2/21/2014

Wujud Kekuasaan dan Kasih-Sayang Allah-Khutbah Jum'at


Musibah dan bencana yang ada di alam ini apakah kebetulan atau merupakan kehendak dari wujud kekuasaan Allah. Bagi orang yang beriman akan meyakini bahwa semua ini adalah merupakan kehendak Allah, karena dengan musibah dan bencana merupakan ujian bagi hamba-hamba-Nya. Setiap orang hidup pasti diberikan ujian dan cobaan, namun sesungguhnya disaat Allah menunjukkan kekuasaan dan kedigdayaan--Nya Allah mengiringi dengan kasih sayang kepada hamba-Nya. Hal ini karena sudah menjadi hak mutlak Allah yang telah menciptakan kemudian menjaga, melindungi dan memberikan kecukupan kepada hama-hamba-Nya. Allah berbeda dengan makhluknya dan tak ada satu zatpun yang setara dengan Allah.


أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena dengan iman dan taqwa itulah kita akan termasuk golongan yang akan di mulyakan oleh Allah, inna akramakum ‘inddallahi atqakum” sesungguh yang paling mulia disisi Allah adalah orang –orang yang bertaqwa.
Rasulullah SAW pernah bersabda,

يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً (رواه مسلم)

"Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. (HR. Muslim)

Bila kita cermati fenomena berkembang di alam ini, baru saja negeri ini menangis lantaran terjadinya banyak sekali musibah, angin puting beliung yang memporak-porandakan permukiman, tanah longsor dan banjir dibeberapa wilayah yang belum reda, dan pada hari Kamis 15 Februari terjadi musibah yang melanda tanah air. Gunung Kelut di Kediri Jawa Timur meletus.

Bila kita perhatikan dan kita hayati sedalam- dalamnya, dikala satu sisi manusia berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan, disi lain banyak umat manusia yang melakukan kemaksiatan. Disatu sisi umat manusia tidak lagi membedakan halal dan haram, disi lain banyak manusia yang amat berhati-hati dalam sikap dan perbuatan. Satu sisi banyak orang yang berhati-hati dalam hal makan, minum dan berpakaian, makanan dan minuman yang halal dan thayyib. Tak ingin sedikitpun harta yang haram masuk dalam jasatnya namun disisi lain banyak orang yang tidak meperdulikan halal-haram. Disatu sisi banyak umat manusia yang tidak meyakini akan adanya hari kebangkitan yang akan memberikan keadilan atas segala amal perbuatan mansia, disi lain banyak manusia yang amat yakin akan adanya hari kebangkitan, sehingga seluruh hidupnya dibaktikan untuk mewujudkan ketatan kepada Allah SWT.

Inilah dua macam peristiwa yang saling berlawanan yang tidak akan berakhir hingga berakhirnya alam dunia ini. Manusia yang beriman senantiasa memohon kepada Allah akan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada seluruh hamba-Nya, orang yang beriman selalu memohon kebaikan hidup di dunia dan di akhirat. Orang yang beriman meminta agar seluruh umat manusia dijauhkan dari segala macam bencana. Namun ternyata Allah berkehendak lain, Allah menunjukkan kekuasaannya, betapa banyak kerugian yang ditimbulkan dari kekuasaan dan kedigdayaan Allah. Banyak rumah yang hancur, hilangnya nyawa, rusaknya fasilitas umum, jalan, jembatan, gedung-gedung. Dan juga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Matinya tanaman dan satwa. Banyak manusia yang kehilangan mata pencaharian dan pekerjaan.

Disaat manusia banyak yang menjerit, karena menebarnya abu vulkanik yang mengganggu kesehatan manusia. Betapa banyaknya air yang dibutuhkan untuk membersihkan dan menjinakkan debu-debu yang berterbangan. Berapa ribu kubik air yang diperlukan untuk membersihkan jalan, jembatan, dermaga, bandara, dedaunan dan lain sebagainya. Namun kuasa Allah tidak menjadikan-Nya menjadi sewenang-wenang terhadap hamba-Nya. Allah memberikan kasih-sayang-Nya dengan turunnya hujan yang dapat membersihkan benda-benda yang terkena abu vulkanik, demikian pula menjernihan udara sehingga lingkungan menjadi segar kembali.

Karena itu ketika sedang terkena musibah Allah memerintahkan untuk bersabar.








“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (QS. Al Baqarah: 155-156)

Suatu saat Allah memberikan ujian dalam bentuk kebahagiaan dan pada sisi lain Allah memberikan ujian berupa kesusahan, seperti rasa takut dan kelaparan









“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. Annahl: 112)

Ujian dari Allah dalam bentuk ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, bila disikapi dengan kesabaran, maka Allah akan memberikan pahala. Dan barang siapa yang berputus asa maka Allah akan menimpakan siksa. Karena itu Allah mengatakan wabassyirish-shabirin dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Demikian orang yang bersabar akan menyadari dengan sepenuh hati bahwa dirinya merupakan hamba Allah, Allah akan memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Namun dengan perlakuan Allah ini, Dia tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan hamba-Nya. Walaupun hanya sebesar biji sawi kelak di hari Qiyamat akan diberikan balasan oleh Allah. Tak ada manusia yang merasa di dhalimi, kecuali semua hamba Allah akan merasakan keadilan Allah SWT.
Dunia adalah merupakan lahan untuk beribadah, amal dunia tidak akan pernah dilalaikan kecuali akan menjadi bekal seluruh kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Segala bentuk perkataan, perbuatan dan tingkah laku yang lain akan mempengaruhi kebiasaan hidup. Kebiasaan baik akan mendatangkan kebaikan, kebiasaan buruk akan mendatangkan keburukan. Bila dalam waktu singkat nyaris sama saja antara ketaatan dan kedurhakaan, sesungguhnya Allah akan menguji hambanya dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya.

Akhirnya mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat kenikmatan bukan jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah SWT, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ



الخطبة الثانية

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


2/14/2014

Kekuasaan dan Kasih Sayang Allah



Allah SWT mempunyai nama dan sifat berkuasa dan kasih sayang. Kekuasaan kadang berkonotasi bisa melakukan suatu perbuatan sesuai dengan kehendaknya. Bila manusia sedang berkuasa maka mempunyai kesempatan untuk bertindak dengan kemauannya. Dalam batas-batas tertentu dan bagi orang-orang tertentu akan membatasi diri dengan norma-norma yang berlaku. Sehingga dalam kekuasaannya dibatasi oleh aturan sehingga bisa menghindarkan sifat kesewenang-wenangan yang akan merugikan kehidupan orang banyak.

Namun tak sedikit pula bahwa dengan kekuasaan yang dimiliki akan melakukan kesewenag-wenangan. Aturan tinggal aturan, aturan hanya untuk orang-orang tertentu dan tidak mengikat pada dirinya. Sudah banyak contohnya bahwa dengan kekuasaan yang seharusnya merupakan amanat yang harus dipertanggung jawabkan namun justru menjadi lahan untuk mendapatkan kepuasaan bagi diri, keluarga dan kelompoknya. Dampak dari tindakan ini akan kembali kepada dirinya baik akan dijumpai didunia maupun kelak diakhirat yang tidak ada kedustaan, setiap orang akan memperoleh keadilan.
 
Itulah sifat dari makhluk ciptaan Allah yang sama sekali berbeda dengan Sang Khalik yang mempunyai sifat “Mukhalafatuhu lil hawaditsi” tidak sama dengan makhluknya. Pada hari Kamis 13 Februari 2014 pukul 22.50 Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur meletus. Dengan letusan yang amat dahsyat, sehingga abu vulkanik menyebar ke sebagian wilayah Jawa Tengah dan DIY. Subhanallah matahari tertutup oleh kabut asap, atap rumah dan bangunan penuh dengan abu, jalan-jalan, pohon dan semua ruangan terbuka penuh dengan abu vulkanik. Semua tempat terlihat berwarna putih, mobil dan setiap kendaraan yang berjalan juga ikut kena abu vulkanik dan berwarna putih. Lingkungan juga terasa amat menakutkan, langit menjadi gelap. Setiap orang merasa takut untuk bernafas seperti biasanya sehingga melindungi hidung dengan masker.

Baru sedikit saja Allah menunjukkan kekuasaannya amat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Dari kekuasaan Allah tersebut, Dia menunjukkan kasih sayangnya dengan menurunkan air hujan, sehingga abu vulkanik yang menempel pada ruang terbuka hanyut terbawa oleh siraman air hujan demikian pula debu dan abu vulkanik yang berterbangan jatuh dijinakkan oleh air hujan. Suasana hidup dan kesegaran dapat dirasakan kembali oleh makhluk-makhluknya. Sadarkah manusia, bahwa hal ini merupakan kehendak Allah atau merupakan suatu kebetulan. Kasih sayang Allah tidak sebatas pada turunnya hujan, namun juga hanyutnya abu vulkanik akan mendatangkan kesuburan tanah. Berapa ribu hektar tanah yang tidak pernah dipupuk, karena jangkauannya yang sulit atau karena tidak adanya biaya pemupukan, ternyata dalam waktu sekejab telah diberi pupuk sehingga kelak tanahnya menjadi subur sehingga tanamannya akan menjadi lebih rindang lagi.

