Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

8/14/2021

Murnikan Niat Karena Allah Karena Setiap Ibadah Dilihat Dari Niatnya

Hari Jumat adalah Sayyidul ayyam yaitu penghulunya hari. Hari Jumat, hari yang lebih utama karena itu, pada hari Jum’at umat Islam banyak memanfaatkan kesempatan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Dimulai dari kegiatan pada sore hari, pada umumnya orang-orang setelah melaksanakan shalat magrib kemudian dilanjutkan dengan pembacaan dzikir, tahlil untuk mendoakan kepada para leluhur yang sudah mendahuluinya, memohon kepada Allah agar diberikan kemuliaan, kebahagiaan di alam kubur. Kemudian setelah melaksanakan shalat Isya biasanya dilanjutkan dengan kegiatan majelis taklim, baik yang dilaksanakan di masjid, musholla, langar, surau atau dilaksanakan dari rumah penduduk. Karena umat Islam juga banyak yang mengikuti kegiatan majelis taklim secara bergilir dari rumah angota jemaah ke anggota yang lain.

Kegiatan majelis taklim diselenggarakan secara sukarela, tanpa ada paksaan, tetapi setiap orang biasanya bergabung pada jamaah tertentu, karena merasa ada suatu kecocokan dengan pimpinan, keanggotaan, metode dan materi dalam majelis taklim. Majlis taklim merupakan kegiatan pendidikan agama pada masyarakat yang diselenggarakan secara swadaya, dari Jemaah, oleh Jemaah dan untuk Jemaah, disamping kadang karena inisiatif dari tokoh agama untuk menyebarkan syariat Islam di tengah-tengah masyarakat. Pada majelis taklim tertentu, kadangkala ada yang bersifat statis dan ada yang dinamis, tergantung dari SDM pengurusnya, pada dasarnya jemaah mengikuti apa yang menjadi inisiatif pengurusnya. Pada malam hari banyak pula umat Islam yang menggunakan waktunya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Pada pagi hari pun biasanya banyak orang Islam yang memanfaatkan hari Jumat juga untuk memperbanyak ibadah kepada Allah dengan mengikuti kegiatan kuliah subuh, tadarus Alquran kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke makam, untuk membersihkan pemakaman, menabur bunga dan mendoakan arwah yang telah bersemayam. 

 

Pada siang hari, pada waktu pelaksanaan shalat Jum’at, ada orang Islam mempunyai kepentingan sendiri-sendiri untuk meningkatkan amal ibadahnya. Sebagian orang menyebut sebagai Jum’at berkah, karena itu pada hari Jum’at banyak orang yang mengalokasikan pemikiran, harta, kesempatannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dengan Jum’at berkah, banyak masjid yang sudah menyediakan kepada para jamaah, hidangan makan siang. Takmir masjid berinisiatif untuk mengumpulkan konsumsi dari para dermawan atas dasar sukarela. Ada Jemaah yang memberikan kesanggupan dan disampaikan kepada takmir masjid dan ada yang langsung dikirim ke masjid. Karena itu untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan kadangkala takmir masjid yang menggunakan dana infaq kotak amal untuk kepentingan para jemaah. 

 

Bagaimana agar jamaah yang tidak mampu merasa tertolong dengan keberadaan masjid, paradigma memakmurkan masjid pada zaman sekarang yang lebih fleksibel, dinamis, kreatif. Bagaimana orang yang tidak mampu, akan muncul rasa suka ke masjid. Mereka menggunakan fasilitas masjid seperti listrik, halaman, teras, serambi, tempat wudhu, MCK, bahkan kadang digunakan untuk kepentingan pribadi. Pengurus masjid tetap memberikan kebebasan untuk menggunakan fasilitas masjid. Secara materi masjid akan kekurangan dana, akibat dari penggunaan air, listrik dan alat kebersihan, biaya tenaga kebersihan. Tetapi justru yang demikian ini bisa menyadarkan orang-orang yang tidak mampu, muncul dorongan untuk memberikan sesuatu guna kepentingan masjid. 

 

Ada satu kisah bahwa pada suatu saat ada seorang yang melaksanakan salat Jumat di Masjid, orang tersebut berupaya ingin mengetahui kondisi masjid, bagaimana kegiatan shalat Jum’atnya, bagaimana khatibnya, bagaimana imamnya dan bagaimana jamaahnya. Orang tersebut ingin menambah ilmu, bershilaturahmi, dan dia telah menyiapkan sejumlah uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infaq. Dia merasa menjadi orang yang mampu, walaupun bila dibandingkan dengan pelaksanaan ibadahnya sudah lebih baik atau masih kurang. Karena sesungguhnya seluruh kegiatan di masjid memerlukan biaya. 

