3/28/2013

Curahan Nikmat Dengan Shalat


Shalat lima waktu adalah kewajiban pokok dalam Islam, sehingga termasuk dalam rukun Islam yang lima. Shalat akan menjadikan hidup semakin nikmat, tentram dan damai. Tentu saja shalat yang telah dilakukan sebagaimana Rasulullah SAW, bahwa beliau menjalankan shalat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Ternyata kunci syukur itulah Allah akan memberikan anugerah yang teramat banyak, dengan anugerah itu dengan petunjuk dan bimbingan Allah maka akan mendatangkan kenikmatan.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum Muslimin Jema’ah jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita senantiasa mengingatkan dan mengupayakan untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Dengan rasa khauf dan raja’ untuk memperoleh karunia-Nya sejak di dunia hingga di alam akherat nanti.
Rasulullah SAW sebagai panutan dan suri tauladan bagi kita sekalian, adalah pribadi yang paling tahu tentang ajaran Islam dan beliau yang senantiasa teguh dan konsisten didalam melaksanakan syari'at agama Islam. Tak heran bahwa suatu saat Siti Aisyah yang tidak lain adalah istrinya. Pernah menanyakan kepada Rasulullah, perihal mengapa beliau senantiasa teguh dalam menegakkan shalat malam:

كَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقُلْتُ لَهُ: لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَارَسُوْلَ اللهِ وَقَدْ غُفِرَلَكَ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَاتَاَخَّرَ؟ قَالَ: أَفَلَا أَكُوْنَ عَبْدًاشَكُوْرًا (متفق عليه)

“ Nabi SAW senantiasa mengerjakan shalat sunah pada waktu malam sehingga bengkak-bengkah dua mata kakinya, kemudian saya berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah kenapa tuan berbuat demikian padahaal semua dosa tuan baik yang telah lampau maupun yang akan datang sudah diampuni? Beliau menjawab “tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur” (HR. Buchari Muslim)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Karena sungguh besar faedah dan keuntungan yang akan diperoleh bagi orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada mereka. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri nikmat Allah dilakukan dengan ucapan yang tulus, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya. Syukur dengan lisan sangat mudah dilakukan namun kadang jarang dilakukan, karena itu biasakanlah setiap kita hendak melakukan kegiatan kita awali dengan mengucapkan “bismillahirrohanirrohim” dan bila telah berakhir mengucapkan Alhamdulillah.

Kaum muslimin jema’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Kesyukuran yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersifat total semata-mata untuk mewujudkan penghambaan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu hendaknya menjadi pedoman kita sebagai umat nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman:

"Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An’am: 162-163)

Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada Muhammad SAW bagaimana seharusnya hidup dan kehidupan seseorang muslim di dalam dunia ini. Semua pekerjaan salat dan ibadah lainnya harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh hati karena Allah, ikhlas dalam semua pekerjaan tanpa pamrih.
Shalat menjadi fondasi setiap amal ibadah dan perilaku manusia, Seorang muslim harus yakin kepada qodrat dan iradat Tuhan yang tidak ada sekutu-Nya. Tuhanlah yang menentukan hidup mati seseorang. Oleh karena itu seorang muslim tidak perlu takut mati dalam berjihad di jalan Allah dan tidak perlu takut hilang kedudukan dalam menyampaikan dakwah Islam, amar makruf nahi mungkar.
Allah SWT melalui syari’atnya yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW telah mewajibakan shalat fardhu lima waktu dalam sehari semalam. Jadilah pribadi muslim yang belum merasa cukup dengan lima waktu, sehingga muncul dorongan untuk menegakkan shalat -shalat sunnah. Karena susungguhnya shalat sunnah dapat menjadi penyempurna bagi shalat lima waktu. Karena bagaimanakah akan memperoleh derajat shalat yang khusuk, bila sudah merasa cukup dengan shalat lima waktu. Karena itu insya-Allah dengan meningkatkan kwantitas shalat maka akan mengarah pada kualitas shalat, yang endingnya dengan shalat dapat menuntun pribadi muslim sehingga dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.

Kaum muslimin jema’ah Shalat jum’ah Rahimakumullah
Perlu kita perhatikan bersama, bahwa segala bentuk ibadah yang dilakukan sebagai tumpahan rasa syukur kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan keberkahan yang melimpah. Karena susungguhnya walaupun seluruh hidup dipergunakan untuk beribadah belumlah sebanding dengan kenikmatan yang di berikan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim: 34)

Amatlah banyak nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, jika ada yang ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup menghitungnya. Karena itu hendaknya setiap manusia mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT, dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya.
Dengan mensyukuri segala pemberian Allah, dan menjadikan ibadah sebagai wujud dari rasa syukur, insya-Allah akan diberikan balasan oleh Allah dengan yang lebih baik dari yang kita lakukan. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing kita, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

3/27/2013

Selamatkan Anak Bangsa dari Bahaya Narkoba




Para ahli memprediksikan bahwa negara Indonesia akan menjadi market atau sasaran penyebaran Narkoba (Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya). Dan sekarang terbukti Narkoba sudah merambah di kalangan para artis, para pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, aparat. Narkoba menjadi lahan mencari nafkah yang dapat mengeruk keuntungan yang sangat besar tanpa mempedulikan kemaslahatan bersama, generasi mendatang banyak yang rusak hal ini karena Narkoba dapat menimbulkan gangguan mental, kenakalan remaja dan tindakan kriminalitas lainnya.

Lima belas abad yang lalu Islam telah mengharamkan minuman keras yang disampaikan secara bertahab, hal ini mengingat bahwa kondisi sosio cultural masyarakat Arab yang suka minum-minuman keras, berjudi dan perbuatan jelek lainya. "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi mausia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya" (QS. Al Baqarah: 219).

" Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan, Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dapat menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)". ( QS. Al maidah ayat 90-91). 

" Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram" (HR. Abdullah bin Umar).

Jenis-jenis Narkoba dan akibatnya:
1. Minuman keras.
Minuman keras adalah jenis minuman yang mengandung alkohol didalamnya. Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiktif (addiction) yaitu ketagihan dan ketergantungan. Pemakainan minuman keras dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam berfikir, perasaan dan perilaku. Timbulnya GMO ini disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat adiktif dari alkohol ini maka orang yang meminumnya semakin lama akan menambah takaran sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk.
Bagi mereka yang sudah ketagihan atau ketergantungan, bila pemakaian dihentikan akan menimbulkan sindrom putus alkohol, hal ini sungguh akan menimbulkan rasa sakit maka akan terus berupaya untuk meminumnya lagi dengan takaran semakin bertambah, demikian seterusnya akan menjadi lingkaran setan yang sukar untuk dihentikan.
Pemakaian miras terlalu lama akan menimbulkan gangguan pada organ otak, liver, alat pencernaan, pancreas, otot, janin, endroktrin, nutrisi, metabolisme dan resiko kangker. Adapun tindakan kekerasan yang dipicu oleh miras dapat mengakibatkan cidera, cacat hingga kematian.