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS; 191-192)

Kepada masyarakat Kediri dan sekitarnya musibah ini tentu meninggalkan penderitaan, hilangnya nyawa, harta dan sumber mata pencaharian. Untuk penduduk diluar kediri gangguan mungkin akan segera hilang dengan turunnya hujan, namun bagi wilayah setempat dengan rusaknya bangunan dan faslitas yang lain tentu musibah ini perlu penanganan yang lebih lama. Rehabilitasi psicososial dan normalisasi keadaan,lingkungan dan masyarakat. Setiap musibah pasti ada hikmahnya, semoga kita diberi kesabaran dan diberikan jalan keluar atas segala masakah yang dihadapi.

2/06/2014

Rapat atau Debat



Bila kita lihat dari akar kata bahwa rapat bermakna sempit lawan dari kata longgar. Namun justru sebaliknya ketika mengadakan rapat sesuatu yeng terasa sempit kemudian menjadi longgar. Beban pikiran yang seakan tertumpu hanya pada satu atau dua orang kemudian merata pada semua orang, sehingga beban dan tanggung jawab akan menjadin ringan. Rapat biasanya diselengarakan dalam suatu kelompok, organisasi tentu. Kita sering mendengar bahkan sering pula mengikuti acara rapat. Walaupun kadang ada orang yang selalu disibukkan dengan kegiatan rapat-rapat yang tidak ada ujung pangkalnya.

Rapat berfungsi sebagai arena urun rembug atau tempat diadakannya tukar pikiran dalam menyelesaikan suatu persoalan. Dengan kata lain bahwa rapat bukan arena untuk mencari kalah dan menang atau adu pendapat (debat) akan tetapi sebagai ajang musyawarah untukmencari mufakat. Sebagai konsekwensinya hasil suatu rapat adalah merupakan keputusan bersama yang mengikat seluruh anggota dalam suatu kelompok atau organisasi. Bila anggota dalam suatu kelompok atau organisasi melanggar maka dikenai sangsi.

Adapun diselenggarakan rapat mengandung maksud dan tujuan tertentu, adapun untuk mendapatkan hasil sesui dengan tujuan rapat maka ditentukan etika rapat sebagai berikut:
1. Suasana rapat terbuka.
Suasana rapat hendaknya diawali dengan sikap keterbukaan, dihindari dari sikap saling mencurigai. Setiap peserta harus bicara dengan obyektif, jujur, jangan berprasangka kepada peserta lainnya. Suasana rapat terbuka sehingga akan menumbuhkan rasa cinta kasih, saling menghargai, menghormati. Rapat dapat berjalan dengan luwes, tidak kaku dan dapat memberikan motivasi kepada peserta yang lain.
2. Tiap peserta rapat hendaknya berpartisipasi aktif.
Setiap rapat dikatakan hidup bila para pesertanya ikut aktif, ambil bagian dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Selalu mendapat bimbingan dan pengawasan.
Pimpinan rapat hendaknya dapat memberikan bimbingan, arahan dan kemudahan terhadap para peserta rapat. Pemimpin ratat juga dapat memberika pengawasan terhadap jalannya rapat sejauhmana peseta rapat ikut aktif. Pembicaraan harus diawasi oleh pemimpin rapat, agar pembicaraan tidak melenceng dari agenda rapat.
4. Hidari perdebatan.
Suatu rapat tidak akan berjalan dengan sukses bila terjadi perdebatan yang berkepanjangan, tanpa arah, masin-gmasing berupaya mempertahankan pendapatnya. Suasana rapat menjadi tegang, panas dan kaku. Akhirnya pebicaaraan hanya dimonopoli oleh peserta yang terlibat dalam perdebatan dan peserta lainnya pasif.
5. Pertayaan singkat dan jelas.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya singkat dan jelas agar mudah dipahami oleh peserta lainnya, demikian pula menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta lainnya.
6. Hindari terjadinya monopoli.
Pembicaaran jangan hanya dimonopoli oleh salah seorang saja, apalag oleh pemimpin rapat. Berilah kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapatnya.

Jika kondisi rapat telah terbina seperti diatas maka tujuan rapat akan mudah dicapai, hal ini karena rapat mempunyai tujuan yang mulai. Adapun tujuannya antara lain:
1. Rapat penjelasan ialah rapat yang bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada anggota, tentang kebijkan yang diambil oleh pimpinan organisasi tentang prosedur kerja baru, untuk mendapat keseragaman kerja.
2. Rapat pemecahan masalah: bertujuan untuk mencari pemecahan suatu masalah, dikatakan sebagai problem solving apabila masalah itu pemecahannya berhubungan dengan masalah-masalah yang lain yang saling berkaitan. Masalah itu demikian sulitnya karena keputusan yang akan diambil mempunyai pengaruh atau akibat terhadap masalah yang lain.
3. Rapat perundingan: yaitu rapat yang bertujuan menghindari timbulnya suatu perselisihan, mecari jalan tengah agar tidak merugikan kedua belah pihak. (Basrah Lubis, Drs. H, Retorika Da’wah, CV Primadinar, Jakarta, 1993: 30-35)

Belajar dari kegiatan rapat akan membimbingan menjadi pemimpin yang bijak. Menghargai setiap pembicaraan, belajar santun dalam bersikap, tutur kata yang baik. Belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Kebaikan bersumber dari segala arah demikian pula keburukan. Anak kecil bisa saja menampilkan kata dan perbuatan yang bijak. Orang dewasa tidak selamanya mengeluarkan kata dan perbuatan yang baik.

Kata dan perbuatan yang bijak tidak selamanya disikapi dengan baik, apalagi yang jelas tidak baik tentu akan menimbulkan problematika yang tidak akan pernah berakhir. Biasakan untuk memahami orang lain dengan memahami dirinya sendiri. Setiap diri ingin dipuja, dihargai dan tidak ingin dipojokkan, dihina dan disakiti. Memahami diri sendiri dengan baik akan membimbing dapat memahami orang lain.

2/04/2014

Syukur Utawi Kufur Dhateng Kanugrahanipun Allah, Khutbah Bahasa Jawa


Syukur lan kufur punika satemah dados sifatipun ati. Nanging syukur punika dados sifat sae ingkang kedah dipun bangun., menawi kufur dados sifat awon ingkang kedah dipun tilar. Syukur lan kufur punika dados sifat sae lan awon menawi dipun gandengaken kalian peparingipun Allah arupi putra-wayah, bandha lan kahanan sanesipun.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ خَالِقُ الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَالْعَلَمِ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُه السِّرَاجُ الْمُنِيْرُ الْبَشِيْرُ وَالنَّذِيْرُ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ عَلَى سَبِيْلِهِ اِلَى اللهِ يَسِيْرِ. أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mangga kita sami budidaya ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi saha nilar sedaya awisanipun Allah. Antawis dhawuh kalian awisan Allah punika, satemah sampun nyata jelas kasebat ing dalem Alquran lan hadits nabi Muhammad SAW. Sedaya dhawuh menawi dipun tindakaken badhe nuwuhaken raos tentremipun jiwa, semanten ugi sedaya awisanipun Allah menawi dipun tindakaken tentu badhe bekto dhateng sengsaraning gesang, melai saking dunya dumugi ing akherat samangke.

Kathah tiyang iman nanging piyambakipun tansah nampi mapinten-pinten cobi, malah menawi dipun raos selami gesangipun tansah nandang perkawis ingkang boten wonten akhiripun. Kosok wangsulipun tiyang ingkang fasiq, kufur lan syirik dhateng Allah, nanging ing perkawis kadunyan tansah pikantuk kabegjan. Sahingga kawontenan punika kagem saperangan tiyang Islam saget dadosaken kemerenm malah saget ugi dadosaken saperangan tiyang sami fasiq lan murtad. Allah SWT sampun ngendika:



“ Apa toh manungsa iku padha ngira yen dheweke kabeh iku diumbarake (wae) sebab dheweke kabeh wis padha nyatakake kanthi pengucape: “ingsun kabeh wis padha iman”, (banjur) ora dicoba? (QS. Al Ankabut: 2)

Kanthi mekaten perkawis mindakipun kasil, minggahipun pangkat, kedah dipun konduraken dhateng hakekat kanugrahan punika satemah salah satunggal saking peparingipun Allah ingkang kedah dipun syukuri. Bandha punika namung titipan, pangkat lan jabatan punika amanat ingkang badhe dipun suwuni tanggel jawab. Dipun paringi sekedhik tansah syukur lan dipun tambah kanugrahanipun inggih tambah anggenipun syukur dhateng Allah, mekaten kasebat ing dalem Alquran:




“ Lan (elinga uga), arikalane Pangeran ira kabeh mbiwarakake (kang surasane): “Sayekti kalamun sira kabeh padha syukur, mesthi Ingsun bakal paring tambahan (nikmat) marang sira kabeh, lan kalamun sira kabeh padha ngingkari (nikmat Ingsun) mula satemene siksa Ingsun iku banget larane”. (QS. Ibrahim: 7)

Syukur punika raos bingah lan marem wonten ig sak lebeting manah, sahingga kanthi syukur badhe nuwuhaken pakerti sae. Ibaratipun sasampunipun nampi kanugrahan badhe tabah iman lan amalipun, dados tiyang ingkang saget migunani dhateng sedaya umat manungsa. Kosok wangsulipun sifat kufur punika badhe nutup sedaya nikmat lan kanugrahan, amargi sedaya peparing punika dados perkawis ingkang sampun biasa lan boten migunani.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Midherek Rasulullah SAW wonten gangsal perkawis ingkang kedah kita syukuri:
1. Wekdal nem sak derengipun dumugi wekdal sepuh.
Wekdal nem punika wekdal ingkang sarwo ngremenaken, nanging ampun ngantos raos remen punika nilaraken kewajiban. Kanthi mekaten wekdal nem, wekdalipun kagem ngudi ilmu lan agami. Kanthi ilmu saget kangge bekal gesang ing wekdal ingkang badhe dhateng pikantuk kamulyan. Kanthi agami badhe paring pitedah dhateng sedaya perkawis ingkang kedah dipun tindakaken lan kedah dipun tilar. Jalaran agami sampun paring paugeran kangge gesaningipun para manungsa.

