten ugi tujuanipun ngibadah namung kagem Allah, pados ridhanipun lan mujudaken raos sykur dhateng Allah SWT.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Midherek saking pangandikanipun Allah lan Rasulullah punika shalat lan zakat punika dados kuwajiban, kanthi punika boten saget dipun tinggalaken. Menawi shalat wonten pundi papan panggenan, lan kawontenanipun punapa kemawon kedah dipun jumenengaken. Kagem tiyang ingkang mukim, sehat lan sempat shalat dipun tindakaken kanthi sampurna. Nanging menawi nembe wonten margi, ing panggenan ingkang lintu dan nalika nembe nandhang sakit, Allah paring rukhsoh, sahingga shalat saget dipun tindakaken kanthi dipun jama’ utawi qhasar. Semanten ugi nalika nembe sakit sahingga shalatipun saget dipun tindakaken kanthi lenggah, sare utawi kanthi isyarat. Semanten ugi wudhunipun dipun tindakaken kanthi tayamum.

Lan khususipun zakat punika wonten syari’atipu,n takeran lan kathahipun. Upaminipun zakat saking pantun kanthi wujud beras 815 kg, gabah 1.481 kg zakatipun 10% menawi boten mawi irigasi lan 5% menawi mawi irigasi, semanten ugi kagem woh-wohan, sayuran, taneman kagem pethetan lan sedaya taneman ingkang hasilipun kathah nishabipun sami kalih pantun lan dipun dalaken sasampunipun bibar panen. Menawi kagem bandha kanthi wujud emas ingkang damel simpenan nishabipun 91,92 gram emas murni lan 642 perak murni ingkang sampun dipun miliki setunggal tahun zakatipun 2,5%. Kagem kasil saking gaji ngagem nishab emas, ingkang zakatipun saget dipun dalaken ing saben wulan utawi saget dipun kempalaken dados setunggal tahun.

Zakat benten kalian infaq lan shadaqah, nate Rasulullah paring dhawuh dhateng pendherekipun supados sami ngedalaken bandhanipun kagem kabetahan perang, amargi persediaanipun ingkang sampun mepet. Kanthi mekaten menawi sahabat Umar ngedalaken sepalih saking bandhanipun, nanging benten kalian sahabat Abu Bakar sedaya bandhanipun dipun infaqaken kangge jihad fi sabililah. Nalika sahabat Abu Bakar dipun dangu dening Rasulullah “ apa ta kang panjengan tinggalaken kanggo keluarga panjenengan? Sahabat Abu Bakar ngendika “cekap Allah lan utusanipun”.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sedaya dhawuhipun Allah tentu mengku hikmah, semanten ugi zakat saget kita gatosaken wonten mapinten-pinten hikmah ingkang saget kita pendhet, antawisipun:
  1. Kangge mujudaken raos syukur dhateng Allah SWT, amargi dipun paringi rizki ingkang kathah, supados tambah berkah lan manfaat.
  2. Sarana ngresiki rohani lan jiwanipun saking sifat kikir, bakhil, loba lan tamak. Kosok wangsulipun zakat saget ndidik tiyang Islam ngghadahi sifat loma, welas asih, disiplin anggenipun nindakaken kuwajiban lan amanah dhateng para mustahiq.
  3. Nedahaken dhateng struktur ekonomi Islam ingkang tansah anggatosaken dhateng para dhuafa’. Sahingga para aghniya’ inggih kedah paring kawigatosan dhateng para fakir miskin.
  4. Dhawuh zakat nedahaken bilih kemiskinan punika kedah dipun brastha jalaran dasosaken kufur kados pangendikanipun sahabat Ali:

كَادَالْفَكْرُ اَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا (رواه أبو نعيم

“Kefakiran nyedhakna marang kekufuran” (HR. Abu Na’im)

Mujudaken raos welas asih, mong tinemong, tulung-tinulung antawisipun tiyang sugih kalian para fakir miskin. Kanthi mekaten Rasulullah paring gambaran kasebat ing dalem hadisipun:

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا


“Wong mukmin marang mukmin liyane kaya dene bangunan siji, kang bagian-bagiane padha nguwatake”. (HR. Buchari).

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ اِذَااشْتَكَى عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُالْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَى (رواه مسلم

“Wong-wong mukmin ing dalem kasih-kinasihan, tolong-tinulung kaya dene awak siji, lamun salah siji anggota badan iku lara mangka kabeh awak bakal ngrasakake lara karo ora bisa turu dan deman”. (Hr. Muslim)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kanthi keterangan ing nginggil punika mertelakaken bilih zakat punika manfaatipun kathah sanget. Kejawi minangka mujudaken nindakaken dhawuhipun Allah, sampun pratela nyata bilih zakat punika saget mujudaken pribadi muslim ingkang taqwa, sahingga pribadi muslim punika saget mujudaken dados pribadi ingkang migunani dhateng tiyang sanes, kados pangandikanipun rasul:

خَيْرُ النَّاسُ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“ Sak bagus-bagus wong yaiku kang luwih migunani marang wong liya”.

Pramila manga kita tansah berusaha nindakaken dhawuhipun Allah kanthi sak sae-saenipun, melai saking perkawis ingkang alit, melai dinten niki lan melai saking pribadinipun piyambak. Insya-Allah kanthi mekaten kita badhe dados pribadi ingkang ikhlas, sabar, istiqomah, tawadhu’, qona’ah minangka dados akhlaqul karimah, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


4/17/2015

Hebatnya Guru Untuk Digugu dan Ditiru



Kita jadi pintar menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu karena siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru

Guru bak pelita
Penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara

Sair lagu “Jasamu guru” karya M, Isfahani, menggambarkan betapa hebatnya guru, walaupun dengan kehebatannya itu dia bergelar pahlawan tanpa tanda jasa. Maka siapakah orangnya bila dia seorang guru dia orang yang mulia dan hebat.

Pernah suatu saat ketika ketika ada seorang yang sedang bekerja sebut saja namanya Mas Amir, dia seorang pekerja keras, tiada waktu yang terluang dan tidak ada waktu yang dibiarkan berlalu saja. Bahkan di dalam keluarga dia tergolong sebagai orang yang terampil, cerdas dan cekatan. Waktu bekerja selalu berdisiplin namun tidak pernah melupakan aktifitas sosial, setiap ada kegiatan di kampung di selalu hadir dan berpartisipasi, bahkan dalam bidang keagamaan dia tergolong sebagai pribadi yang supel dan penggerak kegiatan keagamaan. Dan ketika sedang liburan dan berada di rumah tidak pernah berhenti kecuali untuk makan dan shalat saja. Dia suka berkebun, suka berternak dan terampil membuat beraneka macam kerajinan rumah.

Ketika mas Amir sedang bekerja, dia harus menghentikan pekerjaannya, karena mendengar suara yang diucapkan dengan berulang-ulang, hebat memang hebat, hebat memang hebat, memang hebat. Ternyata suara itu berasal dari temannya yang bernama Sani. Maka secara spontan terjadi percakapan:

Amir : hai Sani apa yang hebat.
Sani : itu lo mas, para guru itu memang hebat.
Amir : apanya yang hebat
Sani : itu lho mas kepedulian terhadap temannya, jiwa empati, kekeluargaan dan persatuannya sungguh luar    biasa, hebat, hebat. Memang patut ditiru dan saya salut, bukan satu jempol tapi dua jempol. Memang hebat.
Amir : O, itu? Apa tidak berlebihan pujianmu itu? Apa yang kamu saksikan sehingga kamu nampak kagum sekali.
Sani : itu lho mas, suami kakak saya kan baru saja sakit, bukan hanya teman-teman satu sekolah dengan kakak saya yang datang menjenguk dan mendoakan, turut berempati. Tetapi teman-teman dari sekolah yang lain juga lain juga turut berempati, sungguh luar biasa.

Ketika terjadi percakapan itu kemudian muncul istri mas Amir yang juga ikut berbicara.
Anis : benar itu mas, waktu saya menengok mbak Tanti (kakaknya dik Sani), teman-teman guru dari kakaknya mbak Tanti dan teman guru dari Pamannya mbak Tanti juga turut berempati.
Amir : masak ya, sampai begitu tha dik.
Anis : benar itu mas.
Sani : itulah mas mengapa saya katakana guru itu memang hebat.

Percakapan tiga orang manusia ini menunjukkan betapa mulianya guru, yang patut untuk digugu dan ditiru. Kekerabatan, kebersamaan yang senantiasa dipupuk tidak sebatas pada temannya yang kadang hanya terkesan formalitas saja, tapi kehadiran mereka sungguh menambah semangat dan menjadi obat bagi rekan guru atau keluarganya yang sedang mendapat ujian berupa sakit.

4/11/2015

Peran Zikir Untuk Menghidari Bangkrut



Bangkrut berarti menderita kerugian besar hingga jatuh biasanya berkaitan dengan usaha perusahaan atau toko misalnya belum sampai tiga tahun perusahaannya sudah bangkrut. Bangkrut juga berarti jatuh miskin, habis harta bendanya, gulung tikar, misalnya karena suka berjudi maka ia bangkrut (W.J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1976, hal. 86). Lawan dari bangkrut adalah sukses, berhasil, beruntung, misalnya karena dia berusaha dengan sungguh-sungguh maka akhirnya dia sukses.

Tak seorangpun yang mengharapkan menjadi bangkrut sebaliknya selalu berharap agar menjadi orang yang sukses. Tetapi sukses itu bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba atau kebetulan saja tetapi harus diusahakan secara total sacara lahir dan batin melalui pendidikan, pelatihan secara terus menerus. Karena kesuksesan diupayakan secara jasmani dan rohani maka kesuksesan juga berdimensi dunia dan akhirat. Sukses di dunia mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, sedangkan sukses di akhirat bisa menjadi penghuni surga.

