Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

2/04/2021

Jaga Lisan, Ucapan Adalah Ekspresi Hati

Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda jika beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik bila tidak bisa berkata yang baik maka lebih baik diam. Ucapan adalah satu hal yang sangat bermakna bagi manusia, ucapan yang baik akan menimbulkan akibat yang baik, sebaliknya ucapan yang tidak baik maka akan menimbulkan akibat yang tidak baik.


 

Terhadap teman ada kalanya kita mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak perlu diucapkan, tapi kadang kala tanpa disengaja atau mungkin disengaja atau bisa jadi menurut dia adalah suatu hal yang wajar tetapi bagi lawan bicara adalah menimbulkan sesuatu yang tidak enak. Ada seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, tentu yang diharakan dari pertemuan itu akan mendatangkan kebahagiaan, bahkan diantara teman akan saling menghargai dan membanggakan. Namun tidak dengan teman ini, dia justru mengucapkan kata-kata “kamu kok masih tetap kecil, kamu kok masih tetap kurus, kamu kok nampak pucat”. Perlukah ucapan demikian ini diucapkan kepada temannya yang baru di bertemu, apalagi ketika pertemuan atau ucapan itu bersamaan dengan teman-teman yang lainnya.

Sesungguhnya hal yang demikian ini tidak perlu di ucapkan, karena dengan teman yang sudah lama tidak bertemu yang seharusnya bisa menunjukkan rasa simpatik. Bisa jadi hal ini menjadi momentum untuk melepaskan rasa rindu, rasa ingin bertemu dengan temannya untuk menyampaikan atau memberikan sambutan dan respek yang baik. Tetapi kesan yang pertama kali muncul justru hal yang tidak mengenakkan di mana temannya mengucapkan kata-kata yang tidak sempatasnya untuk diucapkan. Rasa kesal dan justru akan merendahkan martabatnya sebagai manusia yang bertabat buruk.

Hal yang demikian ini tentu saja perlu kita berhati-hati, karena melihat apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW, barang siapa beriman dan bertakwa kepada Allah maka berkatalah yang baik, kalau tidak bisa berkata yang baik maka lebih baik diam. Bahkan dalam Alquran Allah berfirman:


 

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al Baqarah: 263)

Begitu bernilainya ucapan yang baik, sehingga menjadi kebaikan yang melebihi nilai pahala shadaqah yang diikuti dengan menyakiti. Karena itu menjaga lisan adalah yang penting agar ucapannya akan mendatangkan kebaikan. Lidah tidak bertulang, tapi ucapannya bisa lebih keras dari tulang, lebih tajam dari pada pisau. Setiap ucapan yang telah keluar tidak bisa ditarik kembali, setiap ucapan merupakan ekspresi dari hati. Hati yang mulia maka ucapannya akan lebih baik dan mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan.

1/27/2021

Low Profile Manajemen Diri Dalam Komunitas

Dalam suatu komunitas setiap orang akan tampil dengan perfoma dirinya sendiri, akan menunjukkan bahwa dirinya eksis dan bahkan menunjukan bahwa dirinya mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dibanding dengan yang lain. Sadarkah dengan perilaku dan perbuatannya itu, tentu ada yang disengaja bahkan menjadi suatu ambisi agar dirinya dianggap lebih tahu, sehingga akan menjadi rujukan bagi anggota komunitas yang lain. Bila kita saksikan dalam panggung politik, retorika, ucapan dan janji menjadi upaya untuk meraih suatu ambisi, bahkan terkadang terdapat hal-hal yang tidak mungkin untuk dilakukan akhirnya menjadi tuntutan untuk dilakukan. Bahkan suatu yang harus dijawab tidak kemudian menjadi ya, dan sesuatu yang harus dilakukan ternyata menjadi suatu yang muskil untuk dilakukan.

gambarPernah dalam suatu komunitas ada seorang yang berprinsip untuk bersikap apa adanya, low profile, tidak mengada-ada namun tetap dalam komitmen untuk mentaati aturan dalam suatu komunitas atau organisasi. Ketika orang lain berbicara tentang kelebihannya, keahliannya, kemampuan, bahkan aset dan kekayaannya dia berupaya untuk menyembunyikan kelebihan yang dimiliki, bukan karena rendah diri, namun tetap mencermati akan kemampuannya dengan menerapkan perilaku yang integratif, komitmen dan tanggung jawabnya.