2. Wekdal gesang sak derengipun pati.
Gesang punika kesempatan ingkang dipun paringaken Allah kagem sedaya manungsa. Kanthi gesang manungsa tasih saget nindakaken amal ibadah, nambah amal salih lan kesempatan kangge mertobat. Kanthi mekaten kesyukuran kita tingkataken kanthi nambah amal ibadah dhateng Allah SWT. Jalaran gantosipun dinten lan tanggal, wulan lan tahun satemah yuswo kita malah kirang, mekaten punika amargi yuswanipun manusngsa sampun kacathet wonten ing Louhul Mahfudz, sampun dipun tetepaken dening Allah. Ngantos pinten tahun manungsa dipun paringi gesang ing alam dunya, namung allah ingkang pirsa lan kita sedaya namun nindakaken gesang.

3. Wekdal sehat sak derengipun dumugi sakit.
Kanthi sehat manungsa badhe ngraosaken nikmatipun tiyang gesang, dhahar, ngunjuk, sare, lungguh, jumeneng lan sak terasipun. Kawontenan punika dados kenikmatan ingkang asring dipun lirwakaken. Kathah-kathahipun ngraosaken nikmat sehat nalika nembe sakit, kanthi mekaten nalika nembe sakit asring ngghadahi harapan menawi sehat badhe infaq, shadaqah, olah raga, dhahar lan ngunjuk ingkang beraturan lan sak sanes-sanesipun. Ananging nalika sehat sedaya cita-cita punika dipun tutup kanthi kekiatan hawa nafsu.

4. Wekdal longgar sak derengipun dumugi wekdal rupek.
Allah SWT paring wekdal ingkang sami dhateng kawulanipun, sedinten sedalu inggih 24 jam. Wonten tiyang ingkang rumaos kirang kalian wekdal ingkang dipun paringaken punika, wonten ingkang cekap lan wonten ingkang kathah wekdal longgaripun. Kanthi mekaten wujud syukuripun dipun paringi wekdal longgar punika dipun ginakken kangge ngudi kaweruh, moas buku, kitab, utawi pados wejangan saking para penggedhe. Jalaran boten saget ngginakaken wekdal punika badhe beta dhatengaken kapitunan.

5. Wekdal sugih sak durunge temeka wektu kere.
Abu Dzar Radhiallahu ‘anhu nate nyriosaken bilih Rasulullah SAW ngendika:

يَا أَبَا ذَر، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ : أَفَتَرَى قِلَّةِ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قال : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ
“ Abu Dzar, apata sira ningali akehe bandha iku dadi kesugihan?”. Aku (Abu Dzar) ngucap: “Inggih dhuh Rasul”. Rasulullah ngendika: “Apata sira ningali maring sithike bandha iku dadi mlarate?” Aku (Abu Dzar) ngucap, Leres dhuh rasul”. Rasulullah ngendika “sak temene kesugihan iku sugihe ati, lan kemiskinan iya iku mlarate ati”. (HR. Ibnu Hiban)

Sugih bandha menawi boten dipun kantheni kalian sugih ati, badhe dados bencana. Margi kathahipun bandha punika boten badhe dados cekap nanging tansah kirang.





“Lan ngertenana, yen bandhanira lan anakira kuwi namung minangka pacoban lan satemene ing Ngarsane Allah ana ganjaran kang gedhe”. (QS. Al Anfal: 28)

Supados gesang kita tambah sae lan kraos sakinah kedah dipun usahakaken supados kita dados tiyang ingkang saget syukur dhateng Allah. Mugi-mugi Allah tansah paring pitedah dhateng kita sedaya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

1/30/2014

Infaq fi Sabilillah, Margi Merkoleh Kabegjan Khutbah Bahasa Jawa


Infaq fi Sabilllah inggih punika infaq ngedalaken banda kangge biyantu perjuangan Agami Islam. Infaq punika salah setunggaling akhlaq ingkang minulya. Kanthi mekaten infaq fi sabilillah badhe bekto dhateng bahagianing gesang ing dunya dumugining akherat samangke.

Dasar nindakaken infaq inggih punika saking Alquran lan hadits nabi Muhammad SAW.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. نَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ الْفَضْلِ وَالْاِنْعَامِ وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا اَوْلَاهُ مِنَ التَّوْفِيْقِ وَالْاِلْهَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Wonten ing kesempatan khutbah punika kawula tansah wasiat khusus dhateng pribadi piyambak lan sumrambah dhumateng para jema’ah, mangga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhumateng Allah SWT, inggih punika kanthi nindakaken sedaya dhawuhipun Allah lan nilar saha nebihi sedaya awisanipun Gusti Allah. Salah setunggalipun dhawuhipun Allah inggih punika kita dipun dhawuhi supados ngedalekaen saperangan saking bandha milik kita kangge kabetahan infaq fi sabilillah. Marginipun Allah inggih punika sedaya margi kesahenan ingkang dipun dhawuhaken dening Allah lan Rasulipun. Allah SWT sampun paring dhawuh:






“ He wong-wong kang padha iman, padha mblanjakna sira kabeh (ing dalane Allah) saperangan saka rizki kang wis Ingsun paringake marang sira kabeh, sadurunge tumekane dina, kang ing dina iku wis ora ana maneh dol tinuku lan ora ana paseduluran kang raket lan (uga) wis ora ana maneh syafa’at. Lan hiya wong-wong kafir iku (wujude) wong-wong kang padha nganiaya”. (QS. Al Baqarah: 254)

Wonten ing ayat punika Allah SWT paring dhawuh dhateng kita supados mblanjakaken saperangan saking bandha ingkang dipun miliki. Ing alam dunya punika kita tasih dipun paringi kesempatan kangge ngedalekan infaq lan tasih kathah tiyang ingkang betahaken pambiyantu. Benten kalian alam akhirat kesempatan kangge infaq sampun boten wonten, kathah tiyang ingkang nyuwun pambiyantu, nanging sampun boten wonten ingkang saget paring pitulungan kejawi saking amalipun piyambak. Sedaya tiyang badhe nampi piwales saking amalipun piyambak, amal sae badhe pikantuk kenikmatan kanthi dipun lebetaken wonten ing suwarga lan amal ingkang awon badhe nampi siksa arupi neraka.

Ing ayat punika Allah SWT ugi ngengetaken dhateng kita sedaya, bilih alam dunya punika boten badhe langgeng, lan ingkang langgeng namung alam akhirat. Rasulullah SAW nate ngendika:

والله ما الدنيا في الآخرة إلا كما يجعل أحدكم أصبعه في اليم ثم يرفعها فلينظر بم يرجع
 (رواه مسلم واحمد وترمذى)

“ Demi Allah, dunya iki (lamun dibandingake) kelawan akhirat ananging (amung) kaya salah sawijine sira nyelupake drijine ing segara nuli diangkat. Mangka gatekna apa kang amung kagawa dening jarine. (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmizi)

Hadits punika maringi pemut bilih ing dunya punika namung sekedhap lan ing dunya sedaya pokal kita namung sekedhik sahingga kita badhe mlebet ing alam ingkang langgeng, inggih punika alam akhirat. Pramila ngengingi perkawis dunya, kita boten dipun parengaken ngumpul-ngumpulaken bandha tanpa dipun dalaken hakipun. Allah SWT paring pemut:







“ Lan wong-wong kang padha nyimpen emas, perak lan ora padha nafkahake marang dalan Allah, mula dhawuhna marang dheweke kabeh (yen dheweke kabeh bakal nampa) siksa kang lara” (QS. Attaubah: 34)

Kanthi ayat punika Allah SWT paring dhawuh dhateng tiyang-tiyang ingkang iman, supados mblanjakaken bandhane kanggo kapentingan pribadi piyambak, keluarga lan kanggo kepentingan masyarakat. Tiyang ingkang boten purun nginfaqaken bandhanipun kagem infaq fisabilillah ateges tiyang punika sampun enget dhateng nikmatipun Allah. Kanthi mekaten tiyang punika kalebet golonganipun tiyang ingkang nganiaya dhateng pribadinipun piyambak lan tiyang sanes.

Khusus dhateng pribadinipun piyambak jalaran benjang ing akherat badhe nampi siksa. Lan nganiaya kelawan tiyang sanes amargi boten purun ngedalaken zakat, infaq, shadaqah lan amalan amalan sanesipun kangge kepentingan umum. Lan sayektos tiyang sanes banget betahipun nanging boten dipun paringi pambiyantu.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ing tahun 9 Hijriyah, nabi Muhammad SAW paring dhawuh dhateng tiyang-tiyang Islam supados siaga, amargi badhe wonten perang ing Tabuk, inggih punika satunggaling panggenan ing antawis Madinah lan Damsyik. Wonten ing perang punika Rasulullah ngendikakaen bilih kawontenanipun nembe ewet, awrat lan kirang sarananipun. Ing mangka mengsah sampun siap-siaga kanthi pasukan lan perlengkapan lengkap. Sinaosa mekaten tiyang Islam ingkang sampun kiat imanipun namung nenggo komando lan sampun siap nindakaken perang.

