Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

10/23/2020

Usaha Wujudkan Anak Shalih, Identifikasi Kebutuhan -Khutbah Jum'at Bahasa Indonesia

 Setiap orang hidup tentu menginginkan mempunyai keturunan, sebagai aset dirinya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Keturunan yang berupa anak shalih selalu menjadi idaman bagi setiap orang, sehingga setelah setelah membangun rumah tangga ingin segera mendapatkan momongan sehingga dalam doanya selalu meminta agar diberikan keturunan yang shalih dan shalihah. Sejak bayi dalam kandungan selalu diajari untuk mengenal Tuhannya dengan membiasakan berperilaku yang baik dan juga makan minum yang khalal dan thayyib. Demikian setelah lahir dijaga, dibimbing, didik, dilindungi agar menjadi generasi Qur'ani.



اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ تَعَالَى مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَةً ضِعَافًا.اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ. وَأَحْيِنَا اَللّٰهُمَّ عَلَى سُنَّتِهِ وَأَمِتْنَا عَلَى مِلَّتِهِ. وَبَعْدُ

 

 Marilah kita bertakwa kepada Allah kapanpun dan di manapun kita berada. Yaitu, senantiasa mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah. Sebab, hanya dengan taqwa manusia memiliki derajat nilai di sisi Allah. Ketahuilah, sesungguhnya budi pekerti mulia merupakan buah taqwa dan sumber kebaikan ummat manusia. Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat disayangi dan dicintainya. Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah anaknya kelak akan mereka miliki, serta kearah mana anak tersebut akan dibawa. 

 

Namun yang menjadi masalah adalah kemana anak akan kita arahkan setelah mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi anak yang shalih, agar setelah dewasa mereka dapat membalas jasa kedua orang tuanya. Namun obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan. 

 

Bahkan sebagian orang tua akibat pandangan yang keliru menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi bintang film (artis), bintang iklan, fotomodel dan lain-lain. Mereka beranggapan dengan itu semua kelak anak-anak mereka dapat hidup makmur seperti kaum selebritis yang terkenal itu. Padahal dibalik itu semua mereka kering akan informasi tentang perihal kehidupan kaum selebritis yang mereka puja-puja. Hal ini terjadi akibat orang tua yang sering mengkonsumsi berbagai macam acara-acara hiburan diberbagai media cetak dan elektronik, karena itu opininya terbangun atas apa yang mereka lihat selama ini. Apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang yang jauh dari agamanya, yang kelihatannya bahagia di dunia namun menderita di akhirat? Tentu tidak. Allah Subhannahu wa ta'ala berfirman:

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. Annisa: 9). 

 

Pengertian lemah dalam ayat ini adalah lemah iman, lemah fisik, lemah intelektual dan lemah ekonomi. Oleh karena itu selaku orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, maka mereka harus memperhatikan keempat hal ini. Pengabaian salah satu dari empat hal ini adalah ketimpangan yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada anak. Imam Ibnu Katsir dalam mengomentari pengertian lemah pada ayat ini memfokuskan pada masalah ekonomi. Beliau mengatakan selaku orang tua hendaknya tidak meninggalkan keadaan anak-anak mereka dalam keadaan miskin. Dan terbukti berapa banyak kaum muslimin yang rela meninggalkan aqidahnya (murtad) di era ini akibat keadaan ekonomi mereka yang dibawah garis kemiskinan. 

 

Banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata dan mengabaikan perkembangan iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun, yang penting kebutuhan pendidikan anak-anaknya dapat terpenuhi, sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada TK-TPQ terasa begitu enggan. Padahal aspek iman merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak. 

 

Ada juga orang tua yang menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak mereka dari keempat masalah pokok di atas, namun usaha yang dilakukannya kearah tersebut sangat diskriminatif dan tidak seimbang. Sebagai contoh: Ada orang tua yang dalam usaha mencerdaskan anaknya dari segi intelektual telah melaksanakan usahanya yang cukup maksimal, segala sarana dan prasarana kearah tercapainya tujuan tersebut dipenuhinya dengan sungguh-sungguh namun dalam usahanya memenuhi kebutuhan anak dari hal keimanan, orang tua terlihat setengah hati, padahal mereka telah memperhatikan anaknya secara bersungguh-sungguh dalam segi pemenuhan otaknya. 

 

Jemaah Jum’at Rahimakumullah. 

Karena itu sebagian orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam melahirkan anak yang shalih. Di bawah ini akan kami ketengahkan beberapa langkah yang cukup representatif dan membantu mewujudkan obsesi tersebut: 

 

1. Opini atau persepsi orang tua atau anak yang shalih tersebut harus benar-benar sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan Alqur’an dan sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam, bersabda:

 

 إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

 

“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: sadaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim) 

 

Dalam hadits ini sangat jelas disebutkan ciri anak yang shalih adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Sementara kita telah mengetahui, bahwa anak yang senang mendoakan orang tuanya adalah anak sedari kecil telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan, melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa ta'ala , dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Anak yang shalih adalah anak yang tumbuh dalam naungan dien-Nya, maka mustahil ada anak dapat bisa mendoakan orang tuanya jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah SWT dan senang bermaksiat kepada-Nya. Anak yang senang bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, jelas akan jauh dari perintah Allah dan kemungkinan besar senang pula bermaksiat kepada kedua orang tuanya sekaligus. 

 

Dalam hadits ini dijelaskan tentang keuntungan memiliki anak yang shalih yaitu, amalan-amalan mereka senantiasa berkorelasi dengan kedua orang tuanya walaupun sang orang tua telah wafat. Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Jadi jelaslah bagi kita akan gambaran anak yang shalih yaitu anak yang taat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , menjauhi larangan-larangan-Nya, selalu mendoakan orang tuanya dan selalu melaksanakan kebaikan-kebaikan. 