Pada suatu saat Rasulullah Muhammad SAW menguji para sahabat tentang siapa yang dinamakan orang bangkrut itu, dalam sabdanya:

“أَتَدْرُوْنَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟” قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطٰى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”.

“Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “orang yang bangkrut atau pailit yaitu orang yang jatuh bangkrut dagangannya hingga habis semua kekayaannya, baik uang maupun perkakasnya.
Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku yaitu orang yang datang pada hari qiyamat lengkap membawa (pahala) shalatnya, (pahala) puasanya, (pahala) zakatnya. Tetapi ia telah memaki seseorang, menuduh orang lain makan harta orang lain, membunuh orang lain dan memukul orang lain. Maka berikanlah kebaikan orang ini kepadanya dan kebaikan itu kepadanya. Jika telah habis kebaikannya, sedang belum terbayar semua tuntutan orang-orang lainnya, maka diambillah dosa-dosa dari orang yang pernah dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya, kemudian dari itu ia dilemparkan kedalam neraka. (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut mengatakan bahwa ketika para sahabat ditanyakan tentang orang yang muflis/ bangkrut, jawabannya berorientasi pada kehidupan dunia, sebagaimana yang sudah disaksikan dan bisa jadi pernah dirasakan atau juga sering mendengar orang mengatakan muflis. Karena itu Rasulullah menekankan pada jawaban kehidupan sesudah mati yaitu alam akhirat. Alam akhirat menjadi alam yang penuh dengan keadilan karena seluruh organ tubuh manusia akan menjadi saksi atas semua yang telah dilakukan, mata, telinga, hati bahkan seluruh organ tubuhnya kelak menjadi saksi atas perbuatan yang telah dilakukan. Tidak ada yang bisa menyangkal atas perbuatan yang telah dilakukan, karena itu dosa-dosa yang pernah dilakukan seperti menghibah, memfitnah, menyakiti orang lain dan membunuh orang tanpa sebab perbuatan-perbuatan ini akan menggerogoti seluruh amal perbuatan baik yang telah dilakukan.

Sekalipun dia rajin menegakkan shalat, menunaikan puasa, membayar zakat dan amal ibadah-ibadah lainnya. Amal ini akan berkurang karena orang-orang yang pernah dirugikan oleh dirinya kelak di akhirat akan menuntut untuk kembalikan. Karena banyak orang yang menuntut akhirnya amal perbuatan baik yang telah dijalankan akan berkurang bahkan menjadi habis dan yang lebih mengenaskan lagi dosa dari orang-orang yang pernah disakiti dan dirugikan akan diberikan kepadanya.

Manusia sebagai makhluk pribadi hendaknya selalu menghiasi diri dengan akhlak terpuji, sebagai makhluk sosial bahwa segala aktifitasnya selalu berkaitan erat dengan orang lain, sehingga segala perilaku akan berpengaruh dan mempengaruhi orang lain. Tidak semua perbuatan baik yang dilakukan akan diterima dengan sepenuhnya oleh semua orang, apalagi bila melakukan hal-hal yang tidak baik. Sebagai makhluk Tuhan manusia diciptakan oleh Allah dengan tugas ganda sebagai khalifatul ard dan sebagai ‘abdullah. Dua fungsi ini hendaknya dapat dilaksankan dengan seimbang agar manusia selama hidup di dunia senantiasa mendapat petunjuknya dan di akhirat memperoleh syafa’at-Nya.

Karena itu agar tidak menjadi orang yang bangkrut belajarlah dan berlatihlah untuk menahan hawa nafsu yang senantiasa menjerumuskan manusia pada perbuatan tercela. Hawa nafsu itu bedemensi pada perilaku syetan yang selalu mencintai perbuatan tercela. Orang-orang yang beriman senantiasa waspada bahwa dalam setiap saat tidak lepas dari godaan syetan, dengan demikian selalu membentengi diri dengan memperbanyak zikir. Kesadaran diri bahwa apapun yang dilakukan tidak bisa lepas dari pengawasan Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

4/09/2015

Sulitnya Untuk Berbuat Jujur-Berdampak Pada Perilaku Buruk



Jujur adalah salah satu perbuatan terpuji yang sulit untuk di wujudkan. Seandainya dunia ini dihuni oleh orang-orang yang semua senantiasa menegakkan kejujuran, niscaya tidak akan ada permusuhan, kerusakan, pertikaian dan peperangan. Jujur terhadap dirinya sendiri, kepada orang lain dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan jujur kehidupan manusia akan istiqomah dan khusnul khatimah, jika menjadi pemimpin maka sejak dilantik hingga akhir masa jabatan dapat dilalui dengan baik, tidak pernah bersentuhan dengan para penegak hukum. Bahkan setelah selesai dengan masa jabatan, senantiasa istiqomah, karena pangkat dan jabatan adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. Di dunia oleh yang mengangkat dan di akhirat oleh Allah SWT. Jika menjadi pedagang adalah pedagang yang jujur tidak pernah mengurangi timbangan, tidak suka mengoplos barang yang asli dengan imitasi, tidak suka menimbun barang dan sebagainya maka hasilnya akan lebih barakah sehingga hidupnya semakin tenang.

Jika menjadi petani tidak pernah mengambil tanah orang lain dengan cara yang tidak benar, menjadi pegawai, buruh, pelajar, mahasiswa, dokter, tentara, polisi, jaksa, hakim dan sebagainya. Jika semuanya senantiasa menegakkan kejujuran maka ditemukan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Tapi mungkinkah bahwa semua orang itu akan berbuat jujur? Orang mungkin akan melihat orang-orang yang tidak jujur melalui media masa, elektronik atau bisa juga secara langsung menyaksikan perbuatan ketidakjujuran.

Pernah suatu saat pada sebuah angkutan umum mikro bus yang padat dengan penumpang, terlihat kondektur bus maju mundur menarik ongkos para penumpangnya. Menurut sang kondektur semuanya telah dimintai ongkos, dan bila uangnya lebih maka uang pengembaliannya juga sudah dikembalikan. Ternyata ada seorang penumpang yang sudah mengeluarkan uang dan siap untuk dibayarkan, namun karena terhalang oleh penumpang yang lain akhirnya dia terlewatkan. Untuk sementara uang masih dipegang. Mungkin didalam hati ada perasaan senang karena uangnya bisa untuk kebutuhan yang lain namun bisa juga dia berjanji nanti akan membayar sambil turun. Ternyata orang tersebut lebih memilih yang pertama, uang dimasukkan kembali ke dalam saku celananya, dan dia turun dari bus seakan tidak membawa beban apapun.

Inilah kejujuran pada rakyat biasa saja juga sulit untuk diwujudkan, padahal nominalnya hanya sedikit. Bagaimanakah jika dia diberikan amanat untuk mengelola keuangan yang lebih besar, mungkin dia akan menjadi koruptor. Karena gaya hidup yang belum memenuhi standar, bila belum mempunyai mobil, rumah, tanah, dan sebagainya maka sesuatu yang belum ada akhirnya diada-adakan. Demikian pula pasangan hidup yang dimiliki akan merasa berkurang, sehingga terjadi nikah siri, perzinaan dan sebagainya. Tenangkah hidupnya? Walaupun kebutuhan materi terpenuhi? Semua akan kembali pada pribadinya masing-masing.

Sesungguhnya harta yang diperoleh dengan cara yang tidak wajar dan tidak benar maka maka menjadi rizki yang haram. Karena itu keharaman suatu barang tidak hanya dilihat dari wujudnya barang, namun sifat dan cara memperolehnya. Sebagai contoh dari segi zatnya Narkoba adalah haram, namun ternyata semua hal yang berkaitan dengan Narkoba dan sejenisnya adalah haram.

لَعِنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَبَائِعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهَا (رواه ابوداوود وابن ماجه عن ابن عمر)

“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya dan penerimanya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Akibat harta yang haram
Makanan yang haram akan menyebabkan do’anya ditolak atau tidak maqbul. Karena itu janganlah berprasangka buruk terhadap Allah, ketika merasa ujub bahwa ibadahnya sudah berlebihan namun penderitaan, musibah dan bencana senantiasa datang silih berganti.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى يَاَيُّهَالرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صٰلِحً

وَقاَلَ تَعَالَى:يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوُا كُلُوْامِنْ طَيِّبٰتِ مَارَزَقْنٰكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ. [رواه مسلم]

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya: Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia mengangkatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: ya Tuhanku, ya Tuhanku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan”. (Hadits riwayat Muslim).

Kemudian bila dikorelasikan mengapa doanya menjadi doa yang ditolak, karena kewajiban pokok yaitu shalat lima waktunya, sebagai wujud hablun minallah, ternyata selagi makanan haram yang masih mengalir pada darahnya maka shalatnya tidak diterima oleh Allah. Dan dia akhirat akan di masukkan ke dalam neraka:

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ اَوْ لَى بِهِ (رواه الترمذى)

“Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka adalah utama untuk menyiksanya (HR. Tirmidzi)

Demikian bahwa kejujuran itu akan menuntun pada berbuatan baik dan sebailiknya lacut atau ketidakjujuran akan berdampak untuk cenderung melakukan perbuatan yang tidaak baik. Karena itu kejujuran harus dibiasakan. Karena kebaikan dan kejujuran yang telah menjadi kebiasaannya tidak akan bersikap lacut. Sebaliknya kebiasaan lajut bila tidak lacut maka mulutnya terasa gatal. Falsafah Jawa mengatakan “Ngapusi sepisan sak lawase bakal dhepus” sekali berbohong maka selamanya akan menjadi pembohong.