Seiring dengan perjalanan waktu ternyata dia menjadi sosok yang dikagumi bahkan menjadi sumber inspirasi bagi yang lain. Kekaguman dari suatu komunitas bukan suatu retorika namun sungguh menjadi suatu sikap dan perbuatan yang berkesan dan mempunyai unsur kesamaan dengan komunitas yang lain, sehingga menjadi suatu kesepakatan yang muncul dari hati setelah menyaksikan sikap dan perbuatannya yang bisa dijadikan sebagai teladan.

Sikap yang demikian ini jauh hari telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW, bagaimana ketika beliau masih kecil, dalam lingkungan pergaulan bersama dengan teman-temannya. Beliau telah menjunjukkan sikap dan karakter yang berbeda dengan komunitas teman-temannya. Bagaimana ketika teman-temannya suka berjudi, mabuk-mabukan, berkelai beliau menjukkan sikap yang bijaksana, tidak turut serta kepada teman-temannya yang berperilaku jelek tersebut. Sehingga dalam komunitasnya beliau dipanggil dengan sebutan Al Amin, suatu gelar kehormatan yang tidak diberikan kepada teman-temannya. Hal ini karena rasa simpatik dari khalayak yang telah melihat dengan mata dan menjadi kebiasaan Rasulullah yang selalu berperilaku baik, jujur, dapat dipercaya dan tidak pernah berdusta. Ketika beliau menyaksikan kesesatan dan kejahatan dalam masyarakat yang semakin menggejala maka beliau memilih untuk beruzlah, guna mendapatkan ketenangan dan petunjuk.

Tanda-tanda sebagai pemimpin umat dan menjadi pilihan Allah untuk diutus sebagai rasul terakhir. Dalam hal ilmu pengetahuan beliau bukan orang yang berpendidikan, karena beliau tidak bisa membaca dan menulis. Allah memilih-Nya dari masyarakat desa yang biasa bekerja keras, sejak kecil telah terbiasa dengan menggembala kambing. Kondisi yang panas, haus dan lapar menjadi hal terbiasa, sehingga ketika lapar beliau meletakkakan batu pada perutnya untuk mengganjalnya. Beliau adalah anak yatim, sehingga sejak kecil telah terlatih dengan hidup untuk berjuang dan berkurban. Beliau mengajarkan tata cara memasak dengan memperbanyak kuahnya, yang dimaksudkan agar memberikan hasil masakannya kepada tetangga sebelahnya. Karena bisa jadi tetangga sebelah berada dalam kekurangan, dan akan turut merasakan makan yang enak bukan dari baunya saja.


Konsep menajemen diri.

Manusia sebagai makhluk pribadi ingin selalu eksis dalam masyarakat, diakui keberadaannya bahkan dapat dijadikan panutan. Bila meniru perilaku Rasulullah, beliau telah melakukan apa yang dikatakan, jadi tidak sekali-kali beliau mengatakan kecuali telah dilaksanakan. Sehingga Rasullulah benar menjadi figur uswatun hasanah, yaitu pribadi yang dapat dijadikan sebagai teladan.

Dalam suatu komunitas hendaknya jangan terlalu berlebihan terhadap dirinya sendiri, memaksankan diri untuk menjadi yang terbaik namun tidak diimbangi dengan sikap dan perilaku. Karena sesungguhnya iman merupakan aktualisasi dari keyakinan yang diwujudkan dengan amal perbuatan. Antara hati, lisan dan amal adalah menjadi satu kesatuan.

Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, tidak ada manusia yang sempurna kecuali orang yang bisa mengakui kelebihan dan kemampuan orang lain. Tidak ada manusia yang paling baik kecuali yang selalu berupaya untuk mencari kebaikan dan merealisasikan syari’at dan norma agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Komitmen, tanggung jawab dan keteladanan menjadi kepribadian yang selalu diperjuangkan.