 

2. Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah tercipta-nya anak yang shalih. 

Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksana-kan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: 

a. Lingkungan keluarga. 

Keluarga merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan watak, kepribadian dan karakternya. Jika anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna ke-Islaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna ke-Islaman tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai ke-Islaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral. Seorang anak yang terlahir dalam keadaan fitrah, kemudian orang tuanyalah yang mewarnainya, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

 

 كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. (رواه البخاري)

 

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari) 

 

 Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah Subhannahu wa ta'ala dan rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa salam, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya. Agar dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan. 

 

Oleh karena itu, selaku orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti memperlihatkan sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya 

 

b. Lingkungan Sekolah. Sekolah merupakan lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang sebaya dengannya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing. 

 

Anak yang terdidik secara baik di rumah tentu akan memberi pengaruh yang positif terhadap teman-temanya. Sebaliknya anak yang di rumahnya kurang mendapat pendidikan yang baik tentu akan memberi pengaruh yang negatif menurut karakter dan watak sang anak. Oleh sebab itu orang tua seharusnya mampu melihat secara cermat dan jeli sekolah yang pantas bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak harus memasukkan anak mereka di sekolah-sekolah favorit semata dalam hal intelektual dan mengabaikan faktor perkembangan akhlaq bagi sang anak, karena sekolah tersebut akan memberi warna baru bagi setiap anak didiknya. Keseimbangan pelajaran yang diperoleh murid di sekolah akan lebih mampu menyeimbangkan keadaan mental dan intelektualnya. 

 

Karena itu sekolah yang memiliki keseimbangan kurikulum antara pelajaran umum dan agama akan lebih mampu memberi jaminan bagi seorang anak didik. 

 

c. Lingkungan Masyarakat. 

Masyarakat adalah komunitas yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan yang kita sebutkan sebelumnya. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak dan karakter anak jauh lebih besar. Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman. Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang merajalela disekitarnya. 

 

Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak. Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam hal beramar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemunkaran bermunculan dan merajalela di tengah masyarakat kita dan lambat atau cepat pasti akan menimpa putra dan putri kita. Padahal kedudukan kita sebagai umat yang terbaik yang dapat memberikan ketentraman bagi masyarakat kita hanya dapat tercapai jika setiap individu muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah Subhannahu wa ta'ala berfirman:

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imran: 110). 

 

 Untuk itu di akhir khutbah ini marilah kita bersama-sama merasa peduli terhadap kelangsungan hidup generasi kita, semoga dengan kepedulian kita itulah Allah Subhannahu wa Ta'ala akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan Islam di atas agama-agama lainnya. Marilah kita berdo’a kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .

 

 رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ، رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ.

10/13/2020

Sabar Ngadhepi Pandemi Virus Corona Kanthi Nindakaken Protokol Keagamaan lan Kesehatan, Khutbah Bahasa Jawa

Usaha, ikhtiyar lan tawakal ngadhepi lan nanggulangi nyebaripun virus corona, ampun nglokro nanging kedah yakin. Bilih balak, musibah lan bencana badhe sirna. Kanthi punika kedah nindakaken protokol keagamaan lan protokol kesehatan. Mugi slamat, sehat lan bagas waras.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,اَلْمَبْعُوْثُ بِالْحَقِّ وَالْوَفَى. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوا اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُوااللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Sedaya puji namung kagunganipun Allah, Gusti ingkang tansah nyempurnakaken nikmatipun kagem kita sedaya, nikmatipun kaluberaken boten enten watesipun, rahmanipun lan barakahipun wiyar kanthi boten winates. Shalawat lan salam mugi kanjuk dhateng uswah hasanah, junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat lan sedaya tiyang ingkang tansah dherekaken lan nggesangaken sunnahipun. 

 

Mangga anugerah Allah ingkang sampun dipun paringaken dhateng kita, arupi, iman lan Islam ingkang tansah tinancep ing manah, tansah kita tingkataken supados dados taqwa sak leresipun, kanthi nindakaken nindakaken dhawuhipun Allah lan rasulipun selaras kalian usaha ingkang maksimal nalika ninggalaken sedaya ingkang dipun awisi Allah lan rasul. Mekaten punika ingkang dipun wastani taqwa ingkang sak leresipun, selaras kalian janjinipun. Kanthi panuwun mugi-mugi kita kalebet golonganipun tiyang ingkang badhe dipun paringi kamulyan wonten ngarsanipun Allah SWT.

“Satuhune wong kang paling mulya ing antarane sira ana ngarsane Allah yaiku wong kang paling taqwa. Satuhune Allah Maha Pirsa lan Maha Waspada”. (QS. Al Hujurat: 13) 

 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah 

Menawi kita gatosaken, bilih dumugi wekdal sapunika virus corona/ Covid-19 dereng sirna saking bumi, kanthi punika kita ampun ngentengaken utawi nyepelekaken wontenipan pandemi. Namung kita kedah yakin bilih musibah punika mesthi wonten akhiripun, kanthi rahmatipun Allah dhateng kita sedaya. 

 

Kanthi punika kangge ngadhepi pandemi punika kita nindakaken protokol keagamaan lan protokol kesehatan. Nindakaken protokol keagamaan kita mraktekaken kandungan surat Al Ashr, ingkang ngandung sekawan perkawis ingkang kedah kita tindakaken. 