2. Ganja (tetrahidrocanabinol/ THC).
Ganja termasuk kategori narkotika dan didalamnya termasuk candu, morfin, heroin dan kokain. Pemakaian ganja dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO) yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, perasaan dan perilaku. GMO ini karena reaksi ganja langsung ke sel otak. Zat adiktifnya juga berupaya untuk menambah takaran.
Biasanya orang yang menghisap ganja dengan maksud untuk melarikan diri dari kenyataan, ingin merasakan bebas dari beban dan kenyataan yang ada, ingin memperoleh kegembiraan yang semu dan masa bodoh terhadap lingkungannya. Tanpa disadari bahwa yang demikian ini justru menjerumuskan kedalam dunia khayal sampai pada gangguan jiwa mirip skizofrenia. Seorang yang menderita skizofrenia menunjukaan gangguan pada daya nilai realitas (terganggu) serta pemahaman tentang dirinya (insight) buruk (merasa dirinya tidak sakit).
Gejala lainnya adalah adanya halusinasi, yaitu adanya pengalaman panca indera tanpa adanya stimulus (rangsangan). Misalnya halusinasi pendengaran, terdengar suara-suara pada telinga namun sesungguhnya tidak ada sumber suara. Dapat pula seorang merasakan ada sesuatu yang masuk kedalam dirinya, seolah–olah ada orang lain didalam dirinya, bisa juga tubuhnya bergerak secara reflek tanpa disadari melakukan suatu perbuatan, ada pula yang menangis, berontak, mengamuk dan sebagainya.

3. Putau.
Dipasaran gelap heroin tidak begitu dikenal, sehingga menggunakan nama putau yang tidak lain adalah bubuk/ kristal heroin.
Biasanya orang memakai putau dengan mengejar dragon yaitu dengan memanasi bubuk heroin pada kertas timah lalu keluar asapnya yang menyerupai dragon dan kemudian dihisap. Bisa juga dilakukan dengan nyipet yaitu menyuntikkan heroin yang telah dicampur dengan air panas.
Pemakain putau akan menimbulkan gangguan mental organik karena reaksinya langsung menuju ke pusat sel-sel saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan fungsi berfikir, perasaan dan perilaku.
Pemakai putau akan merasa sakoi yaitu suatu keadaan yang sakit luar biasa karena putus zat, yaitu kehabisan putau. Maka resikonya akan mencari putau dengan jalan apapun tanpa mempedulikan resikonya. Oleh karena itu dapat dimengerti mereka sering terlibat perkelahian atau tindak kriminial guna memperoleh uang untuk membelinya. Dampak psikososial lainnya adalah drop out sekolah, kehilangan kawan, tidak masuk kerja, bolos sekolah dan terlibat pelanggaran hukum lainnya.

4. Ectasy.
Ectasy adalah zat atau bahan yang tidak termasuk narkotika atau alkohol, melainkan termasuk zat adiktif. Artinya zat yang dapat mengakibatkan adiksi (ketergantungan, ketagihan). Pengaruh terhadap susunan syaraf pusat (otak) sama dengan narkotika dan alkohol.
Ectasy mempunyai sifat:
a. Keinginan untuk memperolehnya dengan jalan apapun.
b. Kecenderungan untuk menambah takaran.
c. Ketergantungan secara psikis.
d. Ketergantungan secara fisik.

5. Kokain.
Kokain berasal dari tanaman koka, bahan dasar dipakai dengan cara merokok, baik sigaret maupun pipa dan dampaknya mirip yang digunakan dengan nyipet. Pemakaian kokain juga akan menimbulkan gangguan mental organik pada fungsi berfikir, perasaan dan perilaku. Atau dengan kata lain pemakainya akan terganggu karena susunan syaraf pusat langsung bereaksi dengan kokain tadi.

Dampak penggunaan Narkoba:
1. Bagi pemakai terjadinya gangguan mental organik, sel saraf otak pusatnya tergangu oleh karena itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia.
2. Tidak harmonisnya kehidupan keluarga maka sulit untuk menciptakan keluarga sakinah.
3. Terjadi tindak kekerasan, krimanalitas, karena kondisi sakoi akan menuntut terpenuhinya dengan jalan apapun.
4. Bagi pengedar akan merusak generasi mendatang dan sekaligus akan memperoleh harta yang tidak halal dan thayib.

Upaya memerangi Narkoba:
1. Pendidikan agama sejak dini, berdasarkan hasil penelitian bahwa remaja yang komitmen agamnya rendah mempunyai resiko penyalahgunaan narkoba bila dibanding dengan remaja yang mempunyai komitmen agama yang tinggi.
2. Menciptakan kehidupan rumah tangga yang religius. Penelitian membuktikan bahwa remaja yang dibesarkan pada keluarga yang kurang religius akan mempunyai resiko yang lebih besar dalam penyalahgunaan Narkoba dibanding dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang religius.
3. Penanaman pada remaja sedini mungkin bahwa menggunakan Narkoba atau mengedarkannya adalah haram hukumnya.
4. Peran orang tua sangat besar dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba:
a. Orang tua dirumah (ayah ibu), ciptakan suasana rumah tangga yang harmonis (sakinah), tersedia waktu dan komunikasi dengan anak, hindari pola hidup konsumtif, beri suri tauladhan yang baik sesuai dengan tuntunan agama.
b. Orang tua disekolah (bapak ibu guru), ciptakan kondisi proses belajar-mengajar yang kondusif bagi anak didik agar manjadi manusia yang beriman, berilmu dan beramal.
c. Orang tua dimasyarakat (tokoh masyarakat, ulama', ustadz, pejabat, pengusaha dan aparat) ciptakan kondisi lingkungan yang sehat bagi perkembangan anak dan remaja.

5. Ditegakkannya Undang-undang.
Undang-undang dan peraturan pemerintah dibentuk dibentuk untuk mewujudkan suasana masyarakat yang damai, aman dan sejahtera serta membatasi terhadap perbuatan zalim. Maka bila undang-undang telah ditetapkan tapi bila terjadi pelanggaran tidak ada sangsinya maka yang terjadi adalah kekacauan, ketidakadilan dan perbuatan angkara murka lainya.

Maka untuk menyelamatkan generasi mendatang yang bebas dari Narkoba adalah menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah sebagai pembuat undang-undang, aparat sebagai penegak hukum dan rakyat agar menjadi warga yang taat hukum. Sudah banyak kegiatan pendidikan atau penyuluhan kepada masyarakat untuk bersama-sama mewaspadai tindakan penggunaan dan penyebaran Narkoba. Dan sudah banyak para pelaku yang ditindak dan dikenai jerat hukum, maka tiadalah suatu kebaikan itu dapat diterima dan dilaksanakan. Oleh karena itu sikap istiqomah, tawadhu', ridha dan ikhlas agar selalu diupayakan untuk menjadi acuan dalam memberikan suri tauladhan yang baik.