Manusia adalah makhluk yang berke-Tuhan-an, karena itu mengingat pada sejarah penciptaan manusia, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia agar mereka menyembah kepada Allah. Implementasi penyembahan adalah dengan mentaatai semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang beriman yang senantiasa menyembah kepada Allah. Semua perintah dan larangan Allah pasti ada hikmahnya, setiap perintah pasti akan mendatangkan kemaslahatan baik di dunia dan di akhirat. Demikian juga setiap larangan Allah juga pasti ada hikmahnya. Mengapa Allah memerintahkan untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan dan melaksanakan haji. Perintah ini bersifat global, masih banyak perintah Allah yang mempunyai kekuatan hukum sebagai wajib, sunnah atau mubah. Demikain pula larangan Allah mulai dari haram, makhruh, subhat.

Allah melarang minum-minuman keras, berjudi, zina, membunuh, durhaka pada orang tua dan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya, pasti mengandung hikmah. Namun seandainya dalam waktu singkat, nyaris belum ada bedanya, bukan berarti sama saja. Karena dalam waktu yang lama setiap perilaku jahat pasti akan menimbulkan musibah, bencana, mala petaka bahkan kehancuran dalam kehidupan dunia. Dan dalam pengadilan Allah kelak di hari qiyamat akan menjadi hamba Allah yang akan dikumpulkan kepada golongan makhluk jahad yang selalu ingkar terhadap Allah SWT.

Manusia makhluk dua dimensi, manusia terdiri dari jasat dan ruh. Kehidupan manusia tidak akan berakhir setelah terjadi kematian, setiap manusia akan dibangkitkan pada hari qiyamat untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannnya. Di akhirat akan diperlihatkan keadilan Allah, tidak ada manusia yang teaniaya karena telah melakukan kebaikan dan tidak ada yang akan memperoleh kebahagiaan karena telah melakukan kejahatan. Setiap manusia akan bertanggung jawab kepada Allah atas perbuatannya, tidak ada persahabatan, tidak ada persekongkolan, semua orang akan sibuk memikirkan urusannya sendiri-sendiri. Orang tua lupa pada anak, anak lupa pada orang tua, suami lupa pada istri dan sebaliknta istri lupa pada suaminya.

Untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di akhirat maka harus terdapat keseimbangan dalam kehidupan dunia untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Di dunia manusia menjadi khalihatul ard (wakil Allah di bumi) untuk menjaga, mengatur, memelihara, melestarikan dan menggunakannya. Karena itu sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberikan manfaat. Alam semesta telah disediakan bagi kehidupan manusia, karena itu perkuat eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

1/23/2021

Do’a Untuk Sahabat-Sahabatku, Semoga Allah Mengampuni Dosa dan Kesalahan Mereka

Pada hari Jum’at 22 Januari 2021 kembali saya kehilangan sahabatku, Ustadz Misbachul Huda dia salah seorang Penyuluh Agama Islam Kabupaten Batang Jawa Tengah, dia juga seorang pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Kemiri Barat Subah Batang. Sebelum itu beberapa orang sahabatku, mungkin juga sahabat-Mu telah dipanggil oleh Allah. Dalam masa pandemic Covid-19, virus yang menyebar ke seluruh penjuru dunia hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda bosan menghuni jagat raya ini. Banyak orang termasuk sahabat-sahabatku terpapar oleh Covid-19 ada yang sembuh dan ada yang tidak tertolong. Ada beberapa sahabatku yang tidak tertolong seperti H. Wondo Wiseno, Hj. TitikHerni Toviptiati, Amin Witdarto dan yang lainnya yang telah dipanggil Allah SWT.

 

Ada beberapa sahabat yang jarang bertemu namun tetap mempunyai kesan yang mendalam, dari tempat tinggal yang berbeda dan jauh sehingga tidak memungkinkan untuk selalu dan sering bertemu, ada yang baru saja saling mengenal ada pula yang sering bertemu. Ternyata disanalah pernah bertemu dan tidak akan pernah ketemu lagi, kecuali dari akhlaq dan perilakunya yang sering mengingatkan pada mereka. Dari beberapa sahabatku itu ada yang masih muda ada yag sudah hampir tua, andai suruh memilih, dalam setiap persahabatan ada perpisahan dan ada pertemuan.