4/08/2015

Akibat Ninggalaken Kuwajiban Zakat-Khutbah Basa Jawa



Lan wong-wong kang kang padha nyimpen emas lan perak lan ora padha nafkahake marang dalan Allah, mula dhawuhna marang dheweke kabeh (yen dheweke kabeh bakal nampa) siksa kang lara, ana ing dina mas perak dipanasake ing geni neraka Jahannam,nuli dicosake ing bathuke dheweke kabeh, lempengane lan gegere dheweke kabeh (banjur diunekake) marang dheweke kabeh: “hiya iki bandha- bandha ira kang sira simpen kanggo kepentingan ira dhewe, mula rasakna sak iki (akibat saka) apa kang sira simpen iku. (QS. Attaubah: 35-36)


اَلْحَمْدُلِلّٰهِ اْلوَاحِدِ الْقَهَّارِ الْعَظِيْمِ الْجَبَّارِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنُه وَتَعَالىَ اَنَاءَ اللَّيْلِ وَاَطْرَفَ النَّهَارِ. وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ قَبْلَ انْقِضَاءِ الْاَعْمَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ تُنَجِّيْنَا مِنْ جَمِيْعِ الْاَهْوَالِ وَالْمَشَاكِلَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ اللهُ بِالرَّحْمَةِ وَالرَّأْفَةِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Minangka dados tiyang Islam kita dipun dhawuhaken dening Allah supados nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun. Kewajiban utami ingkang dipun dhawuhaken inggih punika nindakaken rukun Islam ingkang cacahipun wonten gangsal. Inggih punika ngucapaken kalimat syahadatain, nindakaken shalat, bayar zakat, nglampahi shiyam Ramadhan lan haji. Inti saking rukun Islam inggih punika ngucapaken Syahadatain, jalaran shadatain punika minangka dados fondasinipun, menawi tiyang Islam ngakeni bilih Allah punika Pangeranipun lan Muhammad punika dados utusanipun. Sahingga sasampunipun ngucapaken inggih kedah nindakaken dhawuh-dhawuhipun, kanthi amal ibadah. Rasulullah SAW nate ngendika:

لَيْسَ الْاِيْمَانُ بِالتَّمَنِّى وَلَا بِالتَّحَلِّى وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِى القَلْبِ وَصَدَقَهُ الْعَمَلُ (رواهابن النجاروالديلمي

“Iman iku ora mung angen-angen lan pepahesan (ing lambe), nanging apa kang manggon ana ing ati lan di lakoni nganggo amal ibadah”.(HR. Ibnu Najar lan Dailami)

Allah paring dhawuh lan sampun nyiapaken piwalesipun, kagem tiyang ingkang taat lan mituhu dhateng dhawuhipun Allah yektos badhe dipun paringi kamulyan gesang ing dunya lan akhirat. Lan kagem tiyang ingkang ingkar dhateng dhawuhipun Allah, yektos sampun dipun siapaken piwales, kanthi wujud siksa ing alam akhirat samangke. Contonipun kagem tiyang ingkang boten purun ngedalaken zakat ing mangka bandhanipun sampun langkung saking setunggal nishab lan haulipun ugi sampun cekap, Allah sampun paring pemut:


“Babar pisan aja nganti wong-wong kang padha medhiti bandha kang wis kaparingake dening Allah marang dheweke kabeh saka kanugrahane iku padha ngira yen kamedhitan iku apik tumrap dheweke kabeh. Sajatine kamadhitan iku ala tumrap dheweke kabeh. Sejatine kamaditan iku ala tumrap dheweke kabeh. Bandha kang di medhiti dening dheweke kabeh iku bakal dikalungake ana ing gulune mbesuk ing dina qiyamat”. (QS. Ali Imran: 180)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mekaten punika satuhune sifat bakhil utawi medhit punika asring dhatengaken musibah lan bencana. Kanthi mekaten Allah mastani tiyang bakhil punika kados tiyang ingkang musyri’, kados pangendikanipun:

“Lan kacilakan kang gedhe tumrap wong-wong kang padha nyekuthokake (Panjenengane), (hiya iku) wong-wong kang ora pada ngetokake zakat lan dheweke kabeh kafir marang wujude (panguripan) akhirat”. (QS. Fush-Shilat: 6-7)

Satuhune ing dalem bandha punika wonten hak-hakipun kagem para fakir:


“Lan ing ndalem bandha-bandhane dhewekne kabeh ana hake kanggo wong miskin kang nyuwun lan wong miskin kang ora oleh bagian”. (QS. Adz-dzariyat: 19)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Zakat punika dados ibadah sosial, amargi hasilipun saget langsung dipun raosaken dening tiyang sanes, khususipun tiyang fakir miskin, para yatim, musafir, gharim lan sanesipun. Kanthi zakat saget nuwuhaken raos welas asih dhateng tiyang sanes, khususipun tiyang-tiyang miskin. Sahingga piyambakipun rumaos dipun tulung dening para aghniya’, sak terasipun para aghiniya’ ugi rumaos aman kanthi bandha ingkang dipun miliki. Para fakir miskin punika ugi badhe ndherek ngamanaken bandhanipun, semanten ugi doa saking para fakir miskin lan tiyang-tiyang ingkang dipun dhalimi punika do’anipun mustajabah.

Nanging kosok wangsulipun menawi para aghniya’ punika bakhil, malah gesangipun tansah was-was, khawatir badhe ical, malah doa saking para fakir miskin lan tiyang-tiyang ingkang dipun dhalimi punika ndonga ingkang boten sae. Mekaten punika piwales wonten ing alam dunya, lan tentunipun tasih kathah piwales-piwales sanes ingkang sampun kasunyatan lan dipun raosaken dening para aghniya’.
Ing alam akhirat samangke, sedaya bandha dunya arupi mas picis raja brana ingkang boten dipun dalaken zakatipun, badhe dipun panasaken lan dipun gosokaken wonten badanipun.

“Lan wong-wong kang kang padha nyimpen emas lan perak lan ora padha nafkahake marang dalan Allah, mula dhawuhna marang dheweke kabeh (yen dheweke kabeh bakal nampa) siksa kang lara, ana ing dina mas perak dipanasake ing geni neraka Jahannam,nuli dicosake ing bathuke dheweke kabeh, lempengane lan gegere dheweke kabeh (banjur diunekake) marang dheweke kabeh: “hiya iki bandha- bandha ira kang sira simpen kanggo kepentingan ira dhewe, mula rasakna sak iki (akibat saka) apa kang sira simpen iku”. (QS. Attaubah: 35-36)

Saterasipun wonten hadits ingkang dipun riwayataken dening imam Buchari lan Muslim nerangaken bilih bandha ingkang boten dipun dalaken zakatipun badhe dipun wujudaken dados seterika ingkang sampun dipun panasi 50 ewu tahun. Menawi sampun adhem teras dipun panasi malih. Semanten ugi ingkang kagungan kewan ternak ingkang sampun langkung setunggal nishab boten dipun dalaleken zakatipun, benjang wonten akhirat kewanipun badhe ngidak-idak.
Semanten ugi kagem sedaya bandha lan kasil sanesipun, kados tanem-taneman, woh-wohan lan ugi penghasilan (gaji) ingkang boten dipun dalaken zakatipun, benjang bandha punika badhe dipun kalungaken wonten jangganipun ingkang arupi sawer. Rasulullah SAW ngendika:

مَنْ أَتَاهُ اللهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ يُطَوِّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ (اَىْ شِدْ قَيْهِ) ثُمَّ يَقُوْلُ: أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ (رواه البخارى)

“Sapa wonge diparingi bandha dening Allah, nuli ora ngetokake zakate, mangka bandha iku bakal didadekake ula kang ndase plontos, duweni racun werna loro kang bakal dikalungake marang wong kang duwe bandha kang ora di tokaken zakate ing dina qiyamat. Nuli ula iku nyokot karo kanda “aku iki bandhamu akau iku simpenanmu”. (HR. Buchari)

Mekaten punika ing antawis piwales kagem tiyang ingkang boten nindakaken dhawuhipun Allah, khususipun kagem tiyang ingkang boten purun ngedalaken zakat, saking bandha lan kasilipun. Akhiripun mugi-mugi kita dipun tebihaken saking sifat bakhil, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

4/07/2015

Doa Pencanangan Bulan Dana PMI



PMI adalah lembaga nasional yang bergerak dibidang sosial dan kemanusiaan. PMI dituntut untuk mempunyai kemandirian walaupun di Indonesia Pemerintah masih mengalokasikan anggaran untuk kegiatan dimaksud. Karena itu dalam setiap tahun PMI senantiasa mengadakan pencanangan bulan dana PMI untuk menghimpun dana dari masyarakat, guna membantu kegiatan kemanusiaan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu antara yang satu orang dengan yang lain saling ketergantungan.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيِنِكَ وَ عَلَى طَاعَتِكَ


Ya Allah. Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati hamba-Mu di atas agama dan ketaatan kepada-Mu.
Palingkanlah hati kami dari segala sifat kikir, bahil dan tamak. Karena sungguh anugerah-Mu yang Maha Luas yang tak dapat kami menghitungnya.

Kami sadar ya Allah bahwa umur yang Engkau berikan, kesehatan yang Engkau limpahkan, kesempatan yang Engkau tebarkan menjadi sumber kenikmatan dan rizki yang tidak terhingga.
Karena itu ya Allah, jadikanlah kami untuk menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur yang karenanya akan bertambahlah kenikmatan yang kami dapatkan.

Ya Allah lapangkanlah hati kami untuk mendermakan sebagian kecil dari rizki yang Engkau titipkan kepada kami untuk mendukung dan menyukseskan pencanangan bulan dana PMI  tahun 2015.