 

Sepindhah kita kiyataken iman dhumateng Allah, Tauhidullah, lan ugi dipun tebihi sedaya bentuk kemaksiatan. Perlu kita mangertosi bilih, musibah lan bencana boten badhe tumurun wonten ing bumi, kejawi nalika saperangan penduduk bumi sampun nindakaken kedhaliman kaleres dhateng Allah lan ugi dhateng pribadinipun piyambak. Allah sampun paring pimut wonten Alquran:

“lan ora tau (uga) Ingsun nyirnakake kota-kota, kejaba penduduke padha nglakoni tumindak aniyaya” (QS. Al Qhashas: 59) 

 

Dados nalika Gusti Allah nurunaken balak lan musibah, amargi penduduk bumi sampun nindakaken pedamelan aniyaya. 

 

Kaping kalih, wa’amilus shalihah, mangga kita tebaraken amal shalih punapa kemawon, shalat gangsal wekdal mangga dipun tingkataken kualitasipun lan tepatipun, syukur kanthi nindakaken shalat-shalat sunnah ingkang dipun tuntunaken dening Rasulullah SAW. Puasa sunnahipun mangga dipun tindakaken. Punapa malih shadaqahipun, amargi salah setunggal saking shadaqah saged nutup murkanipun Allah dhateng makhluqipun lan saget ngangkat bencana ing bumi. Mila wonten surat Munafiqun benjang ing dinten akhir, wonten tiyang ingkang pingin dipun konduraken ing dunya saperlu kangge nindakaken shadaqah.

"Duh Gusti, kenging punapa Panjenengan boten batalaken (pejah) kula dumugi wekdal ingkang caket, kang nyebabaken kula saget shadaqah lan kawula kelebet tiyang-tiyang ingkang shalih?" (QS. Munafiqun: 10) 

 

Lan ugi, mangga kita tingkataken akhlaq pribadi, keluarga lan akhlak sosial, kanthi nindakaken kesaenan lan nindakaken amal saleh, ampun supe wonten ing amliyah kanthi leres, nalika nindakaken dol-tinuku ampun ngantos wonten tumindak goroh lan palsu. Mugi-mugi kanthi mekaten Allah badhe paring pangapunten dhumateng kita. 

 

Kaping tiga, dipun kulinakaken paring wasiat ingkang haq “watawashaubil haq”, leres lan sae tindakan napa malih wonten hal-hal ingkang penting. Kita dipun dhawuhi tansah tumindah leres lan jujur dan bergaul kalian tiyang- tiyang ingkang leres lan jujur. Allah SWT paring dhawuh wonten Alquran surat Attaubah ayat 119.

“Hai wong-wong kang padha iman, taqwaha maring Allah, lan becike sira bareng-bareng karo wong kang bener”. (QS. Attaubah: 119) 

 

Kaping sekawan kita budayakaken kesabaran,” (watawa shaubis-shabri), sabar nalika nampi musibah lan bencana, kelebat pagebluk/ virus corona. Mila ampun nglokro, kita kedah yakin kanthi usaha lan ikhtiyar midherek dhawuhipun Allah kita badhe dipun tebihakaen saking balak, musibah lan bencana. Allah sampun dhawuh wonten Alquran:

“Hai wong-wong kang padha iman sabara sira lan kuwatna kesabaran-ira lan tetep waspada (ing watesing negara) lan taqwaha marang Allah, supaya sira beja”. (QS. Ali Imran: 200) 

 

Usaha lan ikhtiyar kita tindakaken, protokol keagamaan lan protokol kesehatan. Nindakaken protokol kesehatan kanthi tansah ngagem masker, ngulinakaken nyuci astanipun, jagi jarak lan ampun kempal-kempal ingkang boten wonten manfaatipun. Nutup kemadharatan kangge merkoleh kemaslahatan ingkang langkung ageng. Rasulullah SAW ngemutaken dhateng kita:

 الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ 

“Wong mukmin kang kuat lwih becik timimbang wong mukmin kang loyo, kang ing loro-lorone tetep ana apike”. (HR. Muslim) 

 

Mugi-mugi Allah ngijabahi panuwun kita, sahingga balak, musibah lan bencana arupi virus corona unika enggal sirna. Amin, amin ya Robbal ‘alamin.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

10/07/2020

Protokol Keagamaan dan Protokol Kesehatan, Usaha dan Ikhtiar Atasi Covid-19, Khutbah Bahasa Indonesia

Covid-19 masih belum reda, oleh karena itu jangan menyepelekan dengan menganggap enteng. Namun kita harus yakin bahwa musibah pandemi ini insya-Allah akan berakhir atas kekuasaan Allah dan rahmat dan rahim Allah kepada kita sekalian. Karena itu marilah kita melaksanakan dua protokol sekaligus yang pertama adalah protokol keagamaan yang kedua protokol kesehatan.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,اَلْمَبْعُوْثُ بِالْحَقِّ وَالْوَفَى. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا 

 

Segala puji hanya bagi Allah, milik Allah, Tuhan yang senantiasa menyempurnakan nikmatnya kepada kita sekalian, nikmatnya tercurah tiada henti rahmat dan barokah nya terbentang luas tiada tepi. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada uswah hasanah kita, junjungan kita nabi Muhammad SAW, para keluarga para sahabat dan semua orang yang senantiasa mengikuti dan menghidupi sunnah-sunnahnya. 

 

Kaum muslimin yang berbahagia. 

Marilah iman dan Islam yang sampai detik ini masih tertancap di hati kita, terus kita pelihara dan kita tingkatkan menjadi taqwa yang sebenarnya. Dengan melaksanakan perintah-perinah Allah dan rasulnya seiring dengan usaha kita di dalam meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah dan rasul itulah takwa yang sebenarnya. Dan kita yakin, bagaimana Allah janjikan kepada kita, semoga kita semuanya akan masuk di antara hamba-hambanya yang dimuliakan di sisi-nya karena ketakwaan kita .