Dalam do’aku untuk sahabat-sahabatku yang sedang sakit, tetaplah optimis, bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Mungkin ini menjadi secercah harapan sahabatku untuk bangkit dan merasa mendapat dukungan moril. Sahabatku semoga segera sembuh, dapat sehat dan pulih seperti sedia kala. Semoga segera dapat beraktifitas kembali, harapan dan doaku untuk sahabat-sahabatku. Sehingga jika bisa menentukan sendiri tentu ingin sahabat-sahabatku segera sehat, namun dalam setiap keinginan, harapan dan doa yang dipanjatkan , hanya bisa memohon tidak mengetahui qadha dan qadar Allah. Bahwa manusia lahir telah ditentukan rizqi, jodoh dan pati, kapan manusia menemui ajalnya, manusia tidak kuasa untuk mengajukan atau menunda, semua sudah menjadi ketentuan Allah.

Jika kepergian sahabat-sahabatku itu, aku merasa kehilangan apalagi bagi keluarganya, anak, istri, suami dan keluarganya yang lebih sering dalam berinteraksi, mereka tinggal dalam satu rumah, suka-duka. Karena itu dalam perpisahan untuk selama-lamanya kami hanya mendoakan semoga mereka diampuni dosa dan kesalahannya dan ditempatkan dalam tempat yang terpuji.

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَهمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَعْفُ عَنْهُمْ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُمْ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُمْ، وَاغْسِلْهُمْ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِمْ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُمْ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِمْ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِمْ، وَأَدْخِلْهُمْ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُمْ مِنْ عَذَا بِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Selamat jalan sahabat-sahabatku, Engkau adalah sahabat-sahabat yang baik, semoga kesaksianku bisa menambah bekal dalam menghadap Allah SWT, amin.

1/21/2021

Waspada kelawan Teka lan lungane Musibah

Waspada kelawan Teka lan lungane Musibah

 

 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

 

Kaum Muslimin Jema’ah Jum’ah ingkang minulya 

Pertama lan ingkang paling utama kawula tansah wasiat dhateng pribadi kula piyambak lan sumrambah dhumateng penjenengan sedaya, mangga kita tansah ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Mugi-mugi kita tansah dipun paring pitedah lan kekiatan, istiqomah, ikhlas lan sabar anggen kita nindakaken amal ibadah, selaras kalian dhawuhipun Allah lan utusanipun, amin. 

 

Manungsa dipun ciptakaken dening Allah, sampun dipun cekapi kalian raos bingah lan susah. Menawi sawek nampi kenikmatan saking Ngarsa Dalem Allah badhe tuwuh raos bingah, kosok wangsulipun menawi sawek nambi balak, musibah, bencana, dipun suda bandha, nyawa, putra lan sanesipun badhe tuwuh raos susah. Bungah, susah, musibah lan bencana punika sampun dados Sunnatullah. Allah badhe ngambali malih kawontenan ingkang sampun nate kedadosan ing wekdal ingkang sampun kapengker badhe dipun paringaken dhateng makhlukipun Allah ing wekdal sapunika lan wekdal ingkang badhe dhateng. 

 

Musibah banjir, siti gugruk ing tahun ingkang sampun kapengker sampun asring kedadosan, ing tahun punika khususipun ing wulan Januari sampun kathah wilayah ingkang banjir, siti gugruk sahingga nuwuhaken raos susah. Musibah ing wayah jawah arupi banjir, siti gugruk, lisus. Manawi ing wekdal panas boten wonten jawah musibahipun arupi kobongan wana lan hutan. Ing wulan punika wonten musibah malih inggih punika dhawahipun pesawat Sriwijaya Air. Musibah arupi pandemi Covid-19 dereng sirna dipun tambah kalian musibah lan bencana sanesipun. 

 

Kanthi mekaten sampun sak mesthinipun menawi kita sami muhasabah, niti-niti dhateng awakipun piyambak-piyambak dosa lan kalepatan punapa ingkang sampun kita tindakaken. Wontenipun dhawuhipun Allah punapa sampun dipun tindakaken kanthi saestu, semanten ugi wontenipun awisanipun Allah punapa sampun dipun hindari. Kejawi kita gatosaken sebab-sebab saking alam ugi kita gatosaken perkawis spiritual, inggih punika kanthi ningkataken anggenipun ngibadah. Donga mawon dereng cekap, kejawi dipun kantheni kalian nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Lan nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah inggih dereng cekap kejawi dipun tingkataken kualitas lan kuantitasipun. 