Sesungguhnya hidup kami senatiasa dihadapkan dengan musibah dan bencana karena itu persiapkan hamba-Mu untuk ikhlas beramal guna membantu saudara-saudara kami yang dilanda musibah.

Kami yakin ya Allah setiap infaq yang kami keluarkan akan menambah rizki kami, akan menjauhkan kami dari musibah dan balak serta Engkau yang Maha Melipatgandakan amal kami.
Karena itu ya Allah dengan sepenuh hati, kami memohon rahmat dan Rahim-Mu, amin.

رَبِّ أَوِزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صٰلِحًا تَرْضٰهُ وَأَدْخِلْنِىْ بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَالصّٰلِحِيْنَ

Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.

رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.



Apalagi ini Tuhan, Tuhan Embuh-Pembinaan Bagi Mualaf



Pada suatu bangsa di Rumah Sakit dr. Sardjito Jogjakarta, di bangsal kelas 2, yang satu ruang ditempati oleh dua orang pasien rawat inap. Di bangsal rumah sakit, pasien diperkenankan untuk ditemani oleh maksimal dua orang anggota keluarga, kecuali pada waktu bangsal dibersihkan, maka semua penunggu diharuskan untuk keluar ruangan.

Di bangsal kelas tersebut kebetulan ditempati oleh dua orang apsien yang mempunyai keyakinan berbeda, satu pasien beragama Islam dan yang satunya beragama Katholik. Didalam hubungan sosial tidak menjadi masalah, karena sebagai warga negara Indonesia menjunjung tingggi semangat kerukunan antar umat beragama, tholeransi umat beragama. Dalam bidang sosial bisa saling menolong, namun untuk bidang aqidah adalah urusannya masing-masing.

Dalam keluarga yang berbeda agama itu nampaknya merupakan keluarga yang taat beragama. Pada suatu saat pasien yang beragama Katholik menceritakan ada salah seorang yang baru saja memeluk agama Katholik. Sebut saja wanita tersebut bernama Marlita yang sebelumnya beragama Hindhu, pada suatu saat dia begitu mantap dengan agama Katholik, ketika mendapatkan anugerah dan kenikmatan, dengan segera mengucapkan Puji Tuhan. Dia yakin bahwa dalam setiap doanya didengarkan Tuhan dan Tuhanpun dengan segera mengabulkan doanya.

Babak ujian keimanan

Suatu saat orang tua Marlita sakit, Tuhan, ada apa ini? Kata singkat ini penuh dengan makna, dalam hatinya dia protes katanya Tuhan Maha Pengasih tetapi mengapa dia memberikan cobaan yang demikian, Marlita berdoa agar diri dan keluarganya selalu diberikan kesejahteraan, ternyata yang didapat orang tuanya sakit yang tak kunjung sembuh. Maka dia protes, Tuhan ada apa ini? Seakan dia tidak terima dengan kenyataan yang sedang terjadi.

Dalam perjalanan selanjutnya orang tuanya berangsur-angsur kesehatannya mulai pulih, diapun segera mengatakan, Puji Tuhan. Baru saja orang tuanya mulai sehat, anaknya mendadak sakit, demam panas, bahkan sekali-sekali sempat kejang-kejang, dalam hatinya panik, dan entah ucapan apa lagi yang akan diucapkan. Ketika hatinya sedang kalut, tiba- tiba hand phone-nya berdering, ternyata yang memanggil adalah suster yang membimbingnya hingga dia masuk agama Katholik sampai pada pembinaan mental rohaninya..

Dalam percakapan itu suster manyampaikan turut berbahagia karena orang tuanya sudah sehat kembali, ucapan dari suster ini ternyata tidak mengurangi rasa gelisah di dalam hati, karena anaknya sakit. Dia ingin menyampaikan kabar, bahwa anaknya sakit, tetapi tidak ada jeda dari ucapan suster, tentunya dia mendengarkan kata-kata suster namun tidak fokus, karena didalam hatinya berkata, mengapa dia bicara terus, kapan saya bicaranya? Setelah kata-kata manis dari suster yang berusaha untuk membersarkan hati, barulah ada jeda kata dari suster sehingga dia menyela pembicaraan. Dengan menyampaikan berita bahwa sekarang anaknya sakit dan sedang si rawat di rumah sakit.

Dengan spontan suster menanyakan, sakit apa, mulai kapan, mengapa sakit. Satu persatu pertanyaan di jawab, dan sampai pada pertanyaan “mengapa sakit”? ternyata kata kata yang muncul’ “Tuhan itu embuh, embuh itu adalah bahasa Jawa yang berarti masa bodoh, tidak mau tahu, tidak peduli dan ungkapan-ungkapan lain yang bermakna negative.

Mengapa pertanyaan mengapa sakit, jawabannya tidak wajar, karena didalam hatinya ada gejolak, protes pada Tuhan, mengapa setelah masuk agama Katholik cobaannya selalu datang silih berganti. Apakah ini ujian yang harus dilalui, sampai kapakah akan berakhir cobaan itu? Inilah pertanyaan pada umumnya orang-orang yang sedang mengalami cobaan, ujian. Yang kadang cobaan itu datang silih berganti, satu cobaan menyusul cobaan yang lain. Bila cobaan itu mengenai orang-orang yang sudah kuat imannya maka dia akan bersabar, tetapi bagi orang-orang yang keimanannya masih rapuh maka akan berkeluh kesah, berputus asa, apatis, psimistis dan sebagainya.

Pembinaan terhadap mualaf
Didalam Islampun seorang mualaf harus selalu dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar. Setiap orang pemeluk agama tertentu bila mendapat pengikut baru dari orang yang beragama lain kemudian masuk agama baru. Tak jarang ketika masuk agama baru karena mempunyai motive tertentu, bukan karena keyakinan yang muncul dan kemudian tumbuh. Motive memeluk agama baru karena uang, pekerjaan, syarat nikah, untuk memperoleh pengakuan dalam keluarga, karena politik dan sebagainya. Katakanlah seandainya ada seorang mualaf (orang yang baru masuk Islam) karena motive yang demikian maka keyakinannya sangat rapuh, tidak mempunyai pendirian, apalagi semangat memperjuangkan atau berjuang dalam agama barunya. Bahkan kadang agama hanya sebagai simbol saja. Karena itu orang yang demikian perlu selalu dibimbing dan dibina agar mempunyai religion experience. Pengalaman keagamaan ini akan didapat ketika secara konsisten melaksanakan ajaran Islam mulai dari hal-hal yang kecil dan dimulai dari saat ini, ada beberapa contoh pengalaman beragama seseorang yang semakin menggiatkan idiologi mereka:

  • Seorang muslim merasakan manfaat wudhu, dimana dapat menghilangkan rasa kantuk, dapat menjaga kebersihan, dapat menciptakan kesegaran, dapat menghilangkan dosa kecil dan sebagainya.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah menegakkan shalat, dimana dirinya senantiasa merasa diawasi, dibimbing dan diarahkan pada jalan yang benar, dimanapun dan kapanpun berada, dirinya akan berhati-hati dan berfikir ulang ketika akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah.
  • Seorang muslim merasakan ketenangan setelah melaksanakan zikir bilisan, lisan akan terjaga dari perkataaan yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
  • Seorang muslim ketika membaca atau mendengarkan ayat-ayat Alquran dibaca, didalam hatinya merasakan ketenangan. Demikian juga muncul keinginan untuk mengetahui isi kandunyan Alquran.
  • Orang muslim ingin selalu menegakkan shalat yang berkualitas yaitu shalat untuk mencapai derajat khusuk. Karena itu senantiasa menegakkan shalat-shalat sunnahnya dan meningkatkan bacaan zikir.
  • Seorang muslim akan merasakan indahnya dapat berzakat yang dapat membersihkan diri dan hartanya. Dan dapat meningkatkan shadaqah karena didalam dirinya merasa yakin bahwa dengan bersedekah rizkinya akan ditambah oleh Allah SWT.
  • Seorang muslim yang melaksanakan puasa akan merasakan dirinya sebagai orang yang berkecukupan, setiap hari dapat makan dan minum dengan kenyang, sekaliapun yang dimakan hanya sekedarnya saja. Karena didalam bulan puasa Allah tidak membedakan antara orang yang kaya dan miskin, semuanya pasti merasakan lapar dan dahaga. Karena itu setiap orang dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
  • Seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji, akan merasakan kedekatannya kepada Allah SWT.
Dari hal-hal kecil dapat dilaksanakan, sehingga akan menemukan sesuatu yang lain, sesuatu yang belum pernah diarasakan sebelumnya, sesuatu yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata dan disampaikan dengan lisan. Dan hanya diri sendiri yang merasakan ini. Artinya bahwa mualaf tersebut berupaya untuk meraih hidayah dan akhirnya Allah memberikan hidayah dengan keyakinan yang mantap dan keyakinan yang mantap ini kemudian tertanan, terucap dalam kata-kata dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.


“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al. An’am: 162-163)

Pengakuan seluruh ibadah semata-mata hanya ditujukan kepada Allah kemudian meningkat rasa syukur tan tawakalnya kepada Allah SWT:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَ بِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَ رَسُوْلاً

Aku rela Allah menjadi Tuhanku, Islam menjadi agamaku, abi Muhammad adalah nabi dan utusan Allah.

Lain halnya mualaf yang telah mempelajari Islam, dan menemukan kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna. Ketika mengikrarkan dua kalimah syahadah “Asyahaduanla ilaha illlallah wa asyhadu anla Muhammadan Rasulullah”, memang sudah mantap dengan agama Islam sebagai pilihannya. Orang yang demikian dapat membina kemampuannya, bahkan tak jarang, banyak yang menjadi mubaligh, ustadz, kyai dan motivator terhadap orang Islam yang lain dalam menjalankan syariat Islam.