(Sumber: Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater)

3/26/2013

Membiasakan Menegakkan Qiyamul Lail



Salah satu ibadah sunnah yang mempunyai nilai yang sangat tinggi adalah qiyamul lail. Menjalankan qiyamul lail bagi setiap muslim adalah merupakan ibadah tambahan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al Isra': 79:
" Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji".

Begitu pentingnya qiyamul lail, maka ketika salah seorang sahabat bertanya kepada rasul, shalat manakah yang paling utama setelah shalat lima waktu, Rasulullah menjawab, shalat tahajud (HR. Muslim).
Qiyamul lail atau yang lebih dikenal dengan shalat tahajud disyari’atkan kepada nabi Muhammad SAW setelah turun surat Al Muzammil. Adapun sebab-sebab turunnya surat tersebut adalah: Ketika Rasulullah SAW menerima informasi bahwa para pembesar Qurais telah berkumpul di balai Pertemuan Darun Nadwah, dimana disana mereka sedang mengatur rencana untuk menentang Rasuluh dan mematahkan semangat dakwah-Nya. Maka beliau berdiam diri, lalu menarik baju luarnya rapat ke badannya sambil merebahkan dirinya. Ketika itu kemudian Malaikat Jibril datang menyampaikan surat Al Muzammil ayat 1-19.
Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dia-lah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih. Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan. Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir`aun. Maka Fir`aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana. Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barang siapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya. (Al Muzammil: 1-19)

Dua belas bulan kemudian turun ayat yang ke-20:
" Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Ayat 20 isinya meringankan cara ibadah shalat tahajud, setelah Rasulullah menghabiskan sebagian waktu malamnya untuk menjalankan shalat Tahajud sebagai konsekwensi dari ayat yang diturunkan sebelumnya yaitu ayat 1-19.
Menurut Al Bazzar dan Ath Thabrani (ulama’ hadits) meriwayatkan dari Jabir, bahwasannya ketika Rasullulah menghadapi para pembesar Qurais yang sangat leluasa mengolok-olok Rasullulah sebagai dukun, orang gila, tukang syihir bahkan mengancam beliau dengan pembunuhan. Rasulullah merasa sangat sedih, termenung, berselimut sehingga kemudian datang Malaikat Jibril menyampaikan surat Al Muzammil.

Dalam surat Al Muzammil tersebut seakan-akan Allah SWT berfirman; Wahai Muhammad hilangkan kemasygulan, majulah ke gelanggang untuk menghadapi berbagai tantangan yang dilakukan oleh para pembesar Qurais yang merintangi da’wah-Mu dengan cara meneror dan membunuhmu. Tetapi Engkau harus bersiap-siap berbenah diri untuk menghadapi mereka.
Tahajud artinya bangun dari tidur, maka shalat tahajud artinya shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari dan dilaksanakan setelah tidur. Dengan shalat tahajud dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagai penebus dosa dan kejelekan serta dapat menangkal penyakit dari badan.
Kapan kita dapat melaksanakan shalat Tahajud, berdasarkan surat Al Muzammil ayat 3-4 dapat diinterpretasikan menurut waktu Indonesia sepertiga malam kira-kira pukul 22.00-23.00 WIB, seperdua malam pukul 24.00-jam 01.00 WIB, dan sepertiga malam adalah jam 02.00-03.00 WIB atau sampai sebelum waktu subuh.
Berapakah bilangan rekaat yang dilakukan Rasululah, bahwa menjalankan shalat tahajud tidak ada ketentuan dan batasan yang pasti. Pernah Rasulullah memerintahkan kepada Ibnu Abbas menjalankan shalat tahajud walaupun hanya satu rekaat. (HR. Tabrani). Imam Buchari dan muslim meriwayatkan hadits yang bersumber dari Aisyah, bahwa beliau kadang melaksanakan shalat tahajud 11 rekaat, 13 rekaat dengan dua rekaat sebagai shalat iftitah, rasul juga pernah melaksanakan 4 rekaat kemudian shalat witir 3 rekaat. Dengan bevariasinya jumlah rekaat shalat tahajud itu Prof. Dr. Hasby Assyiddiqi mengomentari bahwa akan lebih utama, bila membiasakan shalat tahajud dengan 11 rekaat atau 13 rekaat dengan 2 rekaat sebagai shalat iftitah.
Karena itu Islam memberikan kelonggaran kepada siapapun untuk menjalankan ibadah, akan tetapi dengan kelonggaran itu hendaknya dapat dipahami dengan arif dan bijaksana, agar kita dapat menajalankan dengan istiqomah. Sehinga pelaksanakan ibadah yang istiqomah akan membuahkan rasa ikhlas dalam semua perbuatannya. Menjadi insan yang lebih mendahulukan pada pemenuhan kewajiban dan hak, daripada menuntut hak, bahkan terhadap Allah kadang berusaha untuk memaksakan agar keinginannya segera dikabulkan.

Imam Khomaeni mengatakan bahwa sempurna dan cacatnya ibadah, syah dan tidak syahnya ditentukan oleh niat yang ikhlas dan maksud yang bersih. Jika ibadah itu bersih dari sifat menyekutukan Allah dan niat kotor, maka ibadah itu ikhlas dan sempurna. Sebagai contoh melakukan shalat tahajut demi mendapatkan rizki yang lebih banyak, memberikan sedekah demi menyelamatkan diri dari bencana, atau memberikan zakat demi memperbesar kekayaan, meskipun ibadah yang demikian ini dari segi fiqih syah akan tetapi dalam perspektif ma’rifat ibadah tersebut adalah tidak ikhlas karena ibadah didasari oleh tujuan dan maksud duniawi yang memenuhi kehendak hawa nafsunya.
Maka pelaksanaan shalat tahajud yang istiqomah itu akan dapat membuahkan:
1. akan memperoleh kenikmatan yang menyejukkan mata, tutur kata yang berbobot, mantap dan berkualitas, qauolan saqilan.
2. memperoleh tempat yang terpuji didunia dan diakherat.
3. terhapus dar dosa, kejelekan dan penyakit.
4. Hikmah yang lain dari shalat tahajud dapat merubah sikap rendah diri, pesimis, kurang berbobot akan berganti menjadi sikap optmiss, percatya diri, pemberani tanpa disertai sikap sombong. (Dr. Moh Sholeh, Tahajud: 164)
Karena itu shalat tahajjud agar benar-benar menjadi sarana taqarrub kepada Allah SWT hendaknya dilakukan dengan niat yang ikhlas semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT, demikian pula juga memperhatikan waktu-waktu yang mustajabah yaitu dengan melaksanakan pada waktu yang paling utama, kecuali bila memang tidak bisa. Setiap bentuk ketaatan dan penghambaan diri kepada Allah SWT akan kembali pada dirinya sendiri dan berimplikasi pada lingkungan dan masyarakatnya. Karena sesungguhnya Islam adalah rahmat bagi sekalian alam, dan setiap muslim yang berperan untuk mengimplementasikannya. Dari normatif menjadi aplikatif.