 

Kadang tanpa disadari bahwa masjid yang megah, indah, bersih, tersedianya air yang melimpah, penerangan yang cukup, sound system yang bagus, petugas khatib, imam, muadzin yang kadang juga perlu dana. Banyak orang yang tidak peduli, misalnya ketika masuk masjid ada sampah berserakan hanya bilang masjid kok banyak sampahnya, lantai masjid kotor hanya bilang masjid kok kotor, masuk tempat wudhu, hanya bilang tempat wudhu kok kotor, berlumut, airnya kecil, masuk ke thoilet hanya berkata, kok kok kotor, pesing dan licin. Harusnya kita bertanya, masjid itu punya siapa? Siapa yang bertugas merawat masjid? Dari mana sumber dana untuk perawatan masjid? Dan hal yang ringan namun belum banyak melakukan, ketika melihat sampah berserakan untuk diambil dan dimasukkan ke tempat sampah, bila lantai kotor ikut menyampu, bila tempat wudhu kotor turut membersihkan, bila thoilet berbau pesing, kotor agar turut membersihkan. Bila merasa bukan tugasnya dan merasa tidak pantas, maka perkontribusilah dengan hartanya. Bukankah Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga manusia bisa berpartisipasi dan berkontribusi dengan ucapan, perbuatan, pemikiran dan harta. 

 

Amal dilihat dari niatnya. 

Ada hal yang menarik dermawan yang datang ke masjid telah merasa mampu dan merasa puas terlayani dengan kegiatan- kegiatan ibadahnya. Ketika keluar dari masjid, disana dia menyaksikan sebagaimana di masjid yang lain menyediakan makanan, minuman. Ada makanan besar, ada makanan kecil. Semua itu disediakan bagi para jamaah secara bebas, kemudian dia melihat beraneka macam makanan, baik makanan yang berat dan makanan ringan. Namun pada dirinya tidak ada daya tarik untuk mengambil makanan tersebut, karena dia merasa sebagai orang yang mampu, sehingga dia merasa tidak berhak untuk ikut menikmati hidangan yang telah disediakan. 

 

Namun ternyata dia melihat makanan tertentu, yang nampak sangat menarik dan enak, walaupan makanan tersebut tidaklah terlalu mahal namun dalam hatinya ada rasa penasaran. Dia melihat orang sedang antri untuk mengambil namun dia tetap berlalu, ternyata dalam hatinya muncul keinginan untuk kembali, setelah berbalik arah menuju pada tumpukan makanan dia berbalik lagi, tetap merasa tidak enak dan malu. Dia melihat ada jamaah yang mengambil lebih dari satu, dan itu juga tidak dilarang, sambil menunjukkan pada temannya dia berkata lapar, dia belum sarapan dan lain sebagainya. 

 

Ternyata orang yang tertarik dengan makanan tertentu, di dalam hatinya muncul keinginan Jum’at besok akan Jumatan lagi di masjid ini, kemudian muncul lagi di dalam hatinya, bisikan di dalam hatinya saya besok mungkin ada kesempatan untuk mengambil hidangan itu. Seandainya terlaksana Jum’at berikutnya ke masjid tersebut, akan berjuang untuk melawan niat yang rendah dan tidak baik agar dapat memurnikan niat ibadah karena Allah. Janganlah niat mulia bercampur dengan niat selain untuk Allah, karena bisa jadi nilai ibadah akan mengikuti pada niatnya, sebagimana sabda rasul:

 

 إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 

 

"Sesungguhnya amalan itu hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang (berniat) hijrah kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa (berniat) hijrah karena dunia yang bakal diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya itu." (HR. Buchari: 6195) 

 

Lalu Bagaimanakah orang yang mempunyai niat untuk beribadah, tetapi juga berniat untuk mencari yang lain, di sinilah bahwa kemurnian hati itu hendaknya kita jaga, kita murnikan niat mudah-mudahan dengan niat yang baik Itulah, maka akan menjadi amal yang baik. Karena itu kalau dalam satu perbuatan tapi ternyata mempunyai dua niat otomatis antara niat yang baik dengan niat yang kurang baik itu adalah akan berimbang, maka orang yang beribadah dikhawatirkan nilai ibadahnya akan hilang, atau akan impas dengan niat dari ibadah Lillah. 

 

Lain halnya ketika orang beribadah karena Allah, beribadah tidak ada tendensi lain kecuali untuk Allah, namun ternyata mendapatkan sesuatu, maka disinilah yang disebut sebagai ziyadah bil khoir, bahwa setiap amal perbuatan kalau diniati dengan ibadah Insya-Allah akan membuahkan hasil lain sebagi tambahan. Niat ibadahnya lurus, kemudian mendapatkan nilai yang lain yang baik. Mudah-mudahan dengan niat yang lurus akan dapat meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, amin.