Wonten perang punika tiyang-tiyang Islam sami ngedalaken infaqipun kados Sayidina Usman nyumbangaken 10.000 dinar, 300 onta, lengkap kalian senjatanipun lan 50 kuda. Sayidina Abu Bakar nyumbangaken sedaya bandhanipun inggih punika 4.000 dirham. Nabi Muhammad ngendika "Apa isih ana kang Panjenengan tinggalake kanggi keluarga panjenengan?" Abu Bakar ngendika: "Kang kula tinggalake kanggo keluarga kula yaiku Allah lan utusane." Sayidina Umar bin Khatab nyumbangaken separo saking bandhane. Asim bin `Adi nyumbangaken 70 wasaq kurma (satu wasaq = 60 gantang). Semanten ugi para ibu ugi sami nyumbangaken emas arupi gelang, anting-anting, kalung lan sanes-saneipun kagem perjuangan kaum muslimin. Allah sampun ngendika:







“Satemene wong-wong kang padha iman hiya iku namung wong-wong kang padha iman marang Allah lan rasule, tumuli awake dhewe ora padha mamang lan dheweke kabeh padha jihad (berjuang) kelawan bandha lan jiwanedheweke kabeh ing dalem dalane Allah, hiya dheweke kabeh wong-wong kang padha temen” (QS. Al Hujurat: 15)

Mekaten bilih infaq punika banget pentingipun, lan migunani dhateng pribadi, keluarga lan masyarakat. Pramila menawi dipun gatosaken kanthi salebetipun manah, bilih sedaya dhawuh Allah punika mensthi wonten manfaatipun, lan sedaya awisanipun Allah mesthi badhe ndhatengaken bencana lan malapetaka.






وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

.

1/23/2014

Wujudkan Pribadi Sehat


Kehidupan di dunia ini didominasi oleh dua hal yang saling berlawanan, sehat-sakit, besar-kecil, tua-muda, hidup- mati, kenyang-lapar, tinggi-pendek dan sebagainya. Dalam kesempatan ini kami akan menyampaikan satu keadaan manusia saja yaitu sehat-sakit. Bila kita disuruh memilih menjadi pribadi yang sehat atau sakit, tentu memilih ingin sehat. Lalu bagaimana bila melihat megahnya rumah sakit, ruangan ber-ac, para dokter dan perawat yang ramah-ramah, menu makan terjamin, bergizi, sehat dan diberikan dengan teratur. Tetap akan memilih tinggal di dalam rumah sederhana, tanpa ac, tanpa dokter dan perawat, tanpa obat-obatan. Karena sejauh ini banyak rumah sakit dibangun dengan fasilitas yang lengkap namun tidak mau menempati bila tidak terpaksa.

Baru-baru ini jari tangan penulis sebelah kanan tidak bisa untuk menggenggam, pada persendian terasa kaku dan bila digunakan untuk menekuk sakitnya bukan main. Satu dua hari sampai berminggu hampir satu bulan dibiarkan saja namun ternyata sakitnya tidak kunjung sembuh, sehingga dengan terpaksa harus berobat ke rumah sakit. Dokter menyarankan untuk menjalani fisioteraphy satu paket yaitu empat kali.

Pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang-orang yang sakit dengan Askes, Jamkesmas, BPJS, sehingga banyak orang yang merasakan terbantu dengan program tersebut. Terutama untuk biaya berobat, saya sendiri merasa gratis, karena setelah berobat saya tidak membayar. Walaupun yang sesungguhnya pada setiap bulan membayar iuran untuk jaminan kesehatan. Masya-Allah setiap saat berobat selalu antri dan berjubel, nyaris harus meluangkan waktu setengah hari sampai satu hari penuh untuk mendapatkan pelayanan medis.

Semua orang harus bersabar, tidak bisa saling mendahului karena semuanya sudah menggunakan sistem antrian. Tidak semua pasien dapat ditangani oleh seorang dokter, katakanlah orang terkena penyakit dalam, dia mengeluh kepalanya pusing, leher belakang terasa kaku. Maka dokter akan menyarankan untuk cek darah kolestrol, trigeserit, gula, dan kemungkinan harus dirongsen. Setelah semua proses dijalankan hanya dokter yang dapat membaca. Dari pembicaraan para pasien, bahwa saudaranya ada yang dirujuk ke bagian syaraf, poly jantung, poly paru dan sebagainya. Duh begitulah panjangnya jalan yang harus ditempuh untuk mengembalikan status sehat. Oleh karena itu sulit untuk disadari bahwa dirinya sehat yang suatu saat akan sakit dan ketika sakit apa yang bisa dilakukan.

Ketika sedang sakit bersabar ketika sehat bersyukur. Bila sedang sakit tidak bersabar maka sakitnya tidak akan sembuh-sembuh bahkan akan menjadi komplikasi, penyakit-penyakit lainnya akan nebeng. Ingat bahwa sabar itu adalah sikap hati, maka bila hati sakit semuanya akan menjadi sakit. Namun bila hati ikhlas penyakit akan takut sehingga kesehatan akan pulih kembali. Demikian pula ketika sedang sehat maka bersyukur. Syukur adalah perasaan hati, ketika pandai bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya. Kesehatan adalah nikmat Allah yang tidak terkira, karena itu jangan diingkari. Karena bila sehat tidak bersyukur maka, kembalilah pada tujuan penciptaan manusia dan apakah yang kita cari dalam hidup ini.

1/17/2014

Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW Dalam Hal Makan dan Minum



Makan dan minum adalah salah satu sifat jaiz Rasulullah yang merupakan sifat-sifat basyariyah. Rasul berpedoman bahwa makan dan minum terdapat aturan-aturan tertentu yang harus dilaksanakan. Seperti makan makanan yang halal dan thayyib serta tidak berlebih-lebihan.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ ونفسى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Sesungguhnya didalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Keteladanan Rasulullah ini telah disampaikan oleh Allah SWT secara nyata di dalam kitabullah. Keteladanan ini dalam segala hal kehidupan manusia, dalam konsep aqidah dan keyakinan, beliau seorang yang paling kuat imannya telah teruji baik dalam keadaan suka maupun duka, dalam kesendirian maupun dalam kelompok umatnya. Dalam hal akhlaqnya beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq”. Dalam hal kepemimpinan beliau telah terbukti menjadi pemimpin yang tegas, sederhana, dihormati oleh umatnya dan disegani oleh para musuhnya. Dalam bidang sosial kemasyarakatan beliau adalah pembela dan pelindung para dhu’afa’, fakir- miskin dan beliau mencintai anak-anak yatim.

Keteladanan yang disampaikan oleh Allah, kemudian waktulah yang membuktikan bahwa Rasulullah adalah pribadi yang sempurna. Karena itu dalam kesempatan yang singkat ini khatib hanya akan menyampaikan keteladanan Rasulullah dalam hal makan dan minum. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kita mempunyai kebiasaan makan dan minum yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Karena itu bila kita mengakui sebagai umat Islam umatnya Rasulullah berupayalah untuk berittiba’ kepada rasul.

Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)
Ada beberapa tuntunan yang diberikan oleh Rasulullah SAW dalam hal makan dan minum:
1. Berdo’a, dan bila lupa tidak berdo’a dan ingat pada tengah-tengahnya maka bacalah basmalah.

من نسي أن يذكر الله في أول طعامه فليقل حين يذكر : باسم الله في أوله وآخره


“barangsiapa lupa bahwa menyebut nama Allah pada awal makannya, maka hendaklah dia berkata ketika ingat “dengan Nama Allah pada awalnya dan akhirnya”
2. Mencuci tangan sebelum makan
3. Sambil duduk

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم مقعياً يأكل تمراً

“Aku melihat Nabi SAW dalam keadaan duduk ketika makan buah kurma”

4. Tidak banyak bicara
5. Dengan tangan kanan

إذا كان أحدكم فليأكل بيمينه ، فإن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله

“Apabila seseorang kamu makan, maka hendaklah dia menggunakan tangan kanannya. Ini karena, Syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”
6. Mengambil yang terdekat
7. Tidak mencela makanan

مَا عَابَ رسول صلى الله عليه وسلم طَعَامًا قَطُّ ، اِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Sekiranya nabi berminat, pasti baginda akan memakannya. Dan jika baginda tidak menyukainya, baginda akan meninggalkannya”
8. Tidak berlebih-lebihan.
Ditegaskan oleh Allah dalam Alquran Surat Al A’rof ayat 31:

.......makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan..

مَامَلَأَبْنُ اَدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ, حَسْبُ ابنِ اَدَمَ اَكْلَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ, فَاِنْ كَانَ فَاعِلًا لَامَحَالَةَ, فَثُلُوْثٌ لِطَعَامِهِ, وَثُلُوْثٌ لِشَرَابِهِ, وَثُلُوْثٌ لِنَفْسِهِ (رواه النساء والترمذى)

“ Tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya. Kalau ia memang harus melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.

Menurut Ibnul Qoyyim Al Jauziah dalam kitab Tibbun Nabawi bahwa kelebihan makanan akan menimbulkan penyakit, karena mengkonsumsi makanan sebelum makanan dalam tubuh tercerna, atau mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh, atau karena mengkonsumsi beraneka macam makanan yang sulit dicerna. Demikian pula menurut Imam Syafii bahwa perut yang penuh dengan makanan akan dapat membahayakan fngsi hati dan tubuh, karena kekenyangen akan mengakibatkan tubuh menjadi berat, hati keras, mengurangi kecerdasan, membuat ngantuk, serta melemahkan pelakunya untuk beribadah.