3/24/2013

Bersimpuh di tengah malam, apa yang dicari?


Dalam sebuah perusahan swasta yang bergerak dibidang marketing standar keberhasilan ditentukan oleh omset penjualan yang meningkat, setiap karyawan selalu diberi motivasi untuk lebih meningkatkan kinerja. Insentif, bonus, jabatan akan semakin memotivasi mereka. Bila ini tercapai maka perusahaan semakin berkembang dan kesejahteraan karyawan semakin meningkat pula. Pada waktu menjelang diadakan rapat bulanan, walaupun rapat belum dimulai tetapi sudah banyak yang berkumpul, seorang karyawati bercerita bahwa tadi malam telah menjalankan shalat tahajud, yang mana dalam shalat itu dia memohon kepada Allah agar diberi kemudahan untuk mendapatkan pelanggan baru sehingga target pada bulan itu bisa tertutupi. Harapannya dipertaruhkan karena dia yakin bahwa Allah mendengar do’a dan mengabulkan permintaannya. Rapat dimulai pada jam 10.00 dan selesai pada jam 12.00 WIB yang kemudian ditutup dengan makan siang bersama-sama, pada saat itu dia diajak temannya untuk menjalankan shalat dhuhur, alangkah terkejutnya ketika dia menjawab, nggak ah, ditanya lagi mengapa, dia menjawab malu. Mengapa malu dan malu pada siapa, dia menjawab ada teman yang lain yang tidak menjalankan shalat, nanti dibilang sok alim.

Ini adalah sebuah kisah nyata, dan sering pula terjadi pada kelurga, ketika anak-anaknya sedang menghadapi ujian atau sedang mengikuti seleksi penerimaan pegawai, atau ketika sedang menghadapi cobaan hidup atau karena terjerat pada lilitan hutang. Maka setiap malam yang tidak seperti malam-malam sebelumnya, dia berniat untuk bangun malam dan kemudian menjalankan shalat tahajut, meninggalkan sebagian dari kenikmatan malam untuk menghadap kepada-Nya. Mengadukan dan menceritakan kesulitan hidup dan memohon untuk memperoleh keberhasilan dalam setiap tujuannya secara maksimal.

Begitu asyik dan nikmatnya, kurang puas dengan menjalankan shalat dua rekaat, dia menambah delapan rekaat lagi dan kemudian ditutup dengan menjalankan shalat witir tiga rekaat. Waktu untuk munajat masih terasa sempit maka ditambah lagi dengan zikir dan membaca Alquran. Berat tapi terasa ringan karena merasa ada tuntutan kebutuhan yang lebih besar. Berat karena tidak seperti biasanya bangun malam dan menjalankan shalat, maka bilangan rekaat dan lamanya zikir terasa ringan karena adanya motivasi untuk memperoleh harapan kesuksesannya. Selesai berzikir kemudian tidur, rasa kantuk yang tak tertahan lagi sehingga bangun kesiangan dan nyaris shalat subuh pada waktunya shalat dhuha alias kesiangan.

Pemenuhan kewajiban untuk mendapatkan pensucian diri, melatih dan mengolah hati (menejemen qalbu), menghilangkan hijab agar terjalin komunikasi dengan sang Kaliq. Menyebabkan pada masalah yang lain yang tidak dikehendaki, berangkat kerja telat, di kantor mengantuk, bekerja atau belajar tidak konsentrasi sehingga bisa menelantarkan tugas dan kewajiban yang diamanatkan kepadanya. Dan harapan memperoleh kenikmatan yang menyejukkan mata, tutur kata yang berbobot dan berkualitas (qaulan tsaqilan), memperoleh tempat yang terpuji di dunia dan akherat (maqaman mahmuda), terhapusnya dosa, kejelekan dan dihindarkan dari penyakit dirasa jauh dari harapan.

Shalat tahajud sebagaimana diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Ath Thabrani (ulama hadits) bahwa ketika Rasululah menghadapi para pembesar Qurais yang mengolok-olok sebagai dukun, orang gila, tukang sihir dan mengancam akan membunuh. Rasulullah kemudian , bersedih, termenung sambil berselimut. Kemudian Rasulullah disuruh untuk bangkit, hilangkan kemasygulan dan segera bersiap untuk mengahadapi tantangan, dengan mempersiapkan jiwa untuk menjalankan shalat tahajud. Ibnu Mas'ud salah seorang sahabat rasul yang dikenal kesalehannya, pernah ditanya tentang obat bagi jiwa yang sedang gelisah, hidup tidak tentram, pikiran kusut dan tidur gelisah. Maka beliau memberi nasehat agar mengunjungi tiga tempat. Pertama ketempat orang yang sedang membaca Alquran, membacanya atau mendengarkan bacaannya, kedua mendatangi majlis ilmu yang mengingatkan hati kepada Allah dan ketiga dengan mencari waktu dan tempat yang sepi misalnya dimalam hari dikala orang-orang sedang tidur nyenyak.

Melaksanakanlah ibadah menurut kesanggupan, jangan memaksakan diri karena itu kondisikan diri dengan cara yang baik, karena bila sudah terbiasa bangun ditengah malam rasa berat dan kantuk tidak akan ada lagi. Harapan untuk maraih tujuan adalah bisa mengalahkan segala bentuk ketidakwajaran menjadi hal yang biasa, hal yang tidak mungkin menjadi nyata. Kebanyakan tujuan diarahkan pada tujuan yang sempit dalam perspektif duniawi. Sebagaimana dikatan oleh Ustadz Wafiudin anggota tim bai’at Abah Anom di Suryalaya Jawa Barat, bahwa ibadah yang dilaksanakan dengan cara yang demikian adalah merupakan white magic, melakukan aktifitas ibadah, shalat, berdo’a atau dzikir tetapi mempunyai tujuan untuk mendapatkan lulusan atas usaha yang ditempuh, maka bila itu tercapai yang diperoleh hanya didunia saja dan diakherat tidak mendapat apa-apa.