Disamping itu ada pula yang masuk agama Islam karena hidayah Allah. Dari orang-orang yang membenci Islam dan orang-orang Islam. Hati dan pikirannya telah terdoktrin untuk membenci Islam, namun tiba-tiba hatinya bergetar setelah mendengarkan bacaan Alquran, ketika menyaksikan orang yang sedang berwudhu, menyaksikan orang shalat dan sebagainya. Rasa takjub ini kemudian menambah keyakinan yang akhirnya menjadi pembela Islam.

Karena itu keyakinan yang tumbuh senantiasa meyakini, bahwa hidup manusia kadang suka, kadang duka, bila sedang memperoleh anugerah agar bersyukur dan bila mendapat musibah agar bersabar, dengan syukur dan sabar Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.

4/03/2015

Enaknya Jadi Orang Sehat, Jadilah Hamba Bersyukur



Tidak ada orang yang membantah, bahwa sehat itu memang enak dan menyenangkan. Dan itu adalah kesepakatan semua orang, karena tidak ada orang yang ingin menjadi sakit. Sehat dapat diperoleh karena seluruh organ tubuh dapat berfungsi dengan baik dan normal, baik organ yang bersifat lahir dan batin.

Kesadaran bahwa sehat sangat berharga kadang dirasakan dengan penghayatan yang mendalam ketika dalam kondisi sakit. Padahal sehat dan sakit adalah merupakan Sunnatullah, manusia adalah makhluk berjasad renik yang terdiri dari berbliunan sel dalam tubuh, yang mana antara satu sel dan yang lainnya saling berkaitan Begitu pula jasad manusia amat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, demikian pula kondisi rohani manusia.

Tidak ada orang yang sehat ingin menjadi sakit, namun karena manusia adalah makhluk hidup, maka sehat, sakit, senang, susah adalah suatu hal yang harus ada dan akan dirasakan oleh manusia. Karena itu Rasulullah Muhammad SAW pernah berpesan gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.

Bagaimanakah menggunakan waktu sehat itu? Manusia adalah makhluk yang telah diberikan kelebihan oleh Allah untuk menjadi ashhabul yamin dan ashabul simal, menjadi golongan kanan atau kiri, kelompok orang-orang yang selalu taat pada perintah Allah dan kelompok orang yang selalu ingkar terhadap perintah Allah. Inilah pilihan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, karena dua pilihan itu maka Allah telah menyiapkan balasan dengan dua tempat yang menyenangkan dan menyedihkan. Tergantung pada amal perbuatan hamba-Nya, dua tempat itu adalah surga dan neraka.

Surga dan neraka adalah dua tempat yang telah disediakan Allah, satu tempat yang penuh dengan kenikmatan dan ampunan dari Allah, suatu yang belum pernah dirasakan di alam dunia kelak di akhirat akan diberikan kepada orang-orang yang taat kepada perintahnya. Setiap orang tentu menginginkan menjadi penghuni surga namun yang disayangkan perilakukanya adalah perilaku ahli neraka. Surga akan menjadi pilihan, karena segala keperluan manusia telah tersedia, dan manusia dapat menikmati dengan sepuas-puasnya, di surga semua orang akan dimudakan kembali, makan dan minum telah disediakan dengan pelayan-pelayan yang ramah-ramah, dengan tempat yang indah, nyaman dan manusia tidak akan merasa bosan.

Pernah ada perbincangan seorang muslim namun tidak pernah menjalankan syariat Islam. Dalam perbincangan itu dia ditanya oleh orang Islam yang lain yang taat beragama, sekali-kali dalam bentuk nasihat dan sisi lain merupakan peringatan, “apakah kamu tidak takut dimasukkan ke dalam neraka? Pada umumnya mereka percaya adanya surga dan neraka, dan tempat apakah dan disediakan untuk siapa? dia percaya. Namun tidak yakin dengan adanya surga dan neraka. Surga sebagai tempat tinggal terakhir bagi orang-orang yang taat terhadap perintah Allah dan neraka bagi orang-orang yang ingkar kepada perintah Allah.
Ketika di tanyakan, “apakah tidak takut masuk ke dalam neraka? Dengan sederhana dan pola pikir orang awam, tinggal di dalam neraka itu enak, karena disana akan kumpul dengan bintang film, para artis yang cantik-cantik, molek, rupawan. Mereka tidak shalat, tidak puasa, suka minum-minuman keras, bahkan suka kumpul kebo dan melakukan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya, tentu mereka masuk neraka.

Na’udhubillahi min dzalik, orang yang sedang sakit gigi tidak akan berselera untuk makan, makanan yang lezat-lezat, bahkan musik favoritnya terasa tidak nyaman lagi. Ini baru salah satu organ tubuh yang sakit, maka akan menimbulkan rasa sakit pada seluruh tubuh. Bagaimanakah bila orang dimasukkan ke dalam neraka, masih sempatkah untuk memperhatikan yang lain. Memikirkan diri sendiri saja susah apalagi memikirkan orang lain.

Karena itu argumentasi orang awam yang tidak mau belajar tentang Islam, mereka akan menanggapi dengan sederhana dan tidak tepat. Karena itu menengoklah bahwa setiap siksaan dan kepedihan di dalam neraka akan mengilangkan semua kenikmatan. Karena itu ashhabul yamin, tetap pada pikirannya sehingga akan menjalankan perintah Alah dan menjauhi segala yang dilarang menjadi pilihan bahkan menjadi kebiasaan. Walaupun terdapat berbagai macam ancaman, gangguan dan rintangan semua ini dipandang sebagai cobaan bagi orang-orang yang beriman.

Karena itu ada beberapa pesan bagi orang yang sedang diberikan nikmat sehat:
  1. Mensyukuri nikmat sehat sebagai suatu yang amat berharga. Apa artinya harta, pangkat dan jabatan, rumah megah, kendaraan mewah, pasangan hidup yang gagah atau cantik, rupawan bila dirinya ternyata sakit.
  2. Wujudkanlah kesyukuran dengan senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya.
  3. Gunakanlah waktu sehat sebaik-baiknya sebelum datang waktu sakit, bila sedang sehat apapun bisa dilakukan namun bila sakit hidupnya akan lebih bergantung pada yang lain. Makan, minum, tidur dan hal-hal yang enak menjadi tidak enak, apalgi hal-hal yang tidak enak, misalnya bekerja, berfikir, berjalan, berlari semua menjadi serba terbatas.
  4. Sadarilah bahwa tidak selamanya manusia itu akan sehat, sehati-hati, sekuat-kuat apapun didalam menjalani hidup, ternyata tantangan dari luar semakin kuat sehingga memungkinkan mempengaruhi organ tubuh, sehingga menimbulkan gangguan dan untuk selanjutnya menimbulkan rasa sakit.
  5. Perbanyaklah untuk bershadaqah, karena dengan shadaqah dapat menjadi perantara untuk menjauhkan diri dari balak.
  6. Berempatilah terhadap orang-orang yang sakit, menengok dan mendoakan untuk kesembuhannya.
  7. Membiasakan diri untuk hidup sehat, dengan mempelajari pola hidup sehat.
  8. Memperbanyak referensi, untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya penyakit sehingga akan muncul kewaspadaan dini, dalam hal makan dan minum serta perbuatan-perbuatan lainnya.
  9. Hindari sikap ujub bahwa dirinya selalu sehat dan tidak mungkin sakit, karena bisa jadi dia akan sakit sebagaimana orang yang sedang sakit.
  10. Sehat itu enak dan menyenangkan, berbagilah kesenangan kepada orang lain terutama yang sedang dalam penderitaan.

Menjadi orang yang sehat memang enak dan menyenangkan, tetapi hendaknya tetap berhati-hati, agar kenikmatan dan kesenangan ini menjadi hilang dengan sia-sia. Karena manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani, semua unsur ini membutuhkan asupan yang berbeda, berilah hak pada tiap-tiap unsur.

4/02/2015

Sampurnaning Masjid, Usaha Makmuraken Kuwajiban Tiyang Taqwa



Menawi kita pirsani, kathah masjid langgar lan musolla nanging jemaahipun namung sekedhik, malah prasasat sinaosa punika panggenan ingkang sifatipun umum, namung kados-kados namung dados milik setunggal utawi kalih tiyang kemawon. Mekaten punika amargi ing dalem jema’ah shalat gangsal wekdal ingkang adzan inggih tiyang punika, ingkang puji-pujian inggih tiyang punika ingkang kamad inggih tiyang punika malah ingkang dados imam inggih piyambakipun.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ ونفسى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Boten wonten wasiat ingkang langkung utami kejawi wasiat iman lan taqwa dhateng Allah. Iman ingggih punika keyakinan ing sak lebetipun manah, lan taqwa punika nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar sedaya awisanipun. Kanthi punika iman dados dasaripun, lan taqwa punika wujudipun. Iman lan taqwa boten saget dipun pisahaken. Iman kedah kanthi amal, iman boten namung keyakinan ing salebetipun manah kemawon, nanging kedah dipun ikraraken kanthi lisan lan dipun jumbuhaken kanthi amal ibadah.
Mujudaken iman lan ngathah-ngathahaken amal ibadah saget dipun jumbuhaken wonten ing dalem panggenan kagem sujud inggih punika wonten ing dalem masjid, langgar lan musholla. Allah SWT sampun ngendika:


“Kang kudu ngramekake masjid-masjide iku mung wong-wong kang padha iman marang Allah lan dina akhir sarta tetep njumenengake salat, maringake zakat lan ora wedi (marang sapa bae) kejaba marang Allah, mula hiya dheweke kabeh kuwi wong-wong kang diarepake kalebu golongane wong-wong kang padha oleh pituduh”.(QS. Attaubah: 18)

Ayat punika nedahekan bilih among tiyang-tiyang iman ingkang makmuraken masjid, tentu kemawon anggenipun makmuraken inggih gumantung kalian kadar kemampuanipun. Saget kanthi ilmunipun, kanthi tenaganipun utawi kanthi bandhanipun. Kanthi ilmunipun inggih mulang utawi dados guru, kanthi tenaga upaminipun, purun resik-resik, jagi keamanan lan saterasipun. Kanthi bandhanipun,jalaran kagem perawatan masjid inggih betahaken dana kagem bayar listrik, toya, tumbas alat-alat kebersihan, tumbas lampu listrik lan saterasipun.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Menawi kita pirsani, kathah masjid langgar lan musolla nanging jemaahipun namung sekedhik, malah prasasat sinaosa punika panggenan ingkang sifatipun umum, namung kados-kados namung dados milik setunggal utawi kalih tiyang kemawon. Mekaten punika amargi ing dalem jema’ah shalat gangsal wekdal ingkang adzan inggih tiyang punika, ingkang puji-pujian inggih tiyang punika ingkang kamad inggih tiyang punika malah ingkang dados imam inggih piyambakipun.