8/13/2021

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan, Menyambut HUT RI ke-76 Dalam Pandemi Covid-19

Bangsa Indonesia sebentar lagi akan memperingati hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-76. Kemerdekaan adalah merupakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Indonesia, kemerdekaan merupakan anugerah Allah subhanahu wa ta'ala, karena dengan kemerdekaan bangsa Indonesia terbebas dari cengkraman para penjajah. Kita feedback pada masa penjajahan, bahwa rakyat Indonesia hidup di negara sendiri, tetapi dia seperti hidup di negara lain. Negara Indonesia mempunyai sumber kekayaan yang banyak, tetapi kekayaan semuanya dikeruk uleh para penjajah. Bangsa Indonesia yang mempunyai penduduk yang cukup banyak, tetapi dari setiap penduduk diadu domba oleh para penjajah, sehingga dengan bangsanya sendiri rakyat Indonesia malah tidak Bersatu, tetapi dengan penjajah mereka berpihak sehingga mereka dicap pe*njilat, yang bahagia diatas penderitaan bangsanya sendiri.

 

Itu adalah sekelumit dari sejarah rakyat Indonesia pada masa penjajahan, semua itu terhapus ketika pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta Ir. Soekarno dengan Muhammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Sejak saat itulah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, bangsa yang mempunyai kebebasan berkarya, berpendapat, mengolah dan mempergunakan sumber daya alam untuk mewujudkan kesejahteraan hidup. 

 

Kini kemerdekaan Indonesia sudah melampaui 75 tahun, dan sebentar lagi kita akan memasuki 76 tahun kemerdekaan. Dengan bebagai macam cara bangsa Indonesia mengungkapkan rasa kegembiraannya, yaitu dengan mengadakan pembangunan, meliputi pembangunan fisik mental dan spiritual. Karena itu bangsa Indonesia dibeberapa sektor menunjukkan kemajuan, dalam sektor pendidikan, sosial, politik, ekonomi, budaya, semuanya menunjukkan kemajuan. 

 

Sejak tahun 2020 bangsa Indonesia tidak bisa mengadakan kegiatan kegiatan untuk menyambut hari ulang tahun kemerdekaan, demikian juga pada tahun 2021 yang masih dalam kondisi PPKM darurat. Maka untuk kegiatan-kegiatan guna memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tidak bisa dilaksanakan. Kita tahu bahwa dengan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan di mana-mana diselenggarakan kegiatan perlombaan yang sifatnya swadaya dari masing-masing masyarakat. Tetapi pada tahun ini dimungkinkan untuk tidak dilaksanakan, bahkan upacara benderapun, sebagai puncak hari ulang tahun kemerdekaan itu dimungkinkan diselenggarakan dengan peserta yang sangat terbatas. 

 

Karena itu dengan kondisi pandemi Covid-19 pemerintah menerapka PPKM darurat. Bagaimanakan rakyat Indonesia mengungkapkan sabar dan syukur, diantaranya: 

 

  1. Menyelenggarakan kegiatan bersih-bersih lingkungan dan dilanjutkan dengan kegiatan pemasangan bendera, umbul-umbul, rontek dan juga lampu hias, ini adalah merupakan ungkapan rasa syukur dengan nikmat kemerdekaan. 
  2. Menyelenggarakan kegiatan sosial, dimana pada waktu tahun yang lalu kita menyelenggarakan kegiatan menyambut hari ulang tahun kemerdekaan RI. Diantaranya berupa jalan sehat, beraneka macam perlombaan, pentas musik, dan kegiatan lainnya. Dari kegiatan itu semuanya tentu saja membutuhkan biaya yang cukup besar, karena itu dengan adanya PPKM maka pada tahun ini tetap diadakan pendanaan yang penggunaannya dialihkan untuk kegiatan sosial. Untuk memberikan bantuan paket sembako, masker, hand sanitizer dan lainnya. 
  3. Sebagai wujud rasa cinta kita kepada negara, adalah mengikuti himbaun dari pemerintah tentang penerapan Prokes, himbauan-himbauan tersebut yang telah dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri, Meteri Agama, Gubernur, Bupati, Lembaga Keagamaan. Himbauan tersebut adalah untuk melindungi masyarakat Indonesia, agar setiap warga negara tetap aman dan sehat, penerapan Prokes 5 M untuk tetap dilaksanakan, termasuk mengikuti program vaksinasi. 
  4. Ikut mensosialisasikan program penerapan protocol kesehatan dan memberika keteladanan. Hal ini karena masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan tingkat kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan persepsi dan sikap yag berbeda-beda pula. Karena itu bagi orang yang mempunyai kapabilitas keilmuan jangan henti-henti untuk bisa mensosialisasikan , apa yang di telah ditetapkan. Kembangkan sikap saling asah-asih dan asuh, tahan pernyataan prokvokatif yang bisa menimbulkan konflik. 
  5. Wujudkan semangat Bhinneka Tunggal Ika , kita tahu bahawa negara Idonesia terdiri dari ribuan pulau dengan suku bangsa, bahasa, adat istiadat yeng berbeda-beda namun sesungguhnya kita satu, yaitu Indonesia. 
  6. Wujudkan tholeransi antar umat beragama, kita tahu bahwa setiap agama mempunyai prinsip keyakinan yang paling esensi, sensitive. Karena itu pemeluk agama yang berbeda pahami keyakinan agamanya, laksanakan perintah agamanya dan jangan mengular keyakinan agama yang orang lain pada forum. 
  7. Wujudkan dengan rasa syukur dengan mengadakan perenungan, muhasabah, meningkatkan ibadah, memperbanyak dzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala, dengan harapan Indonesia akan terbebas dari pandemi Covid 19. Kalau duhulu bangsa Indonesia pada masa penjajahan berjuang dan berkorban dengan jiwa dan raga untuk mengusir penjajah bersifat fisik dan kelihatan, tetapi sekarang bangsa Indonesia sedang menghadapi musuh yang nyata ada, tetapi tidak kelihatan dan ini membahayakan kehidupan manusia. 
Karena itu nampak dengan jelas, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam wujud yang paling sempurna namun tetap menjadi makhluk yang lemah, Allah yang Maha kuasa menciptakan segala yang ada karena itu hanya kepada Allah kita berlindung, berserah diri dan memohon kepadanya. Karena itu dengan keterbatasan masyarakat Indonesia untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, bukan berarti bahwa kita kemudian menjadi pasif tidak ada kegiatan. Banyak kegiatan yang bisa kita terapkan di tengah-tengah masyarakat mudah-mudahan dengan kebersamaan kita saling membantu kita saling menolong bisa terwujud masyarakat Indonesia yang aman, damai sejahtera dibawah lindungan Allah SWT.