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al Hujurat: 13)

 

 Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah. 

Marilah kita sadari bersama-sama, bahwa sampai dengan hari ini Covid-19 masih belum reda, oleh karena itu jangan sekali-kali kita menyepelekan dengan menganggap enteng dalam masalah covid ini. Namun kita harus yakin bahwa musibah pandemi ini insya-Allah akan berakhir atas kekuasaan Allah dan rahmat dan rahim Allah kepada kita sekalian. Oleh karena itu jemaah Jum’ah Rahimakumullah marilah kita bersama-sama melaksanakan dua protokol sekaligus yang pertama adalah protokol keagamaan yang kedua protokol kesehatan. 

 

Melaksanakan protokol keagamaan kita mempraktekkan kandungan surah yang pendek yaitu surat Al ‘Asr di sana ada empat perkara yang sangat mendasar yang harus kita laksanakan: 

 

Pertama: Kuatkan iman, Tauhidullah dan sekaligus jauhilah, hindari segala bentuk kemaksiatan. Suatu bencana suatu musibah tidak akan diturunkan oleh Allah ke bumi kecuali karena sebagian penduduk bumi melakukan kezaliman baik terhadap Allah maupun terhadap dirinya Allah mengingatkan kepada kita dalam surat Al Qashas ayat 59:

“Dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” 

 

Jadi sekarang pandemi Covid-19 sudah melanda seluruh dunia, ini menandakan bahwa seluruh penduduk dunia ini sudah melakukan perbuatan kezaliman, baik terhadap Allah maupun terhadap dirinya sendiri. 

 

Kedua, pesan surat Al “Asr “wa ‘amilus shalihat”. Mari kita tegakkan amal shalih, berupa apa saja, ibadah fardhu kita kita tingkatkan kualitasnya dan ketepatan waktunya, syukur dengan menambah salat-salat sunnah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, shaum sunnahnya marilah kita pelihara, shadaqahnya apalagi, karena shadaqah itu satu diantara hikmahnya adalah bisa menghindarkan dari kemurkaan Allah kepada hamba-Nya dan bisa mengangkat bencana yang menimpa. Oleh karena ada orang yang menyesal karena sedikit shadaqahnya, sehingga ingin dikembalikan lagi hidup di dunia:

"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. Munafiqun: 10)

 

Demikian pula marilah kita tingkatkan akhlak pribadi, keluarga dan akhlak sosial kita dengan berbuat baik atau dengan amal shalih, jangan lupa muamalahnya yang benar dalam transaksi, jual-beli jangan ada tipuan, jangan ada kecurangan, jangan ada kepalsuan. Mudah-mudahan dengan itu Allah memberikan ampunan kepada kita. 

 

Ketiga, budayakan kebenaran “tawa shaubil haq” baik benar didalam niat, apapun yang akan dikerjakan, benar di dalam ucapan kepada siapapun, jangan ada ketidakjujuran, apalagi dalam hal-hal yang yang sangat penting.

 

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. 

Kita memang diperintahkan untuk terus berbuat benar, jujur dan terus bergaul dengan orang-orang yang benar dan orang-orang yang jujur,

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. Attaubah: 119) 

 

Keempat: budayakan kesabaran “watawa shaubis shabr”, sabar dalam menghadapi apapun, cobaan yang sedang menimpa kepada kita sekalian termasuk pandemi saat ini. Oleh karena itu jangan putus asa, yakinlah bahwa suatu saat, dengan usaha dan ikhtiar kita sesuai dengan tuntunan Allah dan rasulnya insya- Allah, Allah akan mengangkatnya:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200) 

 

Yang kedua protokol kesehatan sebagaimana, keputusan pemerintah agar membiasakan memakai masker setiap keluar rumah, biasakan cuci tangan setelah melakukan semua kegiatan, biasakan jaga jarak, seperti yang sedang kita laksanakan sekarang ini, shaf yang mestinya rapat, namun karena pandemi ini kita renggangkan, untuk menjaga jangan ada penyebaran virus yang berbahaya ini, dan dalilnya jelas “sadduddara’i” yaitu menutup pintu kemadharatan untuk meraih kemanfaatan ini besar. 

 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah. 

Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita sekalian:

 الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ 

'Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. (HR. Muslim) 

 

Hadits tersebut mengingatkan kepada kita sekalian, bahwa mukmin yang kuat, sehat lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah dalam segala urusan. Di tengah hati situ diperingatkan kepada kita, supaya kita jangan berbuat lemah, jangan putus asa, kita terus berikhtiar dan kita terus berdoa kepada Allah, agar pandemi yang sedang kita hadapi ini mudah-mudahan segera berakhir, amin ya Rabbal ‘alamin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

10/03/2020

Kesaktian Pancasila dan Kesaktian Manusia, Khutbah Jum’at Bahasa Indonesia

Pancasila adalah idiologi dasar negara Indonesia, telah beberapa kali mengalami ujian, namun karena kandungan Pancasila sesuai dengan keyakinan dan budaya bangsa Indonesia sehingga Pancasila tetap sakti. Sila-sila Pancasila sesuai dengan syari’at Islam.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

Kaum muslimin jemaah shalat Jum’at Rahimakumullah 

Pertama dan yang paling utama khatib senantiasa berwasiat, marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah. Marilah kita kuatkan usaha, ikhtiar dan tawakal kita kepada Allah untuk memutus penyebaran pandemi Covid-19, yang mana kita berharap Covid segera berlalu namun yang terjadi penularan covid semakin meningkat. 

 

Karena itu marilah kita selalu berupaya untuk menerapkan protokol kesehatan, yaitu dengan membiasakan untuk mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan. Disamping kita menerapkan protokol kesehatan kita juga berupaya untuk menerapkan protokol keagamaan yaitu dengan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah memperbanyak dzikir memohon ampunan kepada Allah dan meningkatkan Amaliyah ibadah baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah. 