Rasulullah menghentikan makan sebelum merasa kenyang, dan cara makan Rasul adalah dengan menggunakan tiga jarinya:

رايت رسول الله صلى الله عليه وسلم يَأْكُلُ بِثُلَاثِ أَصَابِعَ ، وَاِذَا فَرَغَ لَعِقَهَا (رواه مسلم

Maksudnya;
“saya melihat Rulullah SAW makan dengan dengan menggunakan tiga jarinya, dan bila sudah selesai makan maka beliau memakan sisa makanan yang menempel pada jari-jarinya ”

9. Makan secara bersama-sama
10. Tidak mengeluarkan suara ketika mengunyah
11. Tidak memperhatikan orang yang sedang makan
12. Tidak menyisakan makanan
13. Membaca hamdalah.

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته انه هو السميع العليم

1/15/2014

Khutbah Kedua Tiap Jum'at

Khutbah Jum'at adalah salah satu rukun menegakkan shalat Jum'at. Karena itu bila shalat Jum'at ditegakkan tanpa khutbah maka shalatnya tidak syah. Dan Khutbah Jum'at ada khutbah pertama dan kedua, Khutbah pertama biasanya terdiri dari uraian-uraian singkat tentang pesan-pesan iman dan taqwa kepada Allah dan nasehat-nasehat lainnya yang berkaitan dengan aqidah, syari'ah, akhlaq, fadhailul a'mal dan juga peristiwa-peristiwa aktual. Misalnya tentang Hari Besar Islam, Hari Libur Nasional, persitiwa alam dan lain sebagainya. Adapun khutbah kedua sebagai penutup khutbah, kadang khatib masih melanjutkan materi khutbah pertama yang berupa kesimpulan, namun ada juga yang berbeda karena khutbah kedua hanya mengucapkan pujian, membaca shalawat, wasiat iman dan taqwa dan kemudian berdo'a.
 

الخطبة الثانى

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

1/13/2014

Nuladhani Sifat-Sifat Wajibing Rasulullah SAW, Khutbah Bahasa Jawa



Rasulullah Muhammad SAW ngghadhahi sifat-sifat wajib wonten sekawan inggih punika shiddiq, amanah, tabligh, fathanah. Shiddiq artosipun bener utawi jujur amargi rasulullah pribadi ingkang boten nate suwala lan duraka, malah sifat-sifat punika sampun tinanem nalika tasih alit sahingga ing antawis rencang-rencangipun kasebat dados al amin. Amanah artosipun ingkang saget dipun pitados jalaran punapa kemawon ingkang Rasulullah aturaken inggih dipun tindakaken. Tabligh artosipun ingkang ngaturaken perkara ingkang haq, punapa ingkang dipun aturaken mesthi beneripun amrgi sumberipun saking Allah SWT. fathanah tegesipun limpat, nanging limpatipun botendipunginakaken kangge perkawis-perkawis mungkarat.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mangga sesarengan kita sami ningkataken iman lan taqwa kita dhateng Allah SWT, inggih punika tansah ngugemi lan nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun Gusti Allah. Kanthi mekaten kita saget ngajeng-ajeng pikantuk kabegjan wiwit dunya dumugining akherat samangke.
Wujud nindakaken dhawuhipun Gusti Allah, inggih punika kita tansah nuladhani Rasulullah SAW, jalaran Allah sampun paring warta:


“Satuhune ing dalem pribadine Rasulullah punika manggon suri tauladan kang bagus, kanggo wong-wong kang ngarep-arep rahmate Gusti Allah, lan marang dina akhir piyambake tansah eling marang Gusti Allah”.

Warta punika saking Gusti Allah, sanes saking kawulanipun Gusti Allah, kanthi mekaten warta punika dados warta ingkang saestu leres lan kedah dipun yakini. Lan wekdal sampun buktikaken, bilih Rasulullah SAW nalika tasih alit dipun cathet dados lare ingkang jujur sahingga dipun paringi gelar Al Amin. Sak terasipun nalika sampun dewasa lan dipun angkat dados rasul piyambakipun gadhahi sifat-sifat:
1. Siddiq tegesipun bener lan jujur, sahingga Rasulullah dados pribadi ingkang bener lan dipun beneraken pangendikanipun (Siddiq lan shodiqul masduq). Sedaya pang
endikanipun rasul punika dipun jagi dening Allah SWT:

“ Lan ora ana pangendikane iku (Alquran) miturut hawa nafsune. Pengendikane iku ora ana liya kejaba wahyu kang diwahyukake (marang dheweke)”. (An-Najm: 3-4).

2. Amanah tegesipun Rasulullah punika pribadi ingkang saget dipun pitados. Rasul tansah nindakaken hukum-hukum kanthi leres lan pas. Semanten ugi Rasulullah boten nate cidra ing pengendikanipun.
“Sapa wonge goroh nganggo jeneng-Ku, mangka siapna panggonane sajerone genine neraka “ (Bukhari, Muslim )

3. TABLIGH tegesipun ndugekaken utawi nyeberaken wahyu saking Allah, boten wonten ingkang dipun umpetaken. Sedaya wahyu saking Allah dipun sebaraken dhateng kawulane, minangka pangrembakanipun Islam agami rahamt dhateng sedaya alam.
4. FATANAH tegesipun wicaksana. Kanthi mekaten Rasulullah saget mangertosi sedaya dhawuh-dhawuhipun Gusti Allah. Semanten ugi saged ngadhepi tiyang tiyang ingkang mungsuhi kanthi tegas lan bukti ingkang jelas.

Sifat-sifat rasul punika, menawi saget dipun tindakaken dening sedaya tiyang yektos badhe nuwuhuken ewah-ewahan ingkang ngedab-edabi, lan akhiripun badhe mujudaken pegesangan ingkang bahagia wiwit dunya dumuging akherat.
Minangka kagem tamsil, kita asring midhangetaken siaran ing TV, radio lan surat kabar, wonten tiyang ingkang nindakaken korupsi, pencurian, perzinaan, parampokan lan sasanesipun, sasampunipun dipun tuntut wonten pengadilan piyambakipun selak boten nate nindakaken pedamelan punika. sinaosa sampun wonten saksi, lan bukti-buktinipun anangin tetep selak. Sahingga kagem kita dados perkawis ingkang samar, sinten ingkang leres lan singten ingkang lepat.
Sinten sajatosipun ingkang lepat, saben tiyang sami paring pembelaan, ingkang penting piyambakipun slamet, boten dipun ukum lan saterasipun. Tumindak punika amargi sampun boten wonten sifat jujur, boten wonten sifat amanah, boten saget matur ingkang hak, boten nate mikir milih sedaya tumindak punika boten badhe uwal saking pamirsanipun Gusti Allah. Sahingga dados adu domba lan permusuhan ingkang boten nate tingkas.
Pramila kita kedah tansah waspada bilih sedaya tumindak awon lan sae, ageng lan alit, nyata lan sirri sedaya dipun mangertosi Allah lan badhe dipun suwuni tanggel jawab dening Allah. Tiyang badhe saget slamet saking perwakis dunya ananging hukum akherat badhe adil lan jujur.
“ Sapa wonge nindakaken kebagusan seumpama sak bobot dzarroh, yekti dheweke bakal ngrasakake piwalese, lan sapa wonge nindakaken perkara ala senajan mung sabobote dzarroh, yekti bakal diketokake piwalese.” (QS. Al Zalzalah: 7-8).

Ing dalem Tafsir Al Maroghi, dzarroh inggih punika semut ingkang paling alit. Sahingga kadosipun boten gadhahi bobot timbangan. Amargi saking ringanipun, ananging sinaosa ringan lan alit sanget sedaya tumindakipun manungsa badhe dipun konduraken benjang ing dinten kiyamat, amal sae kanthi kamulyan gesang ing Suwarga lan amal ala dipun wujudaken kanthi siksa wonten ing salebetipun neraka.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah.
Paramila supados gesang kita tansah pikantuk ridhaning Gusti Allah mangga kita tuladhani sifat-sifat wajib rasul punika. kita melai saking pribadi kita piyambak, ibda’ binnafsi, kita terasaken dhateng keluarga. Insya- Allah bangungan bale griya ingkang sae badhe mujudaken masyarakat ingkang sae, lan masyarakat ingkang sae badhe nuwuhaken negari ingkang sae. Lan negari ingkang sae badhe pikantuk karidhan saking ngarsa dalem Allah SWT.

“Lan sakirane penduduk negeri-negeri padha iman lan taqwa, yekti Ingsun (Allah) bakal maringake barokah saking langit lan bumi, ananging dheweke nggorohake (ayat-ayat Ingsun) iku, mangka Ingsun siksa dheweke merga pengawehane.” (QS. Al A’rof: 96)

Akhiripun mugi-mugi Gusti Allah tansah paring kekiyatan dhateng kita, amin.

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته انه هو السميع العليم.

1/12/2014

Maulid Nabi Muhammad SAW, Lahiripun Juru Penerang, Khutbah Bahasa Jawa



Nabi Muhammad SAW lahir ing Wulan Rabiul Awal tahun gajah. Nalika nabi Muhammad SAW lahir kawontenan masyarakat Jahiliyah kasebat masyarakat Jahiliyah. Jahiliyah artosipun kabodhohan, ananging sajatosipun boten bodho ing perkawis ilmu, ananging bodho ing perkawis idiologinipun utawi keyakinanipun sahingga akhlaqipun sami risak.

Kanthi mekaten lahiripun nabi Muhammad SAW punika dados tanda badhe terangipun masyarakat. Punapa malih sak sampunipun piyambakipun dipun angkat dados rasul. Nabi Muhammad dipun utus kangge mujudaken rahmat kagem sedaya alam, mekaten punika kita serat mawi seratan khutbah Jum'at.