8/10/2021

Muhasabah Tahun Baru 1443 Hijriyah, Menuju Perubahan Raih Keberkahan

Tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1443 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 2021. Tahun baru Hijriyah 1443 pada tahun ini sungguh berbeda dengan tahun yang lalu. Dalam beberapa grup WA banyak orang yang bertanya, mengapa hari liburnya tanggal 11 Agustus 2021. Apakah tahun baru Hijriyahnya juga diundur menjadi tanggal 11 Agustus 2021. Inilah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Banyak komentar tentang libur atau cuti bersama diundur sehingga tidak dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2021.

Peringatan tahun baru Hijriyah bagi umat Islam adalah merupakan tonggak perjalanan sejarah umat Islam. Ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam hijrah dari Mekah ke Madinah. Dari tanah kelahiran di kota Mekah, Nabi Muhammad berjuang, berdakwah, mengajak kepada orang-orang untuk memeluk agama Islam. Perjungan dan kegigihan Rasulullah telah melalui proses yang panjang, selama 13 tahun mengajak kepada masyarakat atau penduduk Mekah yang notabennya adalah merupakan saudaranya sendiri, karena beliau dilahirkan di Mekah. Tetapi ajakan Rasulullah tidak menggetarkan hati orang-orang Mekah untuk mengikuti ajaran Islam sehingga Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dimusuhi oleh orang-orang Mekkah, bahkan ada suatu kisah bahwa Rasulullah akan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. 

 

Kondisi yang demikian ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk hijrah ke Thaif atau Madinah, disana beliau diterima secara terbuka dengan penuh persaudaraan. Di Madinah Rasulullah meletakkan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga Islam benar-benar di terima oleh masyarakat Madinah dan di sanalah kemudian Islam berkembang pesat. Ketika Rasulullah hendak kembali lagi ke Mekah dengan maksud untuk berziarah, tapi ternyata penduduk Mekah semuanya menyatakan menyerah kepada Rasulullah, sehingga dengan wasilah Rasulullah hijrah kemudian mendatangkan kebaikan. 

 

Hijrah menuju perubahan raih keberkahan. 

Hijrah adalah suatu perjalanan dari sesuatu yang tidak menyenangkan menuju kepada sesuatu yang penuh dengan harapan. Walaupun kadangkala di daerah yang baru suasana baru, apapun serba baru, karena itu kebanyakan orang yang berhijrah ada semangat religi, spiritual kemudian didukung dengan usaha yang maksimal, sehingga di tempat baru itu banyak orang yang mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. 

 

Setelah kita meninggalkan tahun 1442 Hijriyah, ini adalah merupakan perjalanan hidup manusia yang tidak akan terulang kembali. Banyak hal yang menyenangkan pada tahun 1442 H dan juga banyak hal yang merugikan atau menjadikan kita menjadi sedih, susah dan lain sebagainya. Sudah dua tahun kita berjuang menghadapi pandemi yang luar biasa, Covid- 19 yang memporak-porandakan kehidupan manusia. 

 

Karena itu kita berharap pada tahun 1443 Hijriyah akan mendapatkan keberuntungan, disingkirkan dari pandemi Covid-19 dan kita akan kembali menempuh kehidupan dengan normal. Karena itu segala peristiwa yang dialami manusia baik itu susah, bahagia, baik, buruk, menguntungkan, merugikan adalah suatu masa yang sudah kita lalui . Dan masa yang sudah berlalu tidak akan bisa kembali lagi, kecuali kita hanya bisa mengulang kembali rencana-rencana yang sudah dilakukan pada tahun 1442 H. Yang baik diulang kembali, usaha dan ikhtiarnya disusun dalam bentuk perencanaan dan kita berharap bahwa pada tahun yang akan datang menjadi tahun yang penuh dengan keberuntungan. Allah SWT mengingatkan di dalam Alquran surah Al Hasyr ayat 18:

 

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 

 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. 

 

Di dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kepada orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang taat terhadap perintah Allah, orang-orang yang menjauhi atau menghindari dari segala perbuatan yang tidak baik dan orang-orang yang berpegang teguh pada perintah Allah dalam kondisi apapun. Allah mengingatkan agar memperhatikan apa yang sudah dilakukan pada masa yang akan datang, “wal tandzur nafsun maqodaamat lighod”. 

 

Masa adalah kondisi waktu yang berkaitan erat dengan manusia, karena itu masa ada tiga macam, 1) masa lalu adalah masa yang sudah kita lakukan, masa yang tidak akan bisa kembali lagi, segala peristiwa yang telah terjadi tidak akan kembali, menurut Imam Al Ghozali bahwa masa lalu adalah masa yang paling jauh. Dikejarpun akan semakin menjauh. 2)masa sekarang adalah masa yang sedang dijalani, pada saat ini sedang melakukan perintah Allah atau kita sedang melaksanakan larangan Allah. Kalau sedang melaksanakan perintah Allah berarti kita sedang mentaati apa yang menjadi ketentuan ciptaan Allah. Bahwa manusia diciptakan sebagai abdullah dan sebagai khalifatullah, keduanya menyatu pada diri manusia. Keduanya menjadi symbol kesempurnaan setiap muslim. 3)Masa yang akan datang, adalah masa yang belum kita lakukan, masa yang masih dalam perencanaan. Bisa jadi masa yang akan datang adalah merupakan masa yang penuh dengan kebahagiaan. 

 

Pada dasarnya semua orang itu bercita-cita, berharap agar masa yang akan datang adalah masa yang menguntungkan, masa yang mendatangkan kebahagiaan. Kita tidak ingin adalah masa yang akan datang menjadi masa yang penuh dengan penderitaan. Karena itu, agar masa yang akan datang, menjadi masa yang membahagiakan, maka Allah memerintahkan agar kita memikirkan apa yang sudah kita lakukan pada masa yang akan datang. Semua kejadian menjadi hikmah yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perbuatan pada masa yang akan datang. 

 

Karena itu sebaik-baik kita itu adalah yang selalu mentaati terhadap perintah Allah, karena bila seorang mukmin selalu taat, patuh dengan perintah Allah, melaksanakan perintah-Nya dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan istiqomah, maka orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan. Jangan takut dan khawatir Allah akan melalaikan hamba-Nya. Karena kalau tidak ditemukan dalam kehidupan dunia maka masih berharap bahwa Allah menunda kebahagiaan dan akan dikembalikan kelak di hari Kiamat.

 

 يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْۗ فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ 

 

 “Pada hari itu manusia keluar (dari kuburnya) dalam keadaan terpencar untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatan mereka. Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya”. (QS. Al Zalzalah: 6-8) 

 

Banyak orang yang hidupnya serba kekurangan, tetapi dia mempunyai rasa kecukupan, sehingga lebih taat terhadap perintah Allah, sebaliknya bahwa di dalam mengarungi kehidupan ini ada yang hidupnya penuh dengan kemaksiatan, selalu melakukan larangan Allah, perintah Allah ditinggalkan namun dalam hal kehidupan duniawi justru bergelimang, hidupnya dimuliakan oleh Allah. Bahkan dalam urusan keduniawian dia mempunyai kelebihan dibanding yang lainnya. Dengan kejadian itu jangan kemudian berkesimpulan, bahwa orang yang taat kepada perintah Allah, hidupnya tidak bahagia dan sebaliknya orang yang menentang perintahnya Allah, tak pernah melakukan perintah Allah, hidupnya akan bahagia. 

 

Allah akan menguji hambanya dengan berbagai macam cara bisa dengan mengurangi atau menghilangkan atas apa yang diberikan Allah:

 

 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ 

 

”Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”, (QS. Al Baqarah: 155) 

 

Allah menguji hamba-Nya dengan harta kekayaan yang melimpah, menurut riwayat ada salah seorang umat nabi Musa yang bernama Qarun, ia hidup miskin, serba kekurangan. Dia minta kepada nabi Musa agar didoakan menjadi orang yang kaya, yang akan digunakan untuk beribadah kepada Allah. Nabi Musa mendoakan dan jadilah dia orang yang kaya raya,

 

 اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ 

 

Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. (QS. Al Qashash: 76). 

 

Sejarah kejadian umat-umat yang terdahulu, telah nyata dan memberikan petunjuk kepada kita, bagaimanakah kita bisa menyikapi dan mengambil hikmahnya. Kemulian umat terdahulu menjadikan bertambah rasa syukurnya kepada Allah, namun ada juga yang justru membanggakan diri, menganggap bahwa apa yang diperoleh merupakan usahanya sendiri sehingga kemudian Allah membalas dengan siksanya. Dan siksa Allah benar-benar ada dan diberikan kepada hamba-nya. Sebagai orang yang beriman tidak perlu mencoba merasakan azab Allah karena perilaku durhakanya, namun carilah berkah dan rahmat Allah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah.

 

 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ 

 

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7). 

 

Tak perlu mempersoalkan bahwa tahun baru Hijrah tanggal merah namun tidak libur, dan liburnya diundur menjadi tanggal hitam, dari hari Selasa digeser menjadi hari Rabu, dari tanggal 10 digeser menjadi tanggal 11. Setiap perubahan pasti ada kebijakan, setiap kebijakan pasti ada dasar dan alasannya dengan tujuan untuk kemaslahatan, kesehatan dan keselamatan umat manusia. Esensi tahun baru adalah mengambil nilai-nilai hijrah, hijrah dari kemaksiatan menuju kebaikan, hijrah dari kemunkaran menuju kemaslahatan, hijrah dari kemiskinan menuju kecukupan, hijrah dari kebodohan menuju kecerdasan, hijrah dari kegelapan menuju cahaya terang benderang.

7/29/2021

Perketat, Pertegas Upaya Memutus Penyebaran Covid-19, SE Menag RI Nomor 21 Tahun 2021

Pandemi Covid -19 sungguh telah merubah tatanan kehidupan masyarakat, termasuk dengan adanya pandemi Covid- 19 maka pemerintah menetapkan PPKM. Dari pelaksanaan PPKM yang yang semula tanggal 3 sampai 20 Juli 2021, kemudian diundur menjadi tanggal 26 Juli 2021 dan kemudian diundur lagi sampai tanggal 2 Agustus 2021.

Dengan pengunduran pelaksanaan PPKM, membawa akibat terhadap penggunaan rumah ibadah untuk kegiatan ibadah dan keagamaan. Yang semula pada masa PPKM suatu wilayah yang masuk pada level 3 dan 4 tidak menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan kegiatan berjamaah, kemudian pemerintah mengeluarkan lagi kebijakan dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 21 tahun 2021, ada kelonggaran yang telah ditetapkan pemerintah bahwa untuk kegiatan beribadah. Untuk daerah yang termasuk dalam kategori level 14 tetap tidak diperkenankan untuk menyelenggarakan kegiatan peribadatan di rumah ibadah tetapi pada wilayah yang masuk dalam kategori level 3 diperkenankan untuk melaksanakan kegiatan peribadatan dengan jumlah peserta paling banyak 25% dari kapasitas atau 20 orang jamaah dengan menetapkan protokol kesehatan secara ketat. 

 

Setiap kebijakan perlu pengawalan semua komponen masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat hendaknya terdapat satu pemahaman, berkomitmen untuk mematuhi Prokes yang telah ditetapkan. Sehingga dari mereka akan melakukan edukasi pada masyarakat. Kita sadar bahwa masyarakat banyak yang sudah merasa jenuh dengan dengan Prokes dan ingin kembali beraktifitas normal. Namun sesungguhnya pengetahuan manusia itu sangat terbatas, satu orang bisa faham dengan satu urusan namun buta atau berpengetahuan sedikit dengan urusan yang lain. Sebagaimana penyebaran virus corona dengan varian yang baru dan lebih membahayakan perlu terus digencarkan, agar masyarakat faham dan dengan kesadaran mengikuti himbauan pemerintah. 

 

Aku sehat mereka sehat, aku selamat mereka selamat, bahu-membahu, bergotong royong, saling mengingatkan. Masalah bersama untuk diatasi secara bersama-sama.

7/26/2021

Tanggulangi Penyebaran Covid-19, Pemerintah Keluarkan SE Menteri Agama nomor 20 tahun 2021

Bahwa dengan pertimbangan bahwa Covid-19 saat ini mengalami peningkatan dengan munculnya varian baru yang lebih berbahaya dan menular secara cepat, maka pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Agama nomor 20 tahun 2021 tentang penerapan protokol kesehatan 5 M dan pembatasan kegiatan peribadatan/ keagamaan di tempat ibadah pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 3 dan level 4 corona virus disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali serta pada masa perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro.

Surat Edaran Menteri Agama nomor 20 tahun 2021 lebih menekankan kepada pengelolaan tempat ibadah, dimana untuk pengelolaan tempat ibadah ada tiga ketentuan yang perlu dijadikan pedoman: 

 

  1. Tempat ibadah di kabupaten atau kota pada wilayah Jawa dan Bali dengan kriteria level 3 dan level 4 tidak mengadakan kegiatan peribadatan/ keagamaan berjamaah atau kolektif selama masa penerapan PPKM dan mengoptimalkan peribadatan di rumah. 
  2. Tempat ibadah di kabupaten atau kota pada zona oranye dan zona merah tidak mengadakan kegiatan peribadatan atau keagamaan berjamaah atau kolektif selama masa penerapan PPKM mikro dan mengoptimalkan peribadatan di rumah. 
  3. Tempat ibadah di kabupaten atau kota pada zona hijau dan zona kuning menerapkan protokol kesehatan 5 M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, membatasi mobilitas dan interaksi, menjauhi kerumunan) secara lebih ketat sesuai dengan ketentuan. 

 

Untuk pengelolaan tempat ibadah ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu pertama yang berkaitan dengan pengelola tempat ibadah dan kedua pada jemaahnya: 

 

I. Pengelola tempat ibadah: 

 

  1. Menyediakan petugas untuk menginformasikan serta mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan 5 M. 
  2. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh untuk setiap jamaah menggunakan alat pengukur suhu tubuh (thermogun) 
  3. Menyediakan hand sanitizer dan sarana mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. 
  4. Menyediakan cadangan masker medis. 
  5. Melarang jamaah dengan kondisi tidak sehat mengikuti pelaksanaan kegiatan peribadatan atau keagamaan. 
  6. Mengatur jarak antar jamaah paling dekat 1 meter dengan memberikan tanda khusus pada lantai halaman atau kursi. 
  7. Tidak menjalankan/ mengedarkan kotak amal/ infaq, kantong kolekte dana punia ke jamaah. 
  8. Memastikan tidak ada kerumunan sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan peribadatan/ keagamaan dengan mengatur akses keluar dan masuk jamaah. 
  9. Melakukan desinfektan ruangan pelaksanaan kegiatan peribadatan atau keagamaan secara rutin. 
  10. Memastikan memiliki ventilasi udara yang baik dan sinar matahari masuk ke tempat ibadah dan apabila menggunakan air conditioner (AC) wajib dibersihkan secara berkala. 
  11. Memastikan kegiatan peribadatan/ keagamaan hanya diikuti oleh jamaah paling banyak 30% dari kapasitas tempat ibadah. 
  12. Melaksanakan kegiatan peribadatan/ keagamaan paling lama 1 jam. 
  13. Memastikan pelaksanaan khutbah, ceramah, tausiah wajib memenuhi ketentuan: 
  • a. Khatib/ penceramah/ pendeta/ pastur/ pandita/ pedanda/ rohaniawan memakai masker dan pelindung wajah (faceshield) dengan baik dan benar. 
  • b. Khatib/ penceramah/ pendeta/ pastur/ pendeta/ pedanda/ rohaniawan menyampaikan khutbah dengan durasi paling lama 15 menit. 
  • c. Khatib/ penceramah/ pendeta/ pastur/ pendeta/ pedanda/ rohaniawan mengingatkan jamaah untuk selalu menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan. 

 II. Ketentuan pengelolaan tempat ibadah yang kedua adalah berkaitan dengan jemaah: 

 

  1. Menggunakan masker dengan baik dan benar. 
  2. Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan menggunakan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer. 
  3. Menjaga jarak dengan jamaah lain paling dekat 1 meter. 
  4. Dalam kondisi sehat atau suhu badan dibawah 37 derajat celcius. 
  5. Tidak sedang menjalani isolasi mandiri. 
  6. Membawa perlengkapan peribadatan/ keagamaan masing-masing (sajadah, mukena dan sebagainya) 
  7. Menghindari kontak fisik atau bersalaman. 
  8. Tidak baru kembali dari perjalanan di luar daerah. 
  9. Yang berusia 60 tahun keatas dan ibu hamil disarankan untuk beribadah beribadah di rumah. 

 

Demikian bahwa untuk menanggulangi atau memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang sampai diterbitkannya Surat Edaran Menteri Agama nomor 20 tahun 2021, Covid-19 masih belum berhenti, sehingga diupayakan untuk melakukan kegiatan secara terpadu khususnya bagi umat beragama di dalam melaksanakan peribadatan di rumah ibadah. 

 

Di tempat ibadah sudah menjadi kebiasaan, di sana terjadi perkumpulan masyarakat yang cukup banyak dari jamaahnya masing-masing. Oleh karena itu untuk menghindari adanya kluster terbaru di dalam pelaksanaan ibadah, pemerintah menghimbau dengan melalui surat edaran yang secara terus-menerus dikeluarkan. Surat Edaran sebagai langkah atau tindakan untuk turut serta membantu masyarakat agar terjamin rasa aman keselamatan bagi masyarakat. Karena itu Dengan adanya Surat Edaran dari Menteri Agama ini diupayakan untuk dilakukan sosialisasi secara terpadu melalui tokoh agama, tokoh masyarakat sehingga di sana akan terjadi sikap saling kesinambungan, saling melengkapi, agar upaya pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 benar-benar bisa terlaksana. 

 

 

7/19/2021

Wujudkan Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Keluarga dari Ancaman Covid-19, Khutbah Idul Adha 1442 H

Shalat Idul Adha 1442 H kita laksanakan di rumah, mudah-mudahan menambah keberkahan, dan bisa menghindarkan keluarga dari penyebaran virus corona yang mengancam kehidupan manusia. Karena itu mudah-mudahan pengurban kita menambah bobot iman dan taqwa kepada Allah SWT.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 اَللهُ أَكْبَرُ ×٩كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِّيَ بَعْدَهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd. 

Keluargaku yang berbahagia 

 

Tidak ada wasiat yang lebih utama kecuali wasiat iman dan taqwa kepada Allah , karena itu marilah kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah yaitu dengan melaksanakan perintah perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga kita senantiasa diberikan rahmat dan keberkahan oleh Allah, sehingga kita selalu ikhlas sabar dan istiqomah di dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. 

 

Keluargaku yang berbahagia, pada kesempatan pagi hari ini, kita sekalian melaksanakan salat Idul Fitri Idul Adha tidak seperti tahun-tahun yang lalu, bahwa kita melaksanakan shalat di masjid atau kadang kita melaksanakan di lapangan terbuka. Namun pada tahun ini dengan penuh keterpaksaan, demi melaksanakan aturan dari pemerintah sebagai upaya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan dan kesehatan dari ancaman virus corona, maka shalat kita laksanakan di rumah. Mudah-mudahan dengan shalat yang kita laksanakan, rumah kita akan bertambah keberkahan, sakinah dan sekaligus bisa mengusir aura negatif yang berada di rumah kita ini. Karena pada kesempatan khutbah ini, kita mengagungkan asma Allah, mentauhidkan Allah dan memuji kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu rasa takdzim kita kepada Allah, mudah-mudahan Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita sekalian. 

 

 Keluargaku sekalian yang saya cintai. 

Kita berharap bahwa Idul Adha ini menjadi moment untuk berkumpul bersama keluarga, menyatukan persepsi bahwa keluarga adalah cikal bakal dari keberadaan masyarakat, bangsa dan negara. Keluarga yang baik akan menentukan kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Allah subhanahu wa ta'ala telah mengingatkan kepada kita sekalian:

 

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا 

 

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS. At Tahrim: 6) 

 

Ketika kita masih hidup di alam dunia, kita masih bisa saling menolong, ketika diantara kita sedang mengalami kesulitas dan kesusahan. Namun di akhirat kelak semua orang akan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, anak lupa dengan orang tua, orang tua lupa terhadap anak, apalagi terhadap orang lain, sebagaimana firman Allah SWT:

 

 فَاِذَا جَاۤءَتِ الصَّاۤخَّةُ ۖ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ 

 

“ Maka, apabila datang suara yang memekakkan (dari tiupan sangkakala), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, (dari) ibu dan bapaknya, serta (dari) istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya”. (QS. Abasa: 33-37) 

 

Karena itu saya mengajak, marilah kita pahami, dalami agama dan kita laksanakan agama dengan sebaik-baiknya. Memeluk agama Islam adalah merupakan hidayah Allah, memeluk agama Islam adalah itu merupakan anugerah yang tidak terkira, karena seluruh amal ibadah yang telah dan akan kita laksanakan akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala, sebagaimana Allah SWT dalam Alquran surat Ali Imran ayat 85:

 

 وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ 

 

“Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi”. Mudah-mudahan kita menjadi umat nabi Muhammad, sebagai penerus syariat nabi Ibrahim, agama tauhid, sehingga perilaku kita sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Kita akan termasuk kategori orang-orang yang selamat dalam agama, dunia dan akhiratnya, amin ya robbal ‘alamin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

 الخطبة الثانية

 

 اَللهُ أَكْبَرُ ×٧ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُلِلَّهِ مُعِزِّ مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّقَاهُ, وَمُذِلِّ مَنْ أَضَاعَ أَمْرَهُ وَعَصَاهُ.أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَا ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ وَعَلَى أَلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِناَ اِبْرَا هِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ. أَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَا رِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