 

Kuantitas ateges kathahipun anggenipun nindakaken ibadah, contonipun nalika nindakaken shalat gangsal wekdal, punika kuwajiban ingkang kedah dipun tindakaken. Kejawi wonten ibadah wajib inggih wonten ibadah sunnah, kados shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, hajat, tahajjud, istikharah lan shalat-shalat sunnah sanesipun prayogi dipun tindakaken. Jalaran sedaya dhawuhipun Allah lan rasulipun mesthi wonten hikmahipun. Saking kathahipun anggenipun nindakaken ibadah sak mangke badhe mujudaken kualitas shalat, tegesipun ngibadah kanthi ikhlas, istiqomah, khusuk, khudhuk. Ibadah kejawi dipun landasi kalian nyekapi syarat lan rukunipun, ananging kedah dipun tindakaken kanthi iklas lan sadar. Musibah banjir lan siti gugruk menawi dipun gatosaken amargi akibat saking pokalipun manungsa, Allah SWT sampun paring pirsa:

“Wis pratela (anane) kerusakan ing daratan lan segara disebabake kerana tumindake tangan-tangan manungsa, kerana Allah ngicipake marang dheweke kabeh saperangan saka (akibat) dheweke kabeh, supaya dheweke kabeh padha bali (tumuju dalan kang bener). (QS. Arrum. 41) 

 

Kaum Muslimin Jema’ah Jum’ah ingkang minulya 

Menawi kita gatosaken saking pokalipun manungsa inggih punika: 

1. Musibah banjir punika dipun sebabaken mampetipun dalaning toya lan ugi boten wonten panggenan kagem nyedot toya. Dalaning toya, got lan saluran sami mampet amargi kesumpelan kalian sampah, kathah sampah sami nyumpeli dalaning toya. Mekaten punika amargi kathah para manungsa sami bucal sampah wonten kali lan got, shingga menawi pas jawah boten wonten magi kangge milinipun toya. 

2. Siti gugruk punika amargi tanemanipun dipun potong lan boten dipun tanemi malih, ngagem taneman ageng ingkang saget nyangga siti lan toya. Wonten ayat Alquran punika sampun pratela nyata, amargi pokalipun manungsa ingkang damel rusak dhateng alam sahingga akibatipun Allah paring mapinten-pinten balak, musibah lan bencana. Allah paring pemut supados sami kondur malih dhateng margi ingkang leres. Allah sampun ngendika wonten Alquran surat Al A’rof ayat 168:

“Lan Ingsun coba dheweke mau kelawan (nikmat) kang bagus-bagus lan (balak) kang ala-ala, supaya dheweke padha bali (marang kang bener)”. (QS. Al A’rof: 168) 

 

Allah paring cobi dhateng kawulanipun saget kanthi perkawis ingkang ngremenaken, perkawis ingkang sae. Amargi sedaya kenikmatan saking ngarsa dalem Allah, ngengingi sehat, waras, panjang yuswa, bandha, putra, pangkat lan jabatan punapa sampun dipun ginakaken kangge nindakaken kesahenan. Sampun saget nambah raos syukur dhateng Allah? Amargi kathah tiyang ingkang dipun paring kanugrahan punika malah tebih kalian Allah.

“Akeh-akehe bandha iku wus nglalekake sira kabeh, nganti sira kabeh padha mlebu njero kuburan (mati)”. (QS. QS. Attakatsur: 1, 2) 

 

Kaum Muslimin Jema’ah Jum’ah ingkang minulya 

Musibah-musibah ingkang sampun nate kadosan punika dipun ambali malih, malah saget ugi langkung ageng. Pramila kedahipun sedaya tiyang sami gatosaken lan ngrubah adat kebiasaan ingkang boten sae punika. Kanthi sami eling tiniling nindakaken kebagusan lan nilar pedamelan awon. Kebiasaan bucal sampah ing kali punika dipun hindari, inggih punika kanthi gunakaken panggenan kagem bucal sampah, lan ugi ngawontenaken panggenan bucal sampah kanthi mandiri. Amargi sampah punika salah setunggalipun masalah, menawi boten dipun gatosaken kanthi saetu badhe nuwuhaken musibah ingkang langkung ageng. 