الحمدلله الذى يهدى من يشاء الى صراط مستقيم نحمده سبحانه وهو البرالرحيم, اشهد ان لا اله الاالله الملك الحق المبين واشهد ان محمدا عبده ورسوله الصادق الوعد الامين, اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد: فياايهالمسلمون الكرام اوصيكم واياى بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Langkung rumiyin sumangga kita tansah ngunjukaken raos syukur wonten Ngarsanipun Gusti Allah SWT ingkang sampun paring mapinten-pinten kenikmatan dhumateng kita sedaya, salawat saha salam mugi konjuk wonten ngarsa dalem junjungan kita nabi agung Muhammad SAW saha para keluarga shahabat tabi’it tabi’in ila yaumiddin. Sak lajengipun minangka khatib kawula wasiyat dhumateng awak kula piyambak khususipun lan umummipun dhumateng panjenengan sedaya sumangga kita sesarengan tansah ningkataken taqwa dhumateng Allah SWT kanthi nindakaken sedaya dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun Allah SWT, sahingga menawi kita saget nindakaken perkawis kasebat mangka insya-Allah kita badhe slamet wonten ing dunya ngantos dumugi akherat amin ya rabbal ‘alamin.

Jema’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Wulan punika wulan Robi’ul Awwal inggih punika wulan wiosanipun junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, pramila mangga kita sami mengayubagya kanthi raos hormat, khidmat saha bingah, amargi panjenenganipun setunggalipun nabi tuwin rasul ingkang badhe paring syafaat dhumateng kita sedaya, boten pandang sugih utawi mlarat, boten pandang rakyat utawi pejabat sami ugi wonten ing dunya utawi akherat, mugiya kita sedaya benjang saget pikantuk rahmat lan syafa’at sangking Panjenenganipun benjang wonten ing dinten qiyamat.

Piyambakipun ugi salah setunggalipun nabi pemimpin umat, mujudaken kejayaan Islam boten namung winates ing kalanganipun tiyang arab kemawon ananging teras ngrembaka ngantos dumugi alam semesta, panci keutusipun kanjeng nabi punika boten khusus wonten ing negari Arab kemawon ananging ngrembaka ngantos dumugi sedaya alam, kados dipun ngendikaan wonten ing Alquran surat Al Anbiya’ ayat 107

Kaum muslimin Jema’ah jum’ah Rahimakumullah
Kangge ngemut-emut perjuanganipun Rasulullah SAW ingkang ageng pribadinipun, Rasulullah SAW dados pemimpin sinareng dados pembimbing rohani lan juru penerang kagem para umat ingkang sampun sak mestinipun pikantuk pahargyan saking para umatipun kranten sampun berjuang kanthi jiwa raganipun. Ngajak-ajak dhumateng para manungsa dhumateng mergi ingkang dipun ridhai dening Allah SWT, piyambakipun ugi salah setunggaling nabi ingkang anggadahi sifat kamanungsan ingkang paling sampurna, dene ingkang paling pinunjul sifatipun kanjeng nabi wonten ing kalangan menungsa inggih punika sifat kejujuranipun saha akhlakipun ingkang mulya ngantos kanjeng nabi wonten kalangan tiyang arab dipun sebat al-Amin tegesipun tiyang ingkang saget dipun pitados, ugi Allah piyambak ngakeni mulyanipun akhlakipun kanjeng nabi dipun sebat wonten ing al-Qur’an surat Al Qalam 4


“Satuhune sira iku bener-bener netepi pekerti kang agung”

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kranten kejujuran lan akhlaq ingkang minulya punika kanjeng nabi saged mbangun mental tiyang-tiyang Arab saking zaman jahiliyah tumuju zaman Islamiyah, kita sampun maklum wonten kitab-kitab tarih utawi sejarah Islam, bilih sak derengipun kanjeng nabi lahir dipun wastani zaman jahiliyah utawi kebodohan, keranten para manungsa wonten zaman semanten dereng mangertosi sinten Pangeran ingkang kedah dipun sembah, tiyang-tiyang kathah ingkang nyembah kayu, watu, nyembah brahala lan sanes-sanesipun, kanjeng Nabi

Muhammad SAW anggenipun nyampekaken  ajaran Islam dhumateng masyarakat Arab kanthi cara ingkang wicaksana kanthi boten nyinggung kehormatan tuwin perasaan tiyang sanes punapa malih ngremehaken utawi ngina dhumateng tiyang sanes, sehingga nasehat-nasehat Rasulullah gampil dipun tampi, waged menarik perhatian ugi nuwuhaken kesadaran.

Jema’ah Jum’at Rakhimakimullah
Sinaosa junjungan kita nabi agung Muhammad SAW kalebet tiyang ingkang ageng lan limpat ingkang dipun akeni dening sedaya tiyang, leres rencang lan mengsah, namung piyambakipun boten ngrumaosi piyambakipun namung ngakeni kadosdene anggota masyarakat sanesipun, kados dipun gambaraken wonten ing Alquran surat Al Kahfi ayat 10


“ Dhawuha sira (Muhammad) anging pestine utawi ingsun iku menungsa kang upamane sira kabeh kang diparingi wahyu sapa ingsun, ing saktemene utawi pengeran sirakabeh iku pengeran kang siji, mangka njejekna sira kabeh marang pengeran sira kabeh, lan nyuwuna ngapura sira ing pengeran sira kabeh, lan utawi neraka Wel iku kasadiaaken kanggo wong-wong kang musyrik”.

Kaum Muslimin Jema’ah jum’ah Rahimakumullah
Mekaten gambaran selayang pandang saking perjuanganipun Rasulullah SAW anggenipun mbina umatipun wonten ing margi ingkang leres ingkang dipun ridloi dening Allah SWT, mugi-mugi kanthi dumuginipun wulan Maulud (Rabi’ul Awal) punika saget nambah kesadaran kita, supados langkung sregep lan aktif ngamalaken ajaran-ajaran agami Islam ingkang luhur lan suci punika, kranten kangge tiyang ingkang beragama nindakaken tuntunanipun punika dados kewajiban igkang mutlak ingkang boten saget dipun anyang malih, menawi kita ngakeni dados tiyang ingkang beragama Islam. Mugi-mugi kita saget nuladhani dhumateng tindak tandukipun saha perjuanganipun Rasulullah SAW sehingga nur agama Islam tansah damel padhang wonten ing manahipun kita sedaya kaum muslimin. Amin ya Robbal alamin

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته انه هوالسميع العليم.

1/10/2014

Tauhid Rasulullah Muhammad SAW membentuk Pribadi Yang Handal



Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari kalangan bangsawan pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah atau 20 April 571 M. Ketika lahir ayahnya Abdullah telah tiada, kemudian setelah usia 6 tahun ibunya Siti Aminah meninggal, kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib hingga usia 12 tahun sehingga sampai pada usia dewasa diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Masa kanak-kanak dilalui dengan menggembala kambing, kemudian berniaga, dalam aktifitasnya selalu menampilkan akhlaqul karimah sehingga oleh teman sebaya dan lingkungan masyarakat diberi gelar al-amin yang artinya dapat dipercaya.

Ketika dalam perjalanan berniaga ke Syam bersama dengan pamannya ditengah perjalanan bertemu dengan seorang pendeta nasrani “Buhaira” yang sangat winasis, ditemukan tanda-tanda kenabian sebagaimana dalam kitab suci yang dia pelajari telah menunjukkan yang demikian. Oleh karena itu ia berpesan kepada Abu Thalib untuk melindunginya, karena bila sampai bertemu dengan orang-orang Yahudi maka akan disakiti bahkan dibunuhnya.

Rasul menikah dengan Siti Khadijah pada usia 25 tahun, diantara kepribadiannya bahwa ia mempunyai pribadi luhur dan akhlaq mulia. Dalam kehidupan sehari-hari senantiasa memelihara kesucian dan martabat dirinya, ia jauhi adat istiadat yang kurang senonoh yang ada pada masyarakat jahiliyah seperti sehingga ia diberi gelar At Thahirah. Ia mempunyai pikiran yang tajam, lapang dada, kuat himmah dan tinggi cita-citanya. Ia suka menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan dan wanita yang pandai berdagang. Ia menolak setiap pinangan dengan cara yang bijaksana dan halus sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan.

Ketinggian budi dan kebesaran pribadinya sebagai istri seorang utusan Allah sejak menerima wahyu sampai diangkatnya menjadi rasul adalah:
1. Ia mengetahui dengan sepenuhnya jiwa, pribadi dan akhlaq suaminya (Muhammad) sejak kecil hingga dewasa yang tidak suka denan adat istiadat kaumnya yang suka menyembah berhala, demikian pula benci dengan kaumnya yang suka berjudi, minum khomr, membunuh bayi dan melakukan perbuatan keji lainnya.
2. Beliau memberikan kesempatan dan keleluasan kepada suaminya untuk menghidupkan semangat spiritualnya. Sebagaimana ketika rasul bertahannus di gua Hira’ beliau selalu menyediakan perbekalannya.
3. Ketika rasul dalam keraguan dengan kejadian yang dilihat dalam tidurnya (mimpi yang benar), ia meyakinkan bahwa akhlaq yang mulia, tidak pernah berdusta dan menyakiti orang lain, mustahil akan diganggu oleh syetan.
4. Ketika nabi menemui keraguan setelah menerima wahyu yang pertama ia menghibur dan meyakinkan suaminya yang akan diangkat menjadi rasul yang kemudian datang ketempat Waraqah bin Naufal, bahwa tanda-tanda kenabihan Muhammad telah tersebut didalam kitab Injil.
5. Ketiaka suaminya menerima wahyu yang kedua yang berisi perintah untuk mengajak kepada kaumnya kapada agama tauhid, maka Khadijah langsung meyakini dan meyatakan keislamannya.