Melakukan tahajud demi mendapatkan rizki yang banyak, memberikan shadaqah demi menyelamatkan diri dari bencana, atau membayar zakat demi memperbesar kekayaan, yaitu harapan memperoleh balasan dari Allah, meskipun ibadah tersebut dari segi fiqih adalah syah akan tetapi dari sudut pandang ma’rifat, ibadah tersebut dipandang tidak ikhlas karena ibadah dilandasi dengan maksud duniawi dan memenuhi kehendak hawa nafsu (Dr. Moh Sholeh, Tahajud: 128). Ibadah yang dilakukan demikian itu seakan-akan memaksakan kehendak Allah. Maka kadangkala kesuksesan yang diperoleh akan mendatangan musibah atau marabahaya bagi dirinya, hal ini pernah terjadi pada diri Qarun yang hidup pada masa nabi Musa, Tsa’labah yang hidup pada masa nabi Muhammad dan masih banyak contoh yang lain. Mareka memandang bahwa kesuksesan yang diperolehnya adalah merupakan hasil dari usahanya, sehingga kemewahan dan kejayaan yang diperolehnya akan menjauhkan diri dari Allah bahkan mereka menjadi kufur nikmat.

Lain lagi bahwa setiap ibadah yang hanya diperuntukkan semata-mata mencari ridha Allah maka tujuan yang diharapkan adalah merupakan tujuan jangka panjang dan bila do’anya dikabulkan, hal ini adalah merupakan kemurahan Allah. Permohonan hamba pada Sang Khaliq ada yang langsung dikabulkan ada lagi yang ditangguhkan atau ada juga yang dialihkan dalam wujud keberkahan yang lebih besar. Maka apa yang diperolehnya akan dikembalikan untuk peningkatan ibadah. Ibadah dengan pendekatan hati yang diprakarsai oleh Ustadz Arifin Ilham dengan Majlis Dzikirnya, KH. Abdullah Gymnastiar dengan Menejeman Qalbu, Ary Ginanjar dengan ESQ (Emosional Spiritual Quotion) menjadi daya tarik yang unik, ditengah-tengah bangsa yang sedang dilanda krisis, nyaris batu karangpun tidak akan mampu meluluhkan hati, masing-masing bersikeras mempertahankan haluan dan pendapatnya. Alunan zikir yang membacakan Kalimatullah meluluhlantakkan kerasnya hati sehingga bersimpuh dalam linangan air mata. Demikian pula Asmaul Husna diterjemahkan dalam aktifitas hidup sehingga menjadi sensor motorik, menggerakkan hawa nafsu menuju pada insan yang dihiasi dengan sifat-sifat malakut.

Sesungguhnya tahajud menjadi media bermuhasabah (introspeksi) menilai dan mengukur kemampuan diri, media untuk menceritakan kesulitan-kesuitan yang sedang dihadapi dan meminta kepada-Nya untuk diberi jalan yang terang. Sehingga setiap kesulitan yang diceritakan, walaupun dalam tempo yang lama tidak ada perubahan tetap mempunyai sikap yang optimis, tidak surut dalam melaksanakan ibadah. Akan muncul pada dirinya motivasi bahwa harapannya yang tidak segera dikabulkan karena Allah mempunyai kehendak lain yang tidak diketahui hamba-Nya, bila cepat dikabulkan bisa jadi akan mendatangkan musibah pada dirinya atau menjadikan dirinya hilang kemuslimanya Allah menundanya atau memberikan dalam wujud yang lain. Shalat tahajud yang dilaksanakan secara istiqomah akan membentuk pribadi yang selalu optimis, tenang dan rasa keikhlasan yang mendalam.

3/20/2013

Hidup Sesudah Mati


Tiada kata yang lebih indah pada hari ini kecuali kita mensyukuri atas segala kenikmatan yang Allah selalu diberikan pada kita semua. Kenikmatan itu diantaranya adalah nikmat sehat, nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat hidup. Namun yang sering terjadi ketika sehat lupa akan nikmat sehat, sehat adalah suatu kondisi yang tak ternilai harganya nyaris tidak berharga ketika tidak merasakan sakit.
Demikian pula nikmat hidup juga lupa bahwa suatu saat akan datang kematian. Semua yang bernyawa pasti akan mati, namun matinya manusia tidak sama dengan matinya golongan hewan dan tumbuhan yang tidak dimintai pertanggungjawaban sisi Allah. Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang akan mengalami kehidupan berulang-ulang, setelah manusia mati, kelak akan di bangkitkan kembali.
Banyak ayat-ayat Alquran yang mengatakan bahwa kehidupan dunia yang sedang kita nikmati ini adalah kehidupan yang sementara:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al An'am: 32)

Sendau gurau maksudnya adalah  kesenangan-kesenangan duniawi itu Hanya sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.


Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan dia tidak akan memint harta-hartamu. (QS. Muhammad: 36)

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (QS. Al Hadid: 20).


Karena kehidupan dunia ini hanyalah sementara, maka kelak manusia akan dibangkitkan kembali dan manusia akan mempertanggungjawabkan atas segala amal perbuatannya. Didalam Alquran surat Al Hajj ayat 7 Allah SWT telah mewartakan kepada kita sekalian.
“…dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur”(Al Hajj ayat 7)

Hari Qiyamat yang merupakan hari hancur leburnya alam semesta dan akan bergantinya dengan alam yang baru, Rasulullah SAW menggambarkan tentang kedatangan hari Qiyamat sebagaimana jarak antara jari telunjuk dan jari tengah. Sebelum kehancuran alam semesta dan setelah manusia menemui ajalnya maka manusia akan memasuki alam kubur (alam barzah), bagaimanakah keadaaan manusia di alam kubur.
Di alam kubur manusia tidak mempunyai teman kecuali amal perbuatannya masing-masing, sebagimana Rasulullah SAW pernah bersabda:
ان الميت اذا وضع فى قبره انه يسمع خفق نعالهم حين يولون عنه. فان كان مؤمنا, كانت الصلاة عند رأسه والصيام عن يمينه والزكاة عن شماله, وكان فعل الخيرات من الصدقة والصلة والمعروف والاحسان عند رجليه (رواه احمد
“ Sesungguhnya mayit itu setelah diletakkan dalam quburnya, sebenarnya dapat terdengarlah olehnya bunyi suara terompah (alas kaki) orang-orang yang mengantarkannya itu, sehingga mereka jauh meninggalkannya. Apabila mayit itu seorang mukmin (mempunyai keimanan) maka shalatnya itu diletakkan diarah kepalanya, puasa di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, mengerjakan kebaikan seperti sedekah, mengeratkan hubungan keluarga, perbuatan baik dan keutamaan lain-lain itu diletakkan di arah kedua kakinya.