Kejawi saking punika kawontenan masjid utawi langgar ketingal boten dipun upakara, kanthi bukti karpetipun ingkang kotor, sajadah, sarung ugi kotor, terasipun kotor, panggenan kagem wudhu lan wc nipun inggih ketingal kotor lan mambet pesing. Punika saperangan ingkang saget kita pirsani. Ananging ugi wonten masjid, langgar lan musholla ingkang ketingal resik, karpetipun ambetipun wangi, teras lan lataripun masjid inggih ketinggal asri, semanten ugi panggenan wudhu lan wc nipun ingkang sae, malah wonten wangi-wanginipun wc. Ing saben shalat gangsal wekdal jama’ahipun tansah kathah. Jama’ahipun ketingal sami krasan wonten ing masjid punika.

Kawontenan kalih werni ngengingi panggenan ngibadah punika dados kasunyatan, kanthi mekaten kawontenan ingkang sepindhah jelas betahaken prihatosipun sedaya kaum muslimin, kedah dipun padosi sebab musababipun, kenging punapa panggenan ngibadah ingkang sampun dipun bangun punika boten dipun jagi, dipun rawat lan boten dipun ginakaken kanthi sak sae-saenipun kagem ngathah-ngathaken ngibadah dhateng Allah SWT.

Kangge mujudaken masjid ingkang sae wonten tigang perkawis:
  1. Bidang Idaroh inggih punika kegiatan kagem ngupakara masjid ingkang kedah dipun tindakaken dening tiyang kathah. Masjid utawi langgar kedah wonten takmiripun, inggih punika pengurus masjid ingkang dipun paringi tugas lan tanggel jawab kagem ngelola masjid punika. Amargi masjid punika boten namung kagem shalat gangsal wekdal kemawon, nanging masjid ugi kagem pusatipun pendidikan, pelayanan kesehatan, santunan fakir miskin, panggenan kagem musyawarah, ngempalaken dana umat saking zakat, infaq lan shadaqah. Kanthi mekaten boten saget dipun upakara dening setunggal utawi tiyang kalih kemawon. Amargi saget ngalitaken fungsinipun masjd.
  2. Bidang Imaroh, supados masjid punika tambah regeng kedah dipun wontenaken kegiatan, upanipun gerakan shalat jama’ah gangsal wekdal, Majlis Taklim, TPQ, Madrasah Diniyah, Perpustakaan, Sunatan Masal, Pengetan Hari Besar Islam lan sanes-sanesipun.
  3. Bidang Riayah, inggih punika ngawontenan pembangunan, rehap lan ngupakara masjid. Masjid ingkang sae, megah, lan nelasaken biaya ingkang kathah menawi boten dipun rawat lan dipun jagi inggih badhe ketingal awon. Kathah jema’ah khususipun para musafir ingkang kuciwa nalika nindakaken shalat ing masjid punika, amargi masjid ingkang ketingal megah, ananging sak lebetipun boten dipun rawat, karpetipun kotor, panggenan wudhu lan wc nipun kotor malah toyanipun kirang lancar lan saterasipun. Kawontenan punika badhe dadosaken jema’ah tebih saking masjid. Benten kalian masjid ingkang sederhana syukur masjid ingkang megah lan dipun jagi kanthi sae. Karpetipun resik, panggenan wudhu lan wc nipun bersih, saestu masjid punika badhe dados jujukan para musafir. Lan piyambakipun boten badhe owel nalika ngedalaken infak kagem biaya ngupakara masjid punika.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kanthi mekaten sampurnaning masjid, langgar lan mushola punika kedah dipun kantheni kalian ngawontenaken kegiatan ing masjid lan ngupakara masjid ngengingi kebersihan ing dalem masjid lan lingkunganipun. Sinaosa sampun wonten takmir masjid, nanging sedaya jema’ah supados dados jema’ah ingkang aktif lan mandiri. Wonten ing masjid sedaya jema’ah kedah dados pelayan kagem pribadinipun lan tiyang sanes. Upaminipun menawi mlebet ing wc, kedah saget mujudaken kebersihan, sasampunipun bebucal kedah dipun siram ngantos ambetipun ical. Punapa malih menawi mlebet ing salebetipun wc ketingal kotor lan mambet inggih kedah ngicaleken kotoran lan ambet punika. Semanten ugi menawi bucal sampah wonten ing bak sampah lan saterasipun.

Syukur malih menawi masjid saestu saget maringi manfaat dhateng kebetahanipun masyarakat. Wonten fakir miskin, lare yatim saget dipun santuni, jema’ah ingkang sakit dipun bantu mertambanipun, wonten jema’ah ingkang betah modal usaha saget dipun bantu kalian koprasi utawi kanthi zakat produktif, wonten pengaosan kagem para lare, remaja lan tiyang dewasa lan sepuh. Prasasat sedaya kebetahan masyarakat saget dipun sembadani. Masjid boten namung mikiraken perkawis akhirat kemawon, nanging perkawis kadunyan ugi penting. Amargi kathah tiyang Islam ingkang dados murtad lantaran ekonomi lan saterasipun.

Kanthi mekaten kangge mujudaken masjid ingkang sampurna dados tanggel jawab sedaya tiyang Islam. Pramila mangga kita sami fastabiqul khairat, unggul-unggulan ing perkawis kesahenan. Umat Islam ingkang saget mujudaken amal nyata lan Insya-Allah Islam minangka rahmat dhateng sedaya alam, saget kasembadan, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


4/01/2015

Enaknya Orang Sakit, Kesempatan Bermuhasabah



Ketika judul tulisan ini muncul pada benak, kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata, bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi itulah suatu kenyataan yang sulit untuk diterima dengan akal. Karena orang sakit organ tubuhnya sedang ada gangguan dengan gangguan itu akan menimbulkan rasa yang tidak enak. Seperti contoh penyakit yang nampaknya ringan-ringan saja, misalnya sariawan. Maka makan minum menjadi tidak enak, untuk berbicara sulit, badan terasa panas dan sebagainya. Apalagi bila menderita penyakit kronis, seperti jantung, paru-paru, liver, kangker, struk, diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya, semua penyakit itu akan menimbulkan rasa yang tidak enak.

Bila menderita sakit yang tergolong penyakit ringan mungkin untuk makan dan minuman tidak ada yang berpantang, hanya perlu dikurangi ketika sedang sakit saja, tetapi setelah sembuh makanan dan minuman apapun bisa disantap kembali. Lain halnya bila itu adalah penyakit kronis, misalnya diabetes maka setelah dinyatakan sehat oleh dokter harus selalu menghindari segala jenis makanan dan minuman yang dapat memicu naiknya kembali kadar glukosa, bahkan kadang harus melakukan diet ketat, semua jenis makanan, nasi, air minum, sayuran, goreng-gorengan yang masuk ke dalam perut harus sesuai dengan takaran atau menurut petunjuk dokter.

Bagaimanakah bila sedang berada dalam suasana pesta, dimana semua jenis makanan dan minuman yang serba enak telah tersedia, dan orang-orang yang berada disekelilingnya makan dengan lahabnya. Disinilah peran pengendalian diri untuk tidak larut dalam suka-cita dan isrof bersama teman-temannya. Karena bisa jadi kenikmatan yang hanya sementara akan mendatangkan penderitaan yang lama, sangatlah tidak sebanding. Karena penyakit kronis ini akan memicu timbulnya penyakit yang lainya, misalnya akan terjadi kebutaan, struk, luka yang kemudian membusuk dan harus diamputasi, lantas bila membaca paparan dan diskripsi orang yang sakit demikian mengerikan, amit-amit sakit seperti itu? Lalu apakah enaknya orang sakit itu?

Banyak orang yang baru sadar bahwa sesungguhnya sehat itu sangat indah, nikmat dan menyenangkan, keadaan ini baru dapat dirasakan ketika dalam kondisi sakit, sungguh besarnya nikmat sehat. Karena itu senantiasa bersyukur ketika diberikan kesehatan, bersyukur karena penyakitnya hanya ini dan itu saja, bersyukur bukan merupakan penyakit yang bersifat komplikasi. Bila ternyata sudah komplikasi, masih bersyukur segera tertangani dan bersyukur lagi bahwa Allah sedang mengujinya dan memberikan cobaan, sehingga dalam kondisi ini mereka menjadi hamba yang hina, hamba yang tidak patut menerima apapun kepada Allah, karena dirinya merasa sadar dengan dosa-dosa yang telah dilakukan atau dirinya sadar bahwa sebagai orang yang beragama belum dapat menjalankan syari’at agama secara sempurna, perintah Allah sering ditinggalkan larangan Allah banyak dijalankan.