 

Negara Indonesia mengalami pergolakan, rakyatnya mengalami penderitaan, siksaan akibat dari perbuatan manusia. Selama tiga setengah abad Bangsa Indonesia hidup dalam tekanan siksaan kaum penjajah, rakyat Indonesia hidup di negeri sendiri tapi laksana hidup di negeri orang lain, karena yang menguasai adalah orang lain. Kemudian atas perjuangan dan pengorbanan para pahlawan pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan. Setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia masih mengalami siksaan dan penderitaan yang disebabkan oleh saudaranya sendiri yaitu sesama warga negara Indonesia. 

 

Pada tanggal 30 September 1965 terjadi pemberontakan G30S PKI, mereka akan mengganti ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila diganti dengan ideologi komunis karena itu pada tanggal 30 September 1965 ada 10 pahlawan revolusi yang disiksa, dibantai, dibunuh dan dimasukkan dalam sumur tua atau lubang buaya. PKI tidak menyetujui berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, sehingga akan diganti dengan faham komunis. Karena komunis tidak sesuai dengan idiologi bangsa Indonesia yang religious maka akhirnya dapat dilumpuhkan dan pada tanggal 1 Oktober 1965 dinyatakan sebagai hari Kesaktian Pancasila dan pada tahun ini baru saja diperingati. 

 

Pancasila adalah dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa Indonesia, Pancasila bisa mengeratkan bangsa Indonesia yang mempunyai agama yang berbeda, keyakinan yang berbeda, suku bangsa dan bahasa yang berbeda, bisa disatukan dalam satu ideologi yaitu Pancasila. Pada khutbah ini akan disampaiakan tentang Pancasila dalam perspektif Islam. 

 

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menyatakan tentang ketauhidan dan hablum minallah. Allah berfirman dalam Alquran:

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al Ihlas: 1-4) 

 

Islam mengajarkan tentang prinsip Ketauhidan, Allah itu Maha Esa dan disebutkan didalam Pancasila sila pertama bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa. 

 

Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab mencerminkan hablum minannas atau hubungan sesama manusia. Hablum minallah peran manusia sebagai hamba Allah dan habluminannas peran manusia sebagai khalifatul fil ard atau wakil Allah di muka bumi. Allah SWT berfirman:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat: 13) 

 

Sikap saling mengenal pada ayat tersebut adalah jika sesama manusia sudah saling mengenal, maka akan timbul sikap saling menghormati. Salah satunya adalah melakukan dialog, karena dengan dialog akan memunculkan keterbukaan berbagai pihak yang pada akhirnya akan timbul sikap saling menghargai satu sama lain dan juga melakukan sikap saling menghormati. 

 

Sila ke-3 Persatuan Indonesia, adalah mencerminkan ideologi insaniyah yaitu persaudaraan sesama manusia dan ukhuwah Islamiyah yaitu persaudaraan sesama umat Islam. Allah SWT berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”, (QS. Ali Imran: 105) 

 

Sikap toleransi, saling menghargai dan saling menghormati, dalam persatuan juga harus ditarik garis persamaan bukan garis perbedaan yang akan memunculkan perpecahan dan permusuhan. 

 

Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kerakyatan sejalan dengan prinsip Islam yaitu mudzakarah atau perbedaan pendapat dan as-syura yaitu musyawarah. Firman Allah dalam Alquran.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159) 

 

Sila ke-5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini sejalan dengan prinsip keadilan dalam Islam keadilan sosial berkaitan dengan maqashid al syari’ah (sasaran-sasaran syari’at) yang terdiri dari tiga hal: 

 

Pertama dharuriyah perlindungan terhadap hak-hak yang bersifat esensial bagi kehidupan seperti agama atau addin, jiwa atau nafs, keturunan atau nasab, akal atau aql, harta atau mall

 

Kedua hajiyah yaitu menemukan hal-hal yang diperlukan dalam hidup manusia, tetapi bobotnya di bawah dharuriyah. 

 

Ketiga tahsiniyah perwujudan hal yang menjamin peningkatan kondisi individu dan masyarakat. Dalam prinsip keseimbangan kehidupan ekonomi, Alquran mencela orang yang sibuk memupuk harta hingga melupakan kematian:

“ Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah”. (QS. Al Humazah: 1-4) 

 

Demikianlah bahwa seluruh sila dalam Pancasila selaras dengan ajaran Islam. Karena itu setiap muslim yang telah memahami dan melangamalkan ajaran Islam pada dasarnya telah mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu sebagai muslim sudah semestinya untuk mempertahankan Pancasila sebagai idiologi bangsa dan Negara Indonesia.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

9/29/2020

Problematika Kehidupan, Atasi Dengan Istiqomah Dan Sabar

Setiap orang hidup pasti mempunyai tugas, tanggung jawab dan masalah. Setiap tugas dan tanggung jawab bila dilakukan dengan baik dan berdisiplin maka akan menuai kebaikan dan kelancaran. Namun ternyata tidak semua tugas dan tanggung jawab dapat diselesaikan dengan baik, hal ini karena kemampuan dan dan kurangnya perhatian, maka bila tugas dan tanggung jawab tidak dapat diselesaikan maka akan menjadi masalah. 

Setiap masalah harus dicari solusinya, karena hidup adalah masalah, tanpa ada masalah maka tidak akan ada kehidupan. Jadikan masalah sebagai mitra, sebagai upaya untuk berpikir lebih maju, sehingga setiap masalah akan dicarikan solusinya. Sesungguhnya dari berbagai masalah maka kehidupan akan semakin dinamis. 