Amal-amal itulah yang akan menjadi temannya yang siap membelanya, sehingga setiap ada malaikat yang akan menyiksanya dari arah kepala, amal shalat akan menjawab disini tidak ada jalan masuk, dari arah kanan malaikat mau menyiksanya dijawab oleh amal puasa disini tidak ada jalan masuk, dari arah kiri malaikat mau menyiksa dikatakan oleh amal zakat disini tidak ada jalan masuk. Demikian pula dari arah kedua kakinya malaikat mau menyiksa maka amal shalih, diantaranya berupa sedekah, mengeratkan shilaturahim, dan perbuatan baik lainnya, akan mengatakan disini tidak ada jalan masuk.
Bagaimanakah bila mayat itu tidak punya amal shalat, puasa, zakat dan amal shalih lainnya yang selaras dengan perintah Allah dan utusannya. Na’udzubillah min zalik siksa malaikat akan menyiksa dari segala penjuru dengan mudah, segala derita, jerih- payah siksa kubur akan terus dirasakan sampai kelak datangnya hari Qiyamat. Masih beruntung ketika berada didalam kubur sekalipun sedikit masih punyai shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan ada ahlinya yang mau mendo’akan niscaya didalam kubur akan mendapat keringanan siksa. Namun ketika sudah berada di hari qiyamat semua orang akan sibuk memikirkan dirinya sendiri. Mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang sudah dilakukan, tidak ada kedustaan karena semua anggota tubuh manusia akan menjadi saksi.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra’: 36)
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya). (QS. Annur: 24-25)

Ketika dunia yang fana ini masih mau ditempati manusia, maka hubungan timbal balik antara orang yang masih hidup dengan yang sudah mati masih bisa. Terutama bagi yang masih hidup masih dapat meringankan siksa di alam kubur dengan do’a, shadaqahnya dan amal shalih yang pernah dilakukan dan dilanjutkan oleh orang lain. Namun ketika dunia telah hancur lebur dan berganti dengan alam akherat (hari qiyamat) maka setiap orang akan sibuk dan disibukkan dengan urusannya sendiri. Bisa jadi anak lupa dengan orang tua dan sebaliknya, suami lupa pada istri dan sebaliknya, apalagi terhadap orang lain sama sekali sudah tidak ingat lagi. Maka di alam akherat yang menjadi temannya dan akan menjadi pembela didepan pengadilan Allah hanya amal shalih yang dilakukan selama hidup didunia. Dengan kemurahan Allah amal baik akan dilipatgandakan dan amal buruk akan dibalas dengan yang sepadan.
Kapan lagi kita beramal shalih kalau tidak dimulai dari sekarang, karena itu mengapa melakukan kebaikan harus menunggu besok atau lusa. Sesungguhnya hari esok adalah rahasia Allah, hidup mati adalah kehendak Allah, dan sebaik-baik hamba Allah yang akhir hayatnya dalam kondisi beriman dan beramal shalih sehingga tercatat sebagai hamba yang khusnul khatimah. Beramal shalih dimulai dari hal yang kecil, mana mungkin hal yang besar akan dapat dilakukan dengan ikhlas manakala hal-hal yang kecil disepelekan. Suatu yang besar berawal dari yang kecil, karena itu uang satu juta akan menjadi sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah, alias satu juta kurang satu rupiah. Walaupun satu rupiah ternyata sangat berarti bagi satu juta. Demikian pula kenapa senang mengajak dan memerintah orang lain untuk berbuat baik sedang dirinya sendiri tidak pernah berbuat baik.karena itu mulailah dari dirinya sendiri dalam berbuat baik.

3/19/2013

Sikap Hidup Sederhana


Membiasakan diri hidup sederhana, baik dalam pembicaraan, tingkah laku maupun dalam pembelanjaan adalah merupakan sikap hidup yang utama dan menjadi pangkal keselamatan. Hidup sederhana artinya hidup dalam ukuran atau kadar yang wajar, tidak melebihi dan tidak mengurangi. Sikap hidup seorang dalam menghadapi orang lain disebut sederhana adalah apabila dalam berbicara dan bertingkah laku ia tidak sombong, angkuh dan arogan, tidak menilai diri sendiri terlalu terlalu tinggi, sedang menilai orang lain rendah, remeh, dan tidak ada harganya sama sekali. Tetapi disamping itu, iapun tidak menilai diri sendiri terlalu rendah, terlalu remeh, terlalu hina, sehingga ia senantiasa dalam keadaan kecut, takut dan merasa diri sendiri tidak ada harganya dalam berhadapan dengan orang lain.
Agama Islam yang ajarannya penuh dengan tuntunan akhlaq mulia, mengajarkan agar manusia senantiasa bersikap wajar atau sederhana. Dan orang-orang yang mampu bersikap wajar atau sederhana digolongkan dalam hamba Allah yang baik, firman Allah dalam surat Al Furqan ayat 63-67:
63. Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
64. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
65. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
66. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Dan surat Luqman ayat 18, 19:
18 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19 Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Dari ayat tersebut diatas, kiranya jelas bahwa ibadurrahman yaitu hamba Allah yang baik itu adalah orang yang mampu bersikap sederhana, tidak sombong dan tidak congkak, meskipun berhadapan dengan orang yang jahil. Bahkan ketika menghadapi orang yang tidak mengerti, mereka tidak bersikap kasar, angkuh, melainkan bersikap dan bertutur kata dengan bahasa yang lemah lembut penuh kedamaian. Sikap sederhana itu tetap menghiasi diri sebagai hamba Allah yang baik.
Dengan kekuasaan yang dipegangnya, seorang hamba Allah yang baik tidak berubah menjadi sombong atau angkuh dan tidak pula menjadi congkak dan lupa daratan. Melainkan dengan kekuasaan yang dipegangnya itu menjadikan hatinya semakin lunak dan lembut serta senantiasa bersikap kasih sayang kepada orang lain, terutama yang berada dalam keadaan lemah. Demikian pula dengan kekayaan yang dilimpahkan Allah kepadanya, seorang hamba Allah yang baik, tidak menjadikan dirinya besar kepala dan bersikap tidak semena-mena kepada kaum fakir miskin.
Dari kandungan ayat diatas, juga dapat diambil kesimpulan bahwa ibadurrahman atau hamba Allah yang baik, yang senantiasa bersikap sederhana dalam hidunya, adalah orang-orang yang dalam membelanjakan hartanya tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, melainkan diantara keduanya, tidak berlebih-lebihan atau boros dan tidak kikir. Berlebih-lebihan dengan mengumbar kemauan hawa nafsu dan melupakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat, padahal semakin banyak menuruti kebutuhan hawa nafsu maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, dan semakin banyak kebutuhan yang di perlukan maka akan semakin jauh untuk berempati sosial, dengan mengeluarkan zakat dari harta yang dimilikinya. Dirinya akan terjebak pada kehidupan yang serba mewah.
Orang yang hidup mewah adalah orang yang mempunyai sikap hidup ananiyah atau individualistis, yaitu orang yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan melupakan kepentingan orang lain. Orang yang bermewah-mewahan dalam hidupnya sekaligus adalah pemboros. Sebab orang yang berlebih-lebihan itu biasanya membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang kurang perlu.
Sikap hidup berlebih-lebihan atau bermewah-mewah itu jelas merupakan sikap hidup yang tidak hanya akan merugikan terhadap kepentingan masyarakat, tetapi juga akan mendatangkan malapetaka bagi dirinya sendiri. Sebab sikap hidup berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum, jelas secara makro akan berakibat meningkatnya jumlah bahan makanan yang diperlukan. Apabila persediaan jumlah bahan makanan sangat terbatas, ini tentu saja akan mengakibatkan timbulnya berbagai macam kesulitan.
Sikap hidup berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan, acapkali juga menjerumuskan seseorang pada perbuatan jahad dan tercela yang tidak diridhai oleh Alah dan dibenci oleh masyarakat. Orang yang terbiasa hidup mewah, kadang-kadang tidak memikirkan darimana ia harus memperoleh uang untuk membiayai nafsu mewahnya itu. Tidak jarang seseorang sampai nekat berbat korupsi, pungli dan perbuatan tercela lainnya, hanya karena didorong oleh keinginan hidup mewah.
Dalam hubungan ini Rasululah Muhammad SAW sangat menaruh perhatian terhadap umatnya, terutama yang dikaruniai memperoleh pekerjaan yang berhubungan dengan publik. Apabila rasul mengangkat diantara sahabatnya untuk memegang suatau jabatan tertentu yang berhubungan dengan kepentingan publik, senantiasa beliau berpesan agar hiduplah yang sederhana. Menurut wajarnya saja, jangan berlebih-lebihan dan jangan bermewah-mewah. Pada suatu hari ketika beliau mengangkat Mu’az bin Jabal menjadi duta istimewa di negeri Yaman, beliau berpesan: Jauhilah kemewahan itu, bahwasannya hamba Allah yang setia, bukanlah orang-orang yang hidup dalam kondisi mewah (HR. Ahmad). Dari sabda nabi tersebut jelaslah, bahwa sikap hidup bermewah-mewah itu sering menjerumuskan seseorang kelembah kehinaan berupa perbuatan khianat dan jahat. Lebih-lebih untuk melakukan perbuatan itupun ada pada tangannya.
Agar menjadi orang yang selamat dan diselamatkan maka sederhanalah dalam bersikap, tidak berlebih-lebihan namun juga tidak bakhil. Memang sulit, namun bukan berarti sulit tidak bisa dilakukan, asal mau berusaha pasti bisa, semoga Allah SWT senantiasa membimbing orang-orang yang mau berupaya dalam melaksanakan ketaatan, amin.