Anak yatim dalam perkembangannya dapat tumbuh menjadi pribadi yang berbeda, satu sisi menjadi orang yang rapuh iman dan tidak mempunyai kepribadian, tetapi disisi lain akan menjadi manusia yang kuat imannya dan mempunyai kepribadian yang tangguh. Sebagaimana Nabi Muhammad, ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah Islam beliau dibujuk para pembesar kafir untuk meninggalkan aktifitasnya berda’wah Islam, beliau akan diberi jabatan dan kedudukan yang terhormat, diberi harta benda dan kemewahan, diberi istri-istri dari kalangan kafir, akan diberi pelayan-pelayan yang setia, serta bila sakit akan disediakan dokter.

Pesan yang demikian disampaikan kepada pamannya. Sehingga Abu Thalibpun menyampaikan kepada kemenakannya karena takut akan ancaman yang akan menimpa kemenakannya itu. Tetapi Muhammad tetap dalam pendirianya untuk menyampaikan ajaran tauhid, dapat dibuktikan sebagai berikut:

1. Ketika rasul menerima pesan kaum kafir yang disampaikan kepada Abu thalib, beliau menjawab:

والله لو وضعواالشمس فى يمينى والقمر فى شمالى على ان اترك هذاالامر ماتركته, حتى يظهره الله اواهلك دونه

“ Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakkan matahari disebelah kananku, dan bulan disebelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia terseiar (dimuka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini”.

2. Ketika nabi menerima kunjungan delegasi kaum kafir diantaranya Al Walid bin Mughirah, Al As Ibnu Wail As Sahmy, Al Aswad ibnul Abdil Muthalib, Umayah bin Khalaf untuk mengadakan kerjasama dalam beribadah, dalam satu tahun Muhammad dan kaumnya disuruh untuk menyembah tuhannya orang kafir dan beribadah menurut syari’atnya, kemudian setahun kemudian kaum kafir akan menyembah Allah dan beribadah menurut syari’at Islam. Kemudian rasul memberi jawaban didepan para pembesar kafir yang telah berkumpul di Masjidil Haram, dengan membacakan surat Al Kafirun ayat 1-6:

قل يايهاالكفرون ,لااعبد ماتعبدون, ولا انتم عبدون مااعبد. ولااناعبدماعبدتم, ولاانتم عبدون مااعبد, لكم دينكم ولىدين


“ Katakanlah: “Hai orang-orang kafir”! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku”.

3. Dalam bidang aqidah, Muhammad itu tegas, seperti firman Allah dalam surat Al Fath ayat 29:

محمد رسول الله والذين معه اشداء على الكفار رحماءبينهم ترهم ركعا سجدايبتغون فضلا من الله ورضوانا سيماهم فى وجوههم من اثر السجود

“ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah kerasterhadap orang-orang kafir, tetapi kasih sayang terhadap mereka, kamu lihat mnereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas sujud”.

Hal yang demikian ini memang harus diwaspadai bahwa orang-orang kafir selalu berupaya agar orang Islam itu dapat menjadi murtad, atau bila tidak mungkin maka mereka melakukan gerakan agar orang Islam tidak sadar dan tidak menyadari bahwa dirinya telah melaksanakan ajaran Yahudi dan Nasrani. Hal yang demikian ini telah diingatkan oleh Allah didalam Alquran:

ولن ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم, قل ان هدى الله هوالهدى, ولئن اتبعت اهواءهم بعد الذى جاءك من العلم مالك من الله من ولى ولانصير (البفراه: 120

“ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong mereka”. (Al Baqarah: 120).

Keyakinan yang tumbuh semakin mantap selanjutnya mewujudkan sikap dan perilaku yang baik, hal ini karena menjadi misi yang diemban oleh rasul, sebagaimana firman Allah:

وما ارسلناك الا رحمة للعالمين

“Dan tidaklah aku utus mengutus kamu (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi sekalian alam”.

ما كان محمد ابااحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak seoarang laki-laki diantara kamu, tetapi Dia adalah Rasululah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah mengetehui segala sesuatu”.
وانك لعلى خلق عظيم (القلام: 4)
“Dan sesaungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.

Rasul mempunyai keyakinan dan budi pekerti yang luhur maka kita diperintahkian untuk mengkutinya:

قل انكنتم تحبون الله فاتبعونى يحببكم الله ويغفرلكم ذنوبكم, والله غفوررحيم

“Katakanlah:” Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi damn mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (Ali Imran: 31)

Rasul bersabda:

دعونى ماتركتكم انما أهلك من كان قبلكم كثرة سؤالهم واختلافهم على انبيائهم فْاءذا نهيتكم عن شيئ فاجتنبوه واذا أمرتكم بأمر فأتوا منه مااستطعتم (رواه البخارى ومسلم


“Tinggalkan apa yang Aku tinggalkan, sesungguhnya hancurnya umat sebelummu, disebabkan banyaknya pertanyaan dan meninggalkan nabi-nabinya. Maka jika Saya melarang kamu meninggalkan suatu perbuatan tinggalkanlah, dan jika Aku menyuruh melaksanakan suatu perbuatan maka laksanakanlah” ( HR. Bukhari Muslim).

Rasul sebagai pembawa risalah Islam, beliau paling tahu tentang agama Islam demikian pula orang yang taat didalam melaksanakan ajaran Islam, sehingga apa yang rasul katakan maka dilaksanakan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab 21

لقد كان لكم فى رسول الله اسوة حسنة لمن كان يرجواالله والوم الاخر وذكرالله كثيرا


“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladhan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiyamat dan dia banyak menyebut asma Allah”.

1/09/2014

Tujuan Hidup Manusia Untuk Mencari Ridha Allah


Manusia diciptakan oleh Allah dalam wujud sebaik-baik bentuk. Manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda-beda pula. Dari perilaku tersebut ada segolongan orang yang tekun dalam melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Ada yang sebaliknya perintah Allah ditinggalkan larangan Allah dilaksanakan. Dan ada lagi yang tidak membedakan anatara perintah dan larangan, asalkan diri dan kelompoknya merasa diuntungkan tetap dilaksanakan.

Karena itu untuk meluruskan tentang hakekat diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Untuk lebih jelasnya secara garis besar kami tulis dalam khutbah Jum'at


ألْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan berupaya untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan ketaatan inilah, kita akan dikelompokkan dalam golongan orang-orang yang akan mendapat syafa’at dari Allah SWT.

Bila kita mengikuti sejarah perjuangan hidup manusia, para ilmuan menganalisis tentang hakekat dan tujuan hidup manusia, ada faham yang berpendapat bahwa hidup ini hanya didunia saja, tidak ada kehidupan akherat dengan demikian maka tujuan hidup manusia hanya bersifat keduniawian, seperti faham materialisme, sosialisme, hedonisme. Dan kehidupan dunia hanya untuk mendapatkan kesenangan didunia saja.

Namun bagi orang yang beragama berkeyakinan, bahwa setelah kehidupan dunia akan ada kehidupan lagi, yaitu alam barzah dan alam akhirat yang merupakan hakekat kehidupan dunia. Dengan demikian Islam sebagai agama samawi menegaskan bahwa kehidupan manusia adalah untuk beribadah untuk mendapatkan ridha Allah. Allah SWT memberikan petunjuk bahwa kehidupan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa penciptaan menusia mempunyai tujuan agar manusia menyembah kepada-Nya. Beribadah kepada Allah bukan berarti meninggalkan kehidupan duniawi, tetapi yang hendaknya diperhatikan bahwa kehidupan duniawi bukanlah menjadi tujuan hakiki kehidupan manusia. Karena tujuan hakikinya adalah untuk mencapai keridhaan Allah. Jadi segala bentuk amal perbuatan manusia yang didasarkan pada Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW adalah merupakan ibadah.

Allah memerintahkan untuk menyembah kepadan-Nya, sekalipun Allah memerintahkan untuk menyembah kapada-Nya. Akan tetapi hubungan antara hamba dengan khaliq bukanlah seperti hubungan antara majikan dengan para buruhnya. Dimana majikan yang menggaji para buruhnya dan majikan membutuhkan bantuannya. Dengan kata lain antara majikan dan buruh terjadi hubungan saling memberi dan menerima. Majikan memberikan gaji dan karyawan memberikan jasa. Majikan menerima hasil, karyawan menerima gaji dan seterusnya. Tetepi Allah memberi tidak akan meminta bantuan mereka untuk suatu kemanfaatan atau kemudharatan dan tidak pula menghendaki rizki. Dalam ayat selanjutnya Allah SWT menerangkan:
“Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”. (QS. Azd-Dzariyat: 57-58)

Bahkan dalam hadits disebutkan sakalipun seluruh alam menyembah dan memuji keagungan Allah, niscaya tidak akan menambah keagungan Allah, sebaliknya seluruh alam berpaling dari Allah tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah. Allah memberikan peringatan bahwa tujuan Allah menciptakan adalah agar manusia beribadah dan menyembah kepadanya. Dan dalam kehidupan dunia manusia diberikan pilihan untuk taat terhadap perintah Allah atau ingkar terhadap perintah Allah. Segala amal baik akan menerima balasan kebaikan di dunia dan di akhirat, sebaliknya amal buruk akan menerima siksa baik di dunia maupun diakhirat.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Berkaitan dengan amal perbuatan manusia Allah berfirman yang disebutkan dalam hadits Qutsi:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنَى وَأَسُدُّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ (رواه أحمد)