Para pelajar yang akan menyelesaikan tugas akhir harus membuat karya tulis ilmiah, demikian juga para mahasiswa yang akan menyusun skripsi, tesis atau disertasi bahwa setiap tema yang diajukan akan mempunyai permasalahan. Tanpa adanya permasalahan maka tidak akan terwujud karya tulis ilmiah. Karena itu harus pintar dalam merumuskan permasalahan dan mencari solusinya, semakin kompleks permasalahan maka solusinya semakin pelik dan karya tulis akan semakin berbobot.

Tetap istiqomah dan sabar mengumpulkan mengambil dan mengumpulkan pasir.
 
Mencari solusi 
Peribahasa Indonesia mengatakan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, yang mengandung maksud bahwa setiap pekerjaan bila dilakukan sedikit demi sedikit maka akan dapat diselesaikan. Demikian pula dalam pepatah Jawa mengatakan “alon-alon waton kelakon” pelan-pelan asal tercapai. Melihat peribahasa dan pepatah Jawa ini mungkinkah pada zaman millennial dapat diterapkan. Bukankah sekarang zaman serba instan, siapa cepat maka akan dapat. Tentulah hal ini tergantung pada situasi dan kondisi. 
 
Suatu pekerjaan mudah dan ringan bila segera diselesaikan dan tidak menjadi beban. Tetapi pada kenyataannya sering ditunda-tunda, sehingga menjadi pekerjaan yang menumpuk. Sebenarnya telah sadar bahwa menumpuk- numpuk pekerjaan, menganggap enteng suatu pekerjaan akan menjadikan pekerjaan yang ringan menjadi berat, karena akan menjadi tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu yang sama. 
 
Setiap orang pada dasarnya telah sadar dengan kebiasaan buruk dan kesalahan dirinya, namun ternyata terus diulang-ulang. Sehingga kesalahan akan selalu terulang, kekurangan tidak disiasati menjadi kesempatan. Sebaliknya bila kesadaran diri menjadi sikap untuk berubah, tentu akan menjadi kebaikan. Jika dapat menerapkan perilaku dan tindakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, bahkan pepatah Jawa alon-alon waton kelakon. Ternyata bukan hanya pekerjaan ringan yang dapat diselesaikan namun pekerjaan yang berat pun akan dapat diatasi. 
 
Dalam konteks agama dengan menerapkan konsep istiqomah yaitu tetap dalam pendirian, keteguhan hati untuk melakukan dan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun dan terus menerus untuk melakukan suatu pekerjaan. Niscaya pekerjaan yang berat dan sulit karena itu perintah dan kewajiban maka berusaha untuk tetap dilaksanakan. Cepat atau lambat haraus diselesaikan, semakin cepat makin baik, sebaliknya semakin menunda-nunda maka akan menjadi beban dan tanggung jawab yang menumpuk. Bisa jadi akan berkumpul dengan tugas dan tanggung jawab yang lain, jadilah problem dan kesulitan yang harus diselesaikan. 
 
Suatu saat sahabat nabi meminta pelajaran, wahai rasul berilah petunjuk kepadaku suatu perbuatan baik, yang karenanya akau tidak akan bertanya kepada yang lain, rasul menjawab beriman kepada Allah lalu beristiqomah. Iman bukan hanya ucapan dan kata-kata indah. Iman adalah suatu keyakinan didalam hati yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi iman adalah sinkronisasi antara hati, lisan dan perbuatan yang baik. Karena itu amal perbuatan yang dilaksanakan secara terus-menerus walaupun sedikit demi sedikit akan menjadi perbuatan yang mulia dan akan mendorong untuk melakukan perbuatan besar dengan ikhlas. 
 
Banyak orang yang dapat melaksanakan shalat lima waktu dengan ringan dan tenang, bila belum melaksanakan merasakan ada sesuatu yang hilang dan kurang sempurna, merasakan gelisah, mengapa demikian? Karena ibadah shalat telah dilaksanakan dengan istiqomah, bahkan shalat sunah pun dilakukan secara terus-menerus. Sehingga dari ibadah sunnah ini akan membuat ringan, mudah dan tenang dalam menegakkan shalat fardhu. 
 
Istiqomah dan sabar 
Ketika berupaya untuk tetap teguh dan konsekwen dalam melaksanakan perintah Allah, ternyata disana juga terdapat tantangan, gangguan dan rintangan baik yang disebabkan oleh diri sendiri atau atas perilaku orang lain dan lingkungan. Istiqomah dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Istiqomah akan diperoleh bila dapat mengelola setiap masalah sehingga dihadapi dengan kesabaran. Dan bila bisa meraih kesabaran maka setiap tugas dan tanggung jawab akan dilaksanakan dengan istiqomah. Tidak akan mudah menyerah dengan situasi dan kondisi. Karena antara sabar dan istiqomah teah menjadi ruh dalam bertindak. 
 
Bahwa untuk tetap teguh dan konsekwen melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya hendaknya selalu istiqomah dan sabar menjalankannya. Karena sesungguhnya sikap sabar dapat dilakukan ketika menjalankan perintah Allah, sabar meninggalkan larangan Allah, sabar dalam menghadapi musibah, bencana dan malapetaka, sabar atas perilaku dan perbuatan orang lain. 
 
Seorang mukmin sangat berhajat dengan sifat sabar, terutama ketika menghadapi balak dan bencana, kesulitan dan kesusahan dan segala macam penganiayaan. Ketika ditimpa suatu musibah bahkan tidak boleh berputus-asa. Malah harus tenang dan berlapang dada, tidak merasa kesempitan dan bosan, mengadu kesana-kemari, tetapi harus selalu berusaha, ikhtiar dan memohon kepada Allah dengan khusu’ dan khudhu’, memohon dengan merendahkan diri kepadanya serta menjauhkan dari persangkaan yang buruk kepada Allah. 
 