 

Pemerintah sampun paring pirsa bilih kedahipun dipun pisah antawis sampah plastik kalian sampah organic. Sampah plastik saget dipun obong, menawi sampah organik saget dipun kempalaken kagem pupuk, sahingga taneman saget subur. Ananging menawi sampah plastic, wesi, logam, kaca punika dipun campur kalian sampah organik. Mila badhe dados masalah, panggenan kagem bucal sampah boten cekap, sitinipun dados gethak. Menawi sampah-sampah punika dipun bucal wonten lepen, kejawi dadosaken mampetipun lepen lan banjir ugi ulamipun sami pejah. Cobi menawi kita konduraken ing wekdal 50 tahun kapengker, ing lepen kathah ulamipun, toyanipun tasih seger sahingga sesuci saget dipun tindaken wonten lepen. Kanthi punika ing zaman punika kedahipun sami nanemaken kedisiplinan supados bucal sampah ing panggenanipun, ngulinakaken misahaken sampah organik kalian anorganik. Lan kita usahakenan ugi mikiraken kesehatan lan kemaslahatan generasi ingkang badhe dhateng. 

 

Perkawis alit lan sekedhik menawi dipun tindakaken kanthi istiqomah, ikhlas lan sabar insya-Allah badhe ndhatengaken kebagusan ing wekdal ingkang badhe dhateng, mugi-mugi Allah tansah paring kekiatan, keikhlasan lan kesabaran dhateng kita, amin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

1/06/2021

Menjadi Orang Terbaik Agar Hidup Bermakna

Tahun baru 1 Januari 2021 sudah berlalu dan sekarang hampir satu pekan, ketika kita melihat kesibukan dan hingar-bingar menyambut tahun baru. Mari sejenak kita merenung, apakah sebenarnya yang baru khusunya pada diri sendiri. Tahun baru biasanya diikuti dengan ucapan “tahun baru semangat baru”. Sudahkah terwujud dalam tingkah laku dan perbuatan? Sudahkan hidup kita semakin bermakna, semakin produktif dan bermanfaat bagi orang lain? 

 


Pada zaman Rasulullah Muhammad SAW masih hidup, ada seorang Arab Badui yang bertanya pada beliau:

 يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ 

"Wahai Rasulullah, siapa orang terbaik itu? Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam menjawab: "Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya." (HR. Tirmidzi) 

 

Dalam hadits yang lain meriwayatkan ada seorang laki-laki yang bertanya pada rasul:

 يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ 

"Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?" Beliau menjawab: "Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya." Tanyanya lagi; "Siapakah manusia yang paling buruk?" Jawab beliau: "Orang yang panjang umurnya dan buruk pula amalannya." (HR. Ahmad) 

 

Dalam hadits yang pertama riwayat Imam Tirmidzi menyebutkan bahwa orang yang terbaik adalah Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Dalam hadits kedua riwayat Imam Ahmad bahwa Orang terbaik adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sebaliknya orang yang paling buruk adalah Orang yang panjang umurnya dan buruk pula amalannya. Menjadi orang yang baik apalagi yang terbaik adalah menjadi harapan kita. Namun bagaimanakah kita bisa mengukur bahwa hidup kita telah beramal yang baik. Tentunya ada alat ukurnya, karena ternyata banyak orang yang telah melakukan amal perbuatan baik, namun amal tersebut tertolak, amal tersebut tidak berdampak pada kemudahan berwasilah kepada Allah dalam berdoa. 

 

Kita ingat bahwa ada tiga orang pemuda yang terjebak didalam gua. Tiga pemuda tersebut bermaksud mau berlindung di dalamnya tetapi tiba-tiba gua tersebut runtuh, sehingga pintu gua tertutup oleh batu yang sangat besar. Secara nalar pemuda tersebut akan mati karena terjebak di dalamnya. Segala daya dan kekuatan telah dikerahkan untuk mendorong batu besar tersebut namun sedikitpun batu tidak bergeser. Tiga pemuda memadukan kekuatan untuk mendorong batu, ternyata tetap tidak bergeser sedikitpun. Lalu tiga pemuda tersebut, masih-masing berdoa dengan wasilah amal perbuatan baik yang pernah dilakukan. Bila amal perbuatan yang menurut dirinya baik dan diterima oleh Allah maka bukakanlah pintu gua. Ternyata amal baik yang telah dilakukan memang benar, baik dan diterima Allah. Dengan bukti batu besar bisa bergeser dan pintu gua terbuka. 