3/18/2013

Maqam Shalat


Shalat adalah kewajiban pokok bagi setiap muslim yang termasuk dalam kelompok rukun Islam. Karena itu setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat kemudian dilanjutkan dengan tuntutan untuk menegakkan shalat lima waktu. Shalat merupakan tiangnya agama, barang siapa menegakkan shalat berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkan shalat berarti merobohkan agama. Shalat akan menentukan baik buruknya perbuatan manusia, karena shalat yang ditegakkan dengan khusuk maka akan dapat menuntun pribadi muslim yang dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.
Ibnul Qoyyim Al Jauziah membagi tingkatan orang shalat dalam 5 tingkatan:
1. Orang yang menganiaya diri sendiri dan meremehkannnya. Tidak menyempurnakan wudhunya, tidak menetapi waktunya, tata cara dan rukunnya.
2. Orang yang menjaga ketetapan waktunya, aturan-aturannya, rukun-rukun dhahirnya dan wudhunya. Akan tetapi tidak berusaha untuk menolak bisikan-bisikan set an dan fikiran-fikiran yang melintas. Justru asyik dengan dengan bisikan-bisikan dan fikiran-fikiran yang melintas ketika shalat tersebut.
3. Orang yang menjaga tata cara, rukun-rukun serta berusaha menolak bisikan-bisikan syetan dan pikiran-pikiran yang melintas. Ia sibuk untuk menghadapi musuhnya agar tidak mencuri shalatnya. Maka dalam keadan yang demikian ini ia berada dalam shalat dan jihad.
4. Orang yang shalat, senantiasa menyempurnakan hak-haknya, rukun-rukunnya dan tata caranya, serta hatinya tenggelam dalam menjaga aturan-aturan dan hak-haknya, agar tidak meremehkan shalat sedikitpun. Bahkan seluruh keinginannya tertuju pada harapan untuk menyempurnakan. Hatinya telah hanyut dalam shalat dan ibadah kepada Allah SWT.
5. Orang yang menegakkan shalat dengan sebenarnya. Karena itu membawa hati dan diletakkan disisi Rabnya. Ia melihat Allah dengan hati dan merasa selalu diawasi. Seluruh bisikan dan godaan tidak dapat mengganggunya dengan demikian terbukalah hijab antara dirinya dengan Tuhannya.

Konsekwensi:
1. Tingkatan pertama akan di azab
2. Tingkatan kedua akan dihisab.
3. Tingkatan ketiga akan menjadi penghapus bagi didosa-dosa yang telah dilakukan
4. Tingkatan keempat akan di beri pahala.
5. Tingkatan kelima shalat akan menjadi sarana untuk taqarrub. Karena dengan shalatnya dapat menjadikan penyejuk hati. Barang siapa yang hatinya tenang dengan melaksanakan shalat, maka hatinya juga akan tenang didunia dan di akherat kelak.

3/16/2013

Membentuk Pribadi Yang Ikhlas III


Perbuatan yang ikhlas akan dapat dijadikan sebagai wasilah ketika berdo’a kepada Allah. Baik do’a itu dalam bentuk permohonan maupun amal shaleh, karena Allah SWT telah memerintahkan didalam Alquran:

“ Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”.( Al Mu’min: 60
“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al Baqarah: 186).

Sehingga segala jenis do’a bagi kaum muslim menjadi:
1. Ibadah
الدعاء هو العبادة (روا ابو داود والترمذى)
“ Doa’a adalah ibadah”.
2. Senjata bagi orang Islam:
الدعاء سلاح المؤمن وعماد الدين ونور السموات (رواه الحكم)
“ Do’a adalah senjata orang mukmin, tiyang agama, cahaya langit dan bumi”.
3. Mengatasi bencana:
الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل فعليكم عباد الله بالدعاء (رواه الحكم)
“ Do’a itu bermanfaat untuk mengatasi bencana yang sudah turun maupun yang belum, maka wahai hamba hamba Allah, hendaklah kalian berdo’a”.

4. Menolak taqdir:
لا يردالقدر الا الدعاء ولا يزيد فى العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الحكم)

“ Tidak dapat menolak taqdir kecuali do’a dan tidaklah menambah umur selain kebajikan. Sesungguhnya seseorang akan terhalang rezekinya sebab dosa yang ia perbuat”.