Seorang mukmin butuh banyak kesabaran di dalam mengerjakan ketaatan yakni hendaklah tidak bermalas-malasan di dalam menunaikan dan menyempurnakannya dengan menghadirkan hati ketika menghadap Allah. Dengan keikhlasan yang penuh, tidak ria’, tidak berpura-pura atau mengada-adakannya dihadapan orang. Memang sudah menjadi tabiat seseorang bila bermalas-malasan dan merasa berat hati untuk mengerjakan amal ibadah lantaran ia harus memaksakan dirinya untuk melawan segala hambatan ini dengan perasaan penuh sabar dan hati yang teguh. 
 
Seorang mukmin senantiasa butuh kesabaran yang banyak dalam upaya merintangi diri dari melakukan maksiat dan melanggar larangan-larangan Allah, sebab hawa nafsu sering mengajak melakukan dosa dan mengangan-angankan maksiat. Karena itu hendaklah kita menahan diri dengan penuh kesabaran dari melakukan maksiat secara lahir dan batin dan menggambarkan secara batin. 
 
Seorang mukmin juga butuh kesabaran yang banyak dalam mengekang diri dari keinginan hawa nafsu terhadap perkara-perkara yang diperbolehkan yang kebanyakan manusia amat menggemarinya, seperti bermewah-mewahan dengan kelezatan dan perhiasan dunia sebab mengikuti secara berlebihan akan menjerumuskan manusia ke dalam perkara-perkara yang syubhat dan seterusnya kepada haram pula. Demikian secara berlebihan hingga akhirnya akan mengutamakan dunia di atas segalanya ia tidak lagi memperhatikan urusan akhiratnya juga segala usaha yang mengarahkan diri kepadanya. 
 
Karena itu tugas dan tanggung jawab akan menjadi lebih baik bila segera dilaksanakan, namun tidaklah demikian, karena usia, keilmuan, ketrampilan dan keahlian menjadi penyebab manusia mempunyai aktifitas yang banyak. Sehingga tugas dan tanggung jawab tertindih dengan aktifitas dan kegiatan. Karena itu dalam setiap aktifitas dan kesibukan dapat meluangkan waktu guna meniti tugas dan tanggung jawab secara pelan namun pasti. Sekalipun hanya sedikit akan menjadi kebaikan, bila yang sedikit terus dilakukan dalam melakukan aktifitas kehidupan yang lain. Insya-Allah hati dan fikiran dan bekerja secara sinkron, demikian pula kondisi fisik, mental spiritual dapat terjadi keseimbangan.

8/31/2020

Ujian Dalam Berkarya Dan Memberi Keteladanan, Antara Harapan Dan Kenyataan

Ujian dan pujian adalah dua hal yang berbeda, ujian adalah hak manusia sedang pujian adalah hak Allah. Allah sebagai pemilik dari semua yang ada di alam semesta, tiada sesuatupun yang menyekutukan-Nya, tidak ada tandingan karena Dialah yang maha segalanya. Siapa yang menciptakan alam semesta, Dialah Zat yang tidak diciptakan oleh siapapun dan tidak bergantung pada siapa pun, karena Dia adalah Zat yang berdiri sendiri dan tidak sama dengan makhluk-Nya. Dia zat Yang Maha Kaya, karena Dialah pemilik seluruh yang ada dialam semesta, ketika hamba-Nya meminta pasti akan diberi, bahkan tanpa diminta pun Allah telah menyediakan segala yang dibutuhkan manusia.


Dia Maha pengasih dan Penyayang, Dia Maha Pengampun, sehingga dengan kekuasaanya, Allah bisa menjadikan seluruh yang ada di alam semesta semua hidup dalam satu tatanan, adil makmur dan perselisihan dan pertengkaran. Namun bukan seperti itu bahwa di alam dunia disamping manusia Allah juga menciptakan makhluk yang lain baik makhluk yang kelihatan maupun yang tidak nampak. Masing-masing mempunyai watak dan karakteristik yang berbeda. Seperti malaikat diciptakan oleh Allah menjadi makluk yang tak pernah salah, sebaliknya iblis dan anak buahnya diciptakan tak pernah berbuat benar. Sedang manusia dalam penciptaannya, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, karena manusia telah direncanakan untuk menjadi wakil Allah di muka bumi. Namun manusia bisa menjadi salah atau benar, baik atau buruk sehingga menjadi pilihan untuk menentukan dirinya.

Selama hidup di alam dunia, manusia tidak akan bisa lepas dari ujian, baik yang disebabkan oleh perilaku orang lain atau akibat dari perilaku diri sendiri. Ujian yang diakibatkan atas perilaku orang lain, karena adanya perbedaan persepsi, kepentingan sehingga menimbulkan konflik. Sering ditemukan antara harapan dan kenyataan sangat berbeda. Ada orang yang selalu berbuat baik pada orang lain, tak ingin menyakiti dan disakiti, tak ingin mengganggu dan diganggu, selalu membantu dan menghormati orang lain. Namun hal yang dirasakan tidak sesuai dengan yang dilakaukan disinilah timbul konflik, baik terhadap diri sendiri maupu terhadap orang lain.

Sebaik-baik perbuatan yang dilakukan tidak seratus persen diterima dengan senang hati oleh orang lain. Karena itu akan muncul ujian berupa kebencian, fitnah, adu domba, iri, dengki, tamak dan perilaku lainnya, menjadi ujian bagaimana menyikapi hal-hal tersebut. Karena itu bila membahas hal yang demikian tentu akan menjadi kajian yang amat panjang. Karena berkaitan dengan perilaku manusia sehingga berkembanag beraneka macam ilmu yang membahas tentang manusia dan upaya untuk mengembalikan fitrah insaniyahnya.