 

Dari itu jelaslah bahwa bila ingin amal baik yang dilakukan diterima Allah dasarnya adalah Kitabullah dan Sunnah Rasul. Rasulullah Muhammad SAW wafat tidak meninggalkan harta benda, namun beliau meninggalkan Kitabullah dan Sunnaty (hadits rasul). Barang siapa yang berpegang teguh pada keduanya maka akan selamat dan tidak akan sesat untuk selamanya. Selamat berakifitas semoga hidup kita lebih bermakna, produktif dan bermanfaat, amin.

12/20/2020

Orang Sakit Cenderung Memikirkan Diri Sendiri

Sekilas melihat judul, tersebut diantara kita akan berpandangan negatif, karena memikirkan diri sendiri berarti egois. Sifat ini tercela. Dalam kehidupan bermasyarakat, persahabatan yang terjalin, persaudaraan yang dibina untuk selalu dikukuhnya. Selalu menjaga komitmen bersama. Namun yang terjadi ketika ada suatu kepentingan, keuntungan dan manfaat semuanya diarahkan untuk dirinya sendiri, sebaliknya bila terjadi kesulitan, kerugian maka akan dialihkan pada orang lain. Dari itu siapakah yang akan mendekat, niscaya temannya satu persatu akan menjauh tinggallah sendiri. 

 

Status manusia disamping sebagai makhluk pribadi, dia adalah makhluk sosial dan makhluk Tuhan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan bisa hidup secara sendiri, manusia selalu tergantung pada orang lain. Jangan berpandangan ketika sudah mempunyai pangkat, jabatan yang tinggi, harta yang berlimpah dia bisa hidup sendiri. Oke, mungkin ada yang berpandangan dengan pangkat, jabatan bisa menggunakan kewenangannya untuk memenuhi ambisi diri sendiri, dengan harta semuanya bisa dibeli. 

 

Di saat pandemi Covid-19 dimanakah pangkat, jabatan dan harta, ketika seseorang sudah terpapar positif, maka mau tidak mau harus melakukan karantina baik di rumaha sakit atau secara mandiri. Pada saat itu dia tidak akan lagi bebas menggunakan kewenangannya, karena semua orang termasuk tenaga medis akan berhati-hati, diutamakan keselamatan dirinya. 

 

Lebih jauh lagi bagi orang yang terpapar virus corona atau siapun yang menderita sakit disanalah orang akan sibuk memikirkan dirinya sendiri. Tenaga dan pikirannya lebih besar untuk memikirkan dirinya sendiri. Bagaimana akan memikirkan orang lain ketika dirinya sakit. Orang yang sedang sakit sedang berjuang untuk melepaskan diri dari penderiaan, karena yang terbayang dalam pikiran, bagaimana agar menjadi sehat dan pulih kembali. Segala usaha dan ikhtiar dilakukan, bahkan tuntunan doa yang tidak pernah diperlukan, akhirnya menjadi kebutuhan. 

 

Rasa ketergantungan diri pada Allah, Allah yang berkuasa menciptakan penderitaan namun juga berkuasa untuk menghilangkan, walaupun sekali-kali terbanyang akan kondisi terburuk yang akan menimpanya. Dengan doa muncul rasa optimis, karena Allah berkuasa untuk menciptakan kebaikan dan keburukan kepada makhluknya. Dan dengan penuh rasa harap, Allah memberikan kebaikan dan menghilangkan keburukan. 

 

Subhanalloh, semoga sakit yang diderita hanya sebagai peringatan, bahwa manusia kadang lupa dengan nikmat sehat yang telah diberikan Allah. Bagaimanakah sehat itu sangat berharga dan bermakna, tanpa sehat tidak aka nada kenikmatan, tidak ada kebahagiaan. Karena itu biasakan untuk selalu berdoa kepada Allah SWT.

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ 

 

Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain. (HR. Abu Dawud: 1317, 1330) 

 

Syukuri apa yang ada, berusaha, ikhtiar dan tawakal hanya kepada Allah.