Artinya:
Rasulullah bersabda: "Allah SWT berfirman: "Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadah kepada-Ku niscaya Ku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Ku tutupi kefakiran, dan jika engkau tidak berbuat (menyediakan waktu) untuk beribadat kepada Ku niscaya akan Ku penuhi dadamu dengan kesibukan (keruwetan) dan tak akan Ku tutupi kebutuhanmu (kefakiran)". (HR. Ahmad)

Rasa ketergantungan setiap makhluk akan menentukan jalan hidupnya, tentu saja ketergantungan yang diikuti dengan sikap ketundukan, kepatuhan, berserah diri kepada Allah. Tunduk terhadap perintah Allah diikuti dengan amal shalih. Karena itu sikap khusu’, tawadhu’. qona’ah, ridha dan ikhlas dalam menjalan perintah Allah akan meningkatkan kesadaran beragama yang diawali dengan pengalaman beragama. Karena itu mengapa dengan menjalankan ketaatan kepada Allah ada sebagian orang yang merasakan diberikan kelapangan dalam meraih kebahagiaan hidup, rizkinya banyak, anak-anaknya shalih dan shalihah, dapat membina keluarga sakinah. Namun ada juga yang merasa biasa-biasa saja, nyaris tidak ada bedanya antara melaksanakan ketaatn dengan tidak. Hal ini tentulah perlu dievaluasi, karena pengamalan agama hendaknya secara kaffah, bukan setengah-setengah, sebagian kecil saja.
Karena itu untuk meraih kebahagian hidup tiada pilihan lain kecuali kita selalu berupaya untuk menyempurnakan tata cara melaksanakan ibadah, jauhkan sifat riya’, ujub, kibir dalam menjalankan ibadah. Karena sifat-sfat ini menjadi virus yang akan menggerogoti amal shalih kita.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

1/08/2014

Monyet Menyadarkan Manusia Akan Kesalahannya



Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna. Tak ada makhluk lain yang diberikan kesempurnaan dalam susunan tubuh dan juga unsur penunjang lainnya untuk mewujudkan kesempurnaan. Manusia diberikan akal, hati, nafsu dan agama untuk mengatur kehidupan manusia. Tanpa akal manusia tidak akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena itu tak lebihnya manusia akan seperti hewan. Tanpa hati kehidupan manusia akan berantakan, karena dalam hidupnya manusia hanya akan mengejar ambisi. Manusia tidak akan memperoleh ketenangan hidup. Manusia akan merasa jauh dari Allah pemberi rahmat dan kasih sayang bagi seluruh hamba-Nya. Manusia tidak diberikan nafsu, maka hidupnya tidak akan bergairah, kehidupannya akan statis dan stagnan. Maka tanpa nafsu kehidupan manusia akan punah. Tanpa agama kehidupan manusia akan kehilangan arah, manusia hanya akan mengejar kepentingan sesaat, bahkan dalam kehidupan, manusia akan terjadi hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Karena itu dengan agama kehidupan manusia akan terarah, karena seluruh kehidupan manusia akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah. Karena itu dengan agama, manusia akan menatap hidupan dengan penuh optimis, segala daya upaya akan diserahkan kepada Allah, dan hanya Allah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Begitu kompleknya makhluk yang dinamakan manusia, karena itu unsur penyemangat dalam kehidupan manusia yang di pelopori oleh nafsu. Sehingga sifat dan watak manusia kadang suatu saat mendekati akhlaq para malaikat, suatu saat akhlaqnya syetan dan suatu saat akhlaqnya para hewan. Dimana kecondongan akhlaq dan perilaku manusia, hal ini tidak pernah menentu karena segala perilaku manusia berkaitan erat dengan kualitas keimanannya. Bila imanya sedang kuat maka manusia akan menjadi makhluk yang suka menjalankan perintah Allah, membenci segala larangan Allah. Sebaliknya bila keimanannya itu sedang melemah maka perilakuknya akan mendekati perilaku para hewan yang sama sekali tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang oleh Allah. Kadangkala juga perilakunya akan menyerupai perilakunya para syetan, yang suka mencampuradukkan yang hak dan yang batil, bahkan lebih senang meninggalkan perintah Allah dan memerintahkan untuk menjalankan segala yang dilarang oleh Allah.

Bila kita bandingkan, manakah yang lebih mulia manusia atau monyet. Walaupun menurut Darwin bahwa manusia berasal dari monyet. Maka bila mengikuti teori ini manusialah yang lebih maulia. Karena proses terjadinya manusia adalah proses evolusi yang telah mencapai titik puncaknya. Disinilah nampak, walaupun manusia tidak mempunyai kuku yang tajam, tidak mempunyai taring yang kuat, langkah yang cepat, sayap yang dapat terbang. Manusia dapat mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya, sehingga dapat melakukan segala yang dilakukan oleh para hewan, bahkan dapat menguasainya.

Tidak punya kuku yang tajam, taring yang kuat, tubuh yang besar dan kuat namun manusia dapat mengalahkan harimau yang kuat dengan senapan. Dapat mengalahkan monyet yang liar. Pada suatu saat ada anak manusia yang mempunyai hobi berburu. Maka akhirnya dia mempunyai sebutan seorang pemburu. Suatu saat ketika sedang berburu menemukan kelompok monyet, sehingga muncul niat untuk dapat menjinakan monyet yang liar dengan menangkap bayi monyet. Diamanati ada seekor monyet kecil yang masih berada dalam pelukan induknya. Dengan eratnya bayi monyet menempel pada induk monyet. Karena itu untuk dapat memperoleh bayi monyet tiada jalan lain kecuali melumpuhkan induk monyet dengan menembak monyet betina. Harapanya ketika induk monyet tertembak maka akan jatuh dan bayinya dapat ditangkap. Benar adanya induk monyet yang sedang membawa bayinya ditembak pas mengenai jantung monyet. Mengetahui kawannya sedang bahaya, monyet jantan mendekat pada induk betina yang tertembak itu. Ternyata induk betina menyerahkan anaknya kepada monyet jantan, setelah bayi monyet berada pada pelukan induk monyet jantan. Induk betinanya kemudian jatuh. Setelah melihat kejadian langka yang baru saja disaksikan, sang pemburu kemudian bersimpuh, memohon ampun kepada Allah kemudian bertobat tidak mau berburu lagi.

Perasaan dalam hati berkecamuk, pemburu memuji kemulian monyet, tapi dia merasa berdosa karena telah membunuh induk monyet, menjadikan bayi piatu, bagaimana seandainya istrinya yang tertembak. Bagaimakah dia akan meratap, menuntut pada sang pembunuh. Dan masih banyak pemikiran dan perasaan yang selalu berkembang merasa berdosa dan bersalah.
Inilah bahwa Allah memberikan hidayah atau petunjuk kepada hambanya yang dikehendaki. Allah memberikan hidayah kadang melalui pelajaran yang baik dari orang lain atau melihat dan menyaksikan secara langsung amal perbuatan hamba Allah yang lain. Karena itu disini pentingnya para kyai, mubaligh, ustadz, cendekiawan, ilmuan dengan berdakwah mengajak orang-orang agar berjalan sesuai dengan syari’at Allah. Perilaku monyet yang ingin melindungi anak-anaknya. Karena itu Allah memberikan hidayah kepada hambanya dengan melalui perantaraan monyet.




“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qhashash: 56)






“ Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al Baqarah: 272)

Pemburu ini sudah sering diingatkan oleh teman-temanya, istrinya atau orang-orang yang dekat dengannya. Berburu adalah perbuatan tercela karena termasuk merusak sumberdaya alam. membinasaan kelompok hewan yang termasuk dalam rantai makanan. Coba lihat ular diburu dan ditangkat akibatnya tikur merajalela dan berkembang dengen pesat sehingga merusak tanaman dan peliharaan manuisa. Burung-burung ditembak sehingga ulat-ulat pemakan daun bebas berkembang biak sehingga para petani mengalami gagal panen. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain. namun hati pemburu seakan sudah membantu. Nasehat tidak pernah didengar, kalau mendengar hanya sekedar berlalu saja. Ingin berhenti dari kebiasaan buruk namun hawa nafsu terus mendorong untuk mengabaikan himbauan.

Allah menyadarkan hamba-Nya dengan perilaku monyet, cinta kasih para monyet, wujud monyet menjaga teman-temannya dari bahaya. Monyet sebagai binatang yang tidak lebih mulia dari manusia, namun ternyata dia mempunyai kemuliaan. Keinginannya untuk mempertahankan haknya. Rasa kasih sayang seorang ibu monyet tidak membiarkan anaknya terjatuh, demikian pula monyet jantan dengan sigap segera meraih anaknya. Seandainya kita tahu bahasa hewan sebagaimana nabi Sulaiman, bagaimanakah jeritannya yang merasa takut dengan perbuatan manusia. Dia menjerit bila hidup didalam kerangkeng. Walaupun mereka diberikan rumah yang bagus dan disediakan makanan yang cukup. Apakah mereka bahagia, karena mereka adalah hewan liar yang hidup di alam bebas.

Karena itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan perbuatannya sendiri, dengan akal manusia diberikan kebebasan untuk memilih, namun dengan hati manusia diberikan kemampuan untuk memilah. Hati manusia adalah suci yang akan ternoda ketika mengumbar nafsu, karena itu nafsu harus dikendalikan diarahkan, agar perbuatan manusia dapat mencapai pada keridaan Allah SWT.