Kesadaran ini terbangun ketika sedang merasakan sakit, sehingga dengan kondisi yang di alami akan membangkitkan rasa syukur kepada Allah. Dan sesungguhnya dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya.


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Dengan bersyukur hati akan menjadi tenang, sikap psimis, khawatir dan takut akan beralih menjadi sikap optimis, bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Setiap Allah menurunkan penyakit Allah juga menurunkan obatnya. Hanya saja untuk memperoleh kesembuhan adalah menjadi proses yang harus dijalankan. Rasa ikhlas dan sabar akan menjadi energy positif, terapi diri, inilah obat yang tidak akan ditemukan di dunia kedokteran, kondisi dan kedaran diri akan mendominasi pada proses kesembuhan’

Demikian pula ketika sakit akan insaf dan sadar atas kebiasaan buruk dalam hidup yang sering dijalankan. Misalnya makan dan minum yang berlebihan menjadi sebab pemicu timbulnya penyakit, karena itu makan dan minum hendaknya memenuhi syarat yang halal dan thayyib, hendaknya dijauhkan dari sifat isrof, berlebih-lebihan. Karena didalam tubuh manusia (perut) terdapat tiga ruang untuk air, makanan dan udara. Sehingga bila makanan yang melebihi 1/3 akan terjadi gangguan, dalam jarak pendek atau dalam waktu yang lama. Makan yang berlebihan akan mengurangi aktifitas dan kinerja, mengantuk, kalori yang seharusnya terbakar akan menumpuk dalam tubuh menjadi lemak yang selanjutnya akan terjadi obessitas, kolesterol naik, glokosa yang tidak terkontrol, sehingga akan menimbulkan beraneka macam penyakit.

Karena itu jangan terlalu bahagia bila sedang mendapat kenikmatan dan jangan terlalu sedih bila sedanag mendapat cobaan dan ujian. Ciptakanlah keseimbangan hidup, agar hidup terasa indah, sakinah, mawaddah dan rahmat. Semua orang bisa, bila niat yang ada didalam hati senantiasa diteguhkan dan dilaksanakan secara konsisten.


3/31/2015

Kiat Menjadikan Rumahku Surgaku-Baiti Jannati



Rumah adalah suatu bangunan yang digunakan sebagai sarana untuk berlindung, berteduh dari segala sesuatu yang akan mengancam kehidupan manusia. Karena itu rumah dibangun sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Rumah juga menjadi simbol kebanggaan, kemegahan, kesejahteraan, bahkan kekuatan. Karena itu di dalam rumah juga dilengkapi sarana-sarana pendukung. Didalam rumah dibuat kamar-kamar, ada kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, ruang belajar, tempat shalat, ruang keluarga, ruang dapur, garasi, gudang dan lainnya.

Megah atau tidaknya suatu rumah tidak menjadi jaminan anggota keluarganya betah tinggal dirumah. Banyak terjadi kasus ketika suami istri berangkat kerja, anak-anak diasuh oleh para pembantu dan tv, akhirnya komunikasi orang tua dengan anak semakin jauh, berangkat dari hal ini anak-anaknya berkembang sesuai dengan pergaulannya. Pengaruh teman sangat dominan, sehingga tidak terjadi keharmonisan dalam keluarga. Demikian pula banyak terjadi suami bermain selingkuh dengan pembantunya, atau seorang istri juga mempunyai pria idaman lain. Dengan demikian hubungan mereka menjadi kaku, komunikasi yang dibangun hanya bersifat lahiriyah, adapun hatinya berpaling pada orang lain.

Ada lagi rumah tangga yang salah satu anggota keluarganya bekerja dan yang lain tinggal dirumah, katakan saja misalnya suami yang bekerja dan istri yang berada di rumah. Ternyata setiap kali suami pulang kerja di rumah tidak ada makanan, bahkan kadang istri sedang ngrumpi dengan tetangganya.
Dengan demikian rasa letih dan capek yang seharusnya mendapat sambutan ternyata tidak ada yang menyambut. Maka jadilah percekcokan. Satu sama lain sama-sama egoisnya mempertahankan pendapatnya dengan mengumbar nafsu. Demikian pula dalam keluarga yang selalu memandang harta kekayaan masih kurang bila dibandingkan dengan yang lain, sehingga muncul keinginan untuk mencukupi kebutuhaanya dengan cara-cara yang tidak wajar, misalnya mencari pinjaman dengan melebihi dari panghasilan yang diperoleh tiap bulannya, atau yang lebih parah lagi melakukan kegiatan tindak penipuan, perampokan, bahkan mengedarkan uang palsu atau menjadi Bandar Narkoba. Bahagiakah keluarga yang dibangun dengan cara yang demikian ini?

Ada suatu kisah keluarga besar di masyarakat pedesaan, antara keluarga terjalin komunikasi yang baik, dengan tetangga saling menolong, saling menghurmati, bahkan pendidikan anak berlangsung secara alami. Rumah mereka dari bangunan yang sederhana, beratapkan rumbia, berdindingkan dari bambo, tidak memakai eternity, rumah mereka hanya dipisahkan kamar tidur yang merupakan tempat privasi suami istri. Sekalipun penghasilannya pas-pasan, makan dan minum hanya sekedarnya saja, bahkan makanan hanya sekedar untuk menegakkan punggung namun kehidupannya nampak bahagia.

Pada zaman Rasulullah SAW pernah ada seorang wanita tua yang bernama Ibu Muti’ah. Suatu saat Rasulullah SAW memerintahkan kepada putrinya Siti Fatimah, bila ingin menjadi wanita yang mulia belajarlah kepada Muti’ah, dia tinggal dikampung yang cukup jauh. Segeralah Siti Fatimah berangkat dengan ditemani putranya Hasan, setelah berjalan cukup jauh sampailah pada rumah yang dimaksud, lalu dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah disambut, dipersilahkan Fatimah untuk masuk ke dalam rumah, dan Hasan disuruh untuk tetap tinggal diluar, karena didalam rumah tidak ada orang laki-laki.

Setelah dipersilahkan duduk, Fatimah menengok sisi kanan, kiri, atas bawah. Dalam hati berkata, apa kelebihan wanita ini hingga ayahandanya menyuruh berguru kepadanya. Dilihatnya di pojok ruangan terdapat baskom berisi air, lalu kain lap dan cemeti. Fatimah bertanya, untuk apakah benda-benda tersebut. lalu dijelaskan bahwa ketika suaminya pulang kerja, suaminya lalu disambut, karena melihat nampak kusut, maka dibilaslah muka, tubuh, tangan dan kakinya. Setelah itu di lap dengan kain yang telah tersedia. Kemudian suaminya beristirahat sejenak sambil menyantap hidangan yang telah disediakan oleh istrinya. Setelah itu suaminya mandi dan menegakkan shalat. Setelah selesai sambil duduk dan hilang rasa capeknya, saya ambilkan cemeti untuk suami sambil saya berkata. Wahai kanda, jika pelayanan saya kepadamu masih kurang saya mohon, kanda untuk menyambuk saya sebagai tebusan atas kelalaian saya.

Siti Fatimah terkejut lalu bertanya lagi, bagaimanakah sikap suamimu? Dia menerima cemeti lalu diletakkan di sebelah tempat duduknya, dan dia menarik tanganku lalu memelukku dengan penuh kasih sayang. Dari kejadian tersebut barulah Siti Fatimah mengetahui, mengapa rasul memerintahkan untuk belajar kepada Ibu Muti’ah.

Karena itu bersyukur bila kita diberikan kemampuan untuk membangun rumah sesuai dengan perkembangan zaman, dan wujud syukurnya hendaknya keindahan dan kemegahan rumah diimbangi dengan keikhlasan dalam menegakkan syariat Allah, dan semangatnya didalam malaksanakan amar makruf nahi munkar. Keluarga merupakan bangunan suatu negara yang paling kecil, agar banguan tersebut tetap menjadi keluarga idaman, rumah yang mendatangkan kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan penghuninya dapat melakukan kiat-kiat sebagai berikut:

1. Menjaga dan melaksanakan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga.


“…. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al Baqarah: 228)

2. Saling menasehati di dalam melaksanakan kebenaran, kesabaran dan keikhlasan atas dasar kasih sayang dengan cara yang baik.



“ Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 2-3)


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)

3. Seluruh anggota keluarga yang meliputi suami, istri anak-anak dan anggota yang lain saling berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mewujudkan surga dunia dan akhirat.



“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 133-135)

4. Selalu bertolong-menolong dan bekerja sama dalam melelaksanakan kebajikan dan taqwa. Mereka akan senantiasa mengerjakan keburukan, permusuhan dan perbuatan dosa lainnya.


“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al Maidah: 2)

Keluarga merupakan bangunan negara yang paling kecil, sehingga untuk mewujudkan bangunan rumah tangga yang kokoh tiada pilihan kecuali setiap anggota keluarga untuk menyibukkan diri pada hal-hal yang baik. Membiasakan diri melakukan yang baik untuk memberi dan menjadi teladhan dalam keluarga. Walaupun suami adalah merupakan kepala keluarga, namun bisa jadi akan mencontoh pada istri dan anak-anaknya dalam ketaatan kepada Allah. Sesungguhnya rapuhnya bangunan rumah tangga sering dipicu oleh pihak ketiga, yaitu syetan yang mengajak dan membisikkan hawa nafsunya sehingga melakukan hal-hal yang tidak baik. Ketika nilai-nilai kebaikan dalam keluarga senantiasa menjadi kebiasaan hidup niscaya bisikan hembusan nafsu syetan akan sirna. Namun karena syetan selalu menciptakan tipu muslihat maka setiap anggota keluarga agar mengaca pada orang-orang shalih. Lihatlah kepada orang yang lebih tinggi dalam hal kesalihannya nsicaya akan menjadi hamba yang selalu istiqomah dalam menegakkan syari’at Allah.