Kisah hidup
Di topic yang singkat ini penulis akan menyampaikan ujian yang diterima manusia akibat perlaku diri sendiri. Hal ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh pak Markun (bukan nama sebenarnya). Pak Markun adalah salah seorang aparatur pemerintah, dia adalah salah seorang ASN pada suatu lembaga pemerintah. Bila dihitung pendapatannya sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Apalagi didukung oleh istrinya yang juga sebagai ASN. Mungkin bila melihat keluarga pak Markun adalah keluarga yang sakinah, bahagia dan sejahtera. Berlatar belakang dari keluarga seorang petani maka sangatlah bersyukur pak Markun bisa menjadi ASN. Disamping sebagai ASN beliau juga aktif di berbagai organisasi keagamaan dan takmir masjid. Dan kegiatan ini dilakuakan dengan senang dan berusaha untuk bisa memberikan kontribusi dan manfaat.

Pak Markun mempunyai kebiasaan yang unik, ketika liburan beliau selalu aktif, entah hobi atau ada maksud yang lain. Mengapa beliau sangat bersahabat dengan alam, suka memelihara tanaman, baik tanaman hias atau konsumsi, bahkan juga suka memelihara ikan dan beberapa jenis unggas. Padahal waktu libur enakan di rumah, tinggal duduk manis, nonton tv sambil sruput kopi atau teh, jalan-jalan, nongkrong dan ngrobrol. Ternyata pada suatu saat ketika ditanyakan langsung, kebetulan dia sedang menyiangi tanamannya. Dia mengatakan bahwa 1) Apa yang dilakukan karena ingin memberikan contoh pada orang lain bahwa ketika orang mau berkarya atau berusaha pasti akan mendapatkan hasil. 2) Ketika bekerja atau berkarya hendaknya jangan semata-mata mengandalkan pada kemampuannya tetapi harus ingat pada Allah, sehingga ketika menjelang datang waktu shalat selalu berhenti bekerja dan segera bersiap-siap untuk melaksanakan shalat, 3) Memanfaatkan waktu libur untuk mencintai alam, dengan mengolah, memelihara, menjaga dan marawatnya dengan baik pasti kan mendapatkan hasil. Kalau bukan hasil dari proses produksi juga dirasa ada kepuasan sendiri. 4) perrsiapan bila kelak sudah purna tugas tidak akan bingung dengan kegiatan dan aktifitas, karena itu sejak dini telah menyiapkan mental maupun sarana penunjang.

Menjempu rizqi yang kadang dilalaikan yaitu bangun pagi sebelum Subuh dan melaksanakan Shalat Subuh dengan berjamaah. Demikian penuturan pak Makun, yang mana setelah melaksanakan shalat Subuh dilanjutkan dengan membacaa Alquran dan membaca-baca buku guna menambah pengetahuan. Di rumah beliau tersedia beraneka macam koleksi buku, baik buku keagamaan, ekonomi, kesehatan, pertanian, perkebunan, peternakan, resep masakan dan lainnya. Bahkan beliau masih aktif menjadi anggota perpustakaan daerah. Hal ini sebagai upaya untuk menambah wawasan, karena koleksi buku yang dimiliki belum sebanding dengan yang ada di Perpustakaan Daerah. Ternyata dengan keanggotaan ini juga menambah saudara dan motivasi untuk terus belajar dengan membaca.

Kebiasaan untuk menambah pengetahuan dengan teori beliau juga sangat rajin untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam beraneka mcama tanaman, baik bunga, sayuran dan buah-buahan. Pada hari Ahad, 30 Agustus 2020 sejak pagi beliau telah membenahi pekarangan dan kebunnya. Walaupun pada musim kemarau namun kebunnya nampak hijau dan masih menghasilkan walaupun untuk kebutuhan keluarga. Nampaknya dia tidak tega ketika melihat lahan kosong tidak dimanfaatkan. Pada waktu itu pukul 15.45 sudah waktunya shalat Asar beliau membawa gabah ke tempat penggilingan padi. Melihat ada sekam beliau bermaksud hendak mengambil sekam tersebut sebagai media tanam di polybag. Ketika hendak memasukkan sekam ke dalam karung, tiba-tiba pada pinggangnya ada sesuatu yang lepas sehingga kehilangan tenaga, dia bilang tidak bisa berjalan, karung dan sekam ditinggalkan sambil merangkak mendekati motor dan dengan berdiri sambil menahan sakit motor dihidupkan lalu pulang. Dengan kondisi menahan sakit berupaya melepas pakaian segera mandi dan melaksanakan shalat Asar.

Begitulah kisah yang diterima dari penuturan pak Markun. Teranyata beliau terkilir yang dalam bahasa Jawa kecetit. Kecetit menjadi ujian yang cukup berat, karena segala aktifitas mejadi sangat terbatas, untuk berjalan saja sakit apalagi berlari, membawa beban tubuh saja sudah sulit apalagi bila membawa barang, alat kerja kantor atau alat-alat pertanian dan perkebunan. Bahkan kegiatan kantor pun terpaksa tidak bisa dilaksanakan. Upaya pak Markun adalah sangat mulia, namun ternyata Allah tetap memberikan ujian, memang ujian ini adalah hak manusia dan dalam kondisi mendapatkan ujian manusia hendaknya tetap memuji Allah yang berkehendak menguji hamba-Nya dengan menggeser salah satu sel dalam tubuh sehingga menjadi sakit.

Inilah salah satu kekuasaan Allah sedikit dari ciptaannya menjadikan manusia harus terus bersabar. Sabar menerima ujian. Ternyata ketika mendapatkan