Begitu pentingnya do’a sehingga banyak sekali orang yang berharap dapat meraih tujuan dengan do’a, karena itu perlu dimaklumi bahwa mengacu pada surat Al Baqarah ayat 186 hendaknya juga diikuti dengan iman dan amal shaleh, demikian pula dalam melaksanakan amal shaleh harus diikuti dengan ilmu. Karena banyak terjadi menurut pandangannya sudah menjadi orang yang baik dan beramal shaleh tetapi ternyata amal tersebut ditolak oleh Allah, atau tidak menambah amal namun justru akan mengurangi. Karena itu pembuktian suatu iman adalah dengan amal shaleh, bahkan amal shaleh yang dilaksanakan secara terus menerus.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Buchari Muslim ada tiga pemuda yang terjebak didalam gua, dimana pintu gua tersebut tertutup oleh batu besar, sehingga menurut nalar dengan kekuatan yang dimiliki niscaya tidak akan dapat keluar dari dalam gua, karena batu yang besar dan sangat berat. Namun masing-masing pemuda itu mempunyai amal shaleh yang dapat menjadi wasilah ketika memohon (berdo’a) kepada Allah SWT:
• Seorang laki-laki diantara mereka berkata: ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut. Aku tidak pernah mendahulukan keluarga untuk memberikan susu sebelum mereka berdua, begitu juga akau tidak akan memberikan harta kepada mereka, kecuali kepada kedua orang tuaku lebih dahulu. Pada suatu hari aku terlalu jauh mencari pepohonan (yang daunnya aku petik untuk memberi makan ternak). Aku tidak dapat kembali pada orang tuaku hingga mereka sudah tidur. Kemudian aku memerah susu untuk mereka, lantas aku temui mereka namun sudah terlelap tidur. Aku tidak suka membangunkan mereka, atau aku tidak pernah memberikan susu atau uang kepada keluargaku sebelum mereka. Gelas itu tetap ditanganku, menanti kedua orang tuaku bangun hingga fajar terbit, menanti kedua orang tuaku bangun hingga fajar terbit. Padahal anak-anakku sama menjerit kelaparan di tapak kakiku. Lantas keduanya (ayah dan ibu) bangun, lalu minum susunya. Ya Allah jika aku berbuat demikian untuk mencari keridhaanmu, maka hilangkan cobaanku, hingga batu ini menyisih dari pintu gua. Lantas batu itupun bergeser sedikit tetapi mereka masih belum bias keluar.
• Laki-laki yang lain berkata, Ya Allah sesungguhnya ada padaku anak perempuan paman yang aku cintai, sebagaimana seorang laki-laki yang mencintai perempuan. Aku menginginkan dirinya (ingin menggauli), namun dia selalu menolak, hingga lewat beberapa tahun (minta bantuan) kepadaku, lantas aku memberinya 120 dinar dengan syarat dia mau menyerahkan dirinya untukku (mau aku gauli). Dia setuju, hingga aku mampu menguasai. Ketika aku duduk diantara dua kakinya (akan melakukan persetubuhan dengannya) dia berkata. Bertaqwalah kepada Allah dan jangan kamu pecahkan tutup kecuali dengan hanya (keperawananku jangan kau bedah kecuali bila sudah menikah). Maka aku pergi (aku tinggalkan dia) padahal aku mencintainya (dia adalah wanita) yang paling aku cintai). Kemudian aku tinggalkan emas (dinar) dan kuberikan kepadanya. Ya Allah bila aku berbuat demikian ini termasuk mencari keridhaanmu, maka hilangkan cobaan yang ku alami. Batu itupun menyisih, namun mereka masih belum bisa keluar.
• Laki-laki yang ketiga. Ya Allah sesungguhnya aku mempunyai beberapa orang buruh, aku berikan gaji untuk mereka, kecuali seorang laki-laki yang meninggalkan gajinya (dia tidak mau mengambilnya). Dia pergi (begitu saja), lalu kugunakan gajinya (untuk menanam padi) yang ahirnya menjadi banyak, lantas dia datang kepadaku seraya berkata. Wahai hamba Allah, berikan gajiku (yang dulu) padaku. Aku berkata, seluruh yang kamu minta daripada ternak dan budak (milikmu, sebab uangmu dahulu aku kembangkan, sehingga itulah hasilnya). Dia berkata, wahai hamba Allah, janganlah kamu menghina kepadaku. Aku berkata, aku tidak menghina kepadamu. Lalu dia mengambil seluruhnya, dia giring seluruh ternak itu, dan tidak meninggalkan sedikitpun. Ya Allah bila berbuat seperti itu untuk mencari keridaan-Mu, maka hilangkan cobaan yang kami alami ini. Lantas batu itupun menyisih sehingga mereka bertiga bisa keluar, lantas pulang (kerumah masing-masing).

Inilah bahwa keikhlasan akan mendatangkan kebahagiaan, demikian pula suatu tujuan ibadah jangan menjadi tujuan yang bersifat duaniawi semata, karena banyak terjadi bahwa suatu jalan untuk membersihkan hati nurani yang telah tertindih oleh perbudakan hawa nafsu sehingga menjadi kotor. Karena hati yang  kotor seorang hamba sekalipun dekat dengan Tuhannya namun terasa jauh, karena itu para sufi melakukan kegiatan pembersihan hati dengan tahalli. Dengan menyelenggarakan majlis zikir, mujahadah atau istighotsah diikuti dengan takhalli. Karena dilakukan dengan penuh keikhlasan maka akan memperoleh tajalli. Dengan kondisi ini seorang hamba akan merasakan selalu dekat dengan Allah, dijauhkan dari segala bentuk perilaku yang menyimpang dari kehendak Allah. Hatinya menjadi bersih, jauh dari ambisi sesaat yang mengorbankan kehidupan akherat, sehingga apapun yang dilakukan selaras dengan kehendak Allah
Sebaliknya ada juga yang dalam melakukan ibadah karena tujuan jangka pendek yang bersifat keduniaan semata. Do’anya dapat dikabulkan sehingga harapannya tercapai, bahkan diberikan yang lebih sehingga melebihi takaran yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sehingga ketika segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah berupa pangkat, jabatan dan segala macam kemewahan telah terpenuhi bukan semakin dekat dengan Allah, namun selalu berusaha menjauh dari aturan Allah. Dengan demikian upaya pensucian hati untuk meraih kepekaan nurani ternyata semakin jauh dari petunjuk Allah SWT. Hal ini telah dinyatakan oleh Allah SWT dalam Alquran:
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al Baqarah: 286)

Sehingga ketika pemberian Allah melebihi takaran atas permohonan dari hambanya, maka kenyataan yang diharapkan bukan menjadi manusia yang diangkat derajadnya oleh Allah akan tetapi semakin jauh tersesat dari petunjuk Allah.