3/27/2015

Usaha Mewujudkan Masjid Dicintai Jema'ah



Masjid adalah suatu bangunan tempat suci, tempat untuk bersujud bagi orang-orang Islam, dan masjid merupakan benda mati yang tergantung pada orang-orang Islam untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang dicintai oleh jema’ahnya. Bagaimanakah masjid akan dicintai jema’ahnya, hal ini arti peran pentingnya takmir masjid untuk mengupayakan agar masjid dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang Islam. Mengapa orang-orang Islam terdorong pergi ke masjid, mengapa ada suatu masjid yang tidak pernah sepi dari jema’ah, baik itu untuk kepentingan menegakkan shalat atau untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Namun sebaliknya ada juga masjid yang sepi dari jema’ah, bahkan lingkungannya terkesan kumuh dan kotor.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, saya berwasiat khususnya pada diri sendiri dan umumnya kepada jema’ah sekalian, marilah bersama-sama kita berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena segala perintah Allah akan mendatangkan kemaslahatan hidup manusia baik dunia mapun akhirat dan setiap larangan Allah akan mendatangkan musibah dan bencana. Karena itu suatu anugerah yang tiada tara, bahwa hingga saat ini kita sekalian masih diberikan kesempatan panjang umur, kesehatan dan kesempatan sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jum’at di masjid ini.
Masjid dan tempat ibadah lainnya adalah merupakan ladang beramal dan beribadah, baik dalam mewujudkan bangunan fisik maupun upaya pemeliharaan, perawatan dan penggunaannya untuk peningkatan iman, ilmu dan amaliyah. Allah telah berfirman:


“ Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS. Attaubah: 108)

Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ بَنَى للهُ مَسْجِدًا يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهِ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسلم)
“Barang siapa membangun masjid bagi Allah untuk mengharapkan keridhaan-Nya, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah dalam Surga”. (HR.Buchari Muslim)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Masjid adalah suatu bangunan tempat suci, tempat untuk bersujud bagi orang-orang Islam, dan masjid merupakan benda mati yang tergantung pada orang-orang Islam untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang dicintai oleh jema’ahnya. Bagaimanakah masjid akan dicintai jema’ahnya, hal ini arti peran pentingnya takmir masjid untuk mengupayakan agar masjid dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang Islam. Mengapa orang-orang Islam terdorong pergi ke masjid, mengapa ada suatu masjid yang tidak pernah sepi dari jema’ah, baik itu untuk kepentingan menegakkan shalat atau untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam. Namun sebaliknya ada juga masjid yang sepi dari jema’ah, bahkan lingkungannya terkesan kumuh dan kotor. Karena itu bila kita amati mengapa suatu masjid dicintai jema’ah, tentunya ada sebab-sebab yang dapat mendorong jema’ah mencintai masjid diantaranya:

  1. Adanya perasaan damai dan merasa dekat dengan Allah, ibadahnya terasa lebih khusuk, karena itu setiap mukmin akan berbondong-bondong shalat berjama’ah didalam masjid. Masjid yang selalu terjaga kebersihannya, karpetnya selalu bersih dan wangi, lantainya selalu bersih, penerangannya cukup, sound sistemnya sangat nyaman. Ornament dan fentilasi yang bagus, imamnya fasih, khutbahnya selalu aktual untukmembimbing dan memberikan penerangan kepada umat..
  2. Jema’ah ketika berada di masjid merasa memperoleh pelayanan dalam bidang pembinaan mental spiritual, karena di masjid senantiasa diselenggarakan majlis taklim, TPQ, Madrasah Diniyah dan sebagainya. Takmir masjid yang selalu memperhatikan orang-orang miskin dan anak yatim untuk diberikan santunan, demikian pula juga diselenggarakan pengobatan pada orang-orang yang sakit. Koprasi masjid untuk memberikan bantuan modal.
  3. Demikian pula dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan juga memperoleh pelayanan, karena dengan pemberdayaan zakat, infaq dan shadaqah dapat menopang keperluan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemberian zakat konsumtif untuk waktu yang singkat dan zakat produktif yang disertai dengan pembinaan untuk merubah status mustahiq menjadi muzakki.
  4. Suasana lingkungan masjid mulai dari tempat bersujud, serambi masjid, wc, tempat wudhu, serambi dan halaman masjid senanatiasa terjaga kebersihannya. Perlu diperhatikan bahwa tempat wudhu dan wc hendaknya dibuat yang bagus, leluasa dan terpisah antara laki-laki dan perempuan. Karena tempat wudhu adalah langkah awal untuk memasuki masjid, bila ditempat wudhu dan wc senantiasa terjaga kebersihan dan kesuciannya niscaya didalam masjid juga akan terjaga kebersihan dan kesuciannya, sehingga akan yakin ibadahnya diterima Allah SWT. Lain halnya bila wc dan tempat wudhunya kotor, berbau pesing, banyak lumutnya niscaya kesuciannya sulit untuk dijaga, sehingga tidak menutup kemungkinan ibadah shalat yang seharusnya suci dari hadas dan najis namun ternyata najis tidak bisa lepas darinya.
  5. Di masjid tersedia taman bacaan, perpustakaan, majalah dinding,papan informasi tempat para Jemaah masjid mencari informasi dan untuk menambah keilmuan.
  6. Lingkungan sekitar masjid yang nampak rindang dan sejuk, karena itu perlunya pemeliharaan taman masjid.
  7. Masjid yang terjaga keamannya, sehingga para jama’ah merasa nyaman dan aman ketika sedang melaksanakan ibadah.
Hal-hal tersebut diatas yang menjadi motivasi, jema’ah untuk berkunjung ke masjid. Misalnya masjid yang menjadi tempat persinggahan para musafir, meraka sering singgah di masjid tersebut karena merasa aman, nyaman dan menyenangkan.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Untuk selanjutnya siapakah yang melayani dan siapakah yang dilayani, masjid adalah bangunan atau tempat ibadah yang bersifat umum, dibangun dan dipergunakan untuk kepentingan orang-orang Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah. Melayani kepentingan jema’ah adalah pahala yang dijanjikan Allah, konsekwensi dari pahala adalah anugerah dari Allah, orang akan merasa tenang, damai, bahkan merasa selalu merasa cukup dan diberikan kecukupan oleh Allah SWT terutama dalam kehidupan di dunia ini. Dan di alam akhirat akan diberikan balasan berupa Surga. Karena itu melayani jemaa’ah dapat dilakukan sesuai dengan bidang, keahlian dan kemampuannya masing-masing. Bisa dengan tenaga, pikiran atau hartanya. Rasulullah SAW bersabda:

أَنَّ امْرَأَةً كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ أَيْ تَكْنِسُهُ فَمَاتَتْ فَسَأَلَ عَنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيْلَ لَهُ: مَاتَتْ، أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُوْنِيْ بِهَا لِأُصَلِّيَ عَلَيْهَا؟ دُلُّوْنِيْ عَلَى قَبْرِهَا، فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلِّى عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ada seorang perempuan yang biasa menyapu mesjid lalu meninggal dunia, Rasulullah SAW menanyakannya dan tatkala dikatakan kepadanya bahwa perempuan itu sudah meninggal, Rasulullah berkata: "Mengapa kamu tidak memberitahukan kepada saya agar saya salatkan ia? Tunjukkanlah kepadaku di mana kuburnya." Maka Rasulullah mendatangi kuburan itu lalu beliau salat atasnya”. (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
 
مَنْ أَسْرَجَ سِرَاجًا فِيْ مَسْجِدٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةِ وَحَمَلَةُ الْعَرْشِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ مَادَامَ فِيْ ذَلِكَ الْمَسْجِدِ ضَوْءُهُ (رواه سالم الراز عن أنس

“Barang siapa yang menyalakan penerangan dalam mesjid, niscaya para malaikat dan pemikul-pemikul Arasy senantiasa memohon ampun kepada Allah agar diampuni dosanya selama lampu itu bercahaya dalam masjid”. (H.R. Salim Ar Razi dari Anas RA.)

Adalah suatu kemuliaan bagi umat Islam, dimanapun tempatnya telah tersebar tempat ibadahyang dibangun oleh masyarakat sekitar, sekalipun tidak ikut membangun tetapi yang membangun merasa senang bila masjidnya digunakan untuk beribadah. Karena itu ketika berada di lingkungan masjid atau tempat ibadah lainnya jadilah pelayan untuk dirinya sendiri, jangan minta dilayani tetapi berusahalah untuk memberikan pelayanan kepada orang lain. Misalnya disekita masjid telah disediakan tempat sampah, maka buanglah sampah pada tempatnya. Jangan meninggalkan bau air seni atau tinja setelah memasuki wc, karena itu turutlah menjaga kebersihan. Gunakanlah air secukupnya, jangan berbuat gaduh didalam masjid, dan yang tak kalah penting sebelum meninggalkan masjid sisihkan sedikit harta, berinfaq guna membantu kegiatan operasional masjid.

Begitulah bahwa masjid agar dicintai jema’ah adalah tergantung pada kepedulian umat Islam untuk menjaga, merawat dan mempergunakan masjid sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
 فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.