12/15/2020

Nifaq dan Munafiq

Sering kita mendengar orang mengatakan munafiq atau bahkan kita pun kadang mengatakan pada orang lain bahwa dia orang munafiq. Alangkah ironisnya jika menyebut orang lain sebagai orang munafiq namun dirinya juga termasuk munafiq pula. Karena itu penting bagi kita untuk mengetahui tentang munafiq. Bahwa munafiq berasal dari bahasa Arab nafaqa-yunafiqu-nifaaqan yang berarti ketidaksesuaian antara yang diperlihatkan dengan yang disembunyikan. Jadi nifaq adalah salah satu perilaku tercela yang hendaknya untuk dihilangkan, karena nifaq ini akan mendatangkan bencana, malapetaka, musibah, bahkan bisa mendatangkan kehancuran. 

 


Sedangkan orangnya adalah munafiq, jadi orang munafiq adalah orang yang menyembunyikan kebenaran, apa yang dinampakkan tidak sesuai dengan apa yang disembunyikan. Antara ucapan dengan hati tidak selaras dan seimbang. Rasulullah Muhammad SAW memberikan perhatian terhadap orang-orang muslim untuk waspada terhadap perilaku munafiq. Beliau menyebutkan tentang-tanda-tanda orang munafiq:

 

 أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا أَوْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ 

"Ada empat hal yang bila ada pada seseorang berarti dia adalah munafiq atau siapa yang memiliki empat kebiasaan (tabi'at) berarti itu tabiat munafiq sampai dia meninggalkannya, yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan khiyanat dan jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang”. (HR. Buchari: 2279) 

 

Dalam hadits tersebut Rasulullah Muhammad SAW menyebutkan tanda-tanda munafiq ada empat, yaitu: 

1. Jika berbicara dusta. 

2. Jika berjanji ingkar. 

3. Jika membuat kesepakatan khiyanat. 

4. Jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang.

 

Coba kita renungkan bila empat sifat atau salah satu saja diterapkan dalam kehidupan niscaya akan terjadi kehancuran. Bicaranya manis untuk didengar namun ternyata palsu, bila berjanji tidak pernah menepati, bila diberi amanah dan kepercayaan kok berkhianat, bila terjadi perselisihan mencari jalan pintas dan berbuat curang maka niscaya tidak ada ketenangan dan kenyamanan dalam kehidupan. 

 

 Akhlaq yang baik dan buruk bisa terbentuk karena kebiasaan, lingkungan dan pendidikan, sedangkan agama memerintahkan untuk selalu berbuat baik. Agama memberikan peringatan bahwa semua amal perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban, seluruh organ tubuh manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban, pada hari qiayamat setiap orang akan mengatakan dengan jujur, mulai dari telinga digunakan untuk mendengarkan apa saja, mata digunakan untuk melihat apa saja, hati digunakan untuk apa. Allah SWT telah mengingatkan dalam Alquran surat Al Isra’ ayat 36:

 

 وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ, اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. 

 

Berfikirlah sebelum bertindak, berhati-hatilah dalam setiap ucapan dan perbuatan agar tidak akan terjadi penyesalan. Selagi masih diberikan kesempatan panjang umur masih terbuka jalan untuk memperbaiki diri, mencari bekal untuk hari esok. Menanam kebaikan sebanyak mungkin karena bila kematian telah datang maka tidak ada kesempatan untuk memperbaiki. Memperbaiki dengan merenung memikirkan kekurangan diri sendiri bukan kekurangan orang lain. Karena teramat mudah untuk meniti kekurangan orang lain. Ingat meniti kekurangan diri akan menjadikan pribadi yang berakhlaq mulia sebaliknya meniti kekurangan orang lain akan memperkeluh hati dan pikiran. 

 

Tidak ada manusia yang sempurna kecuali orang berupaya untuk mencari kesempurnaan. Tidak ada manusia yang paling baik kecuali manusia yang selalu berupaya untk berbuat baik. Tidak ada kesalahan yang menjadi baik kecuali menyadari bahwa dirinya telah berbuat salah kemudian berupaya untuk merubahnya.atidak adda dosa yang tidak diampuni kecuali segera bertobat untuk tidak mengulanginya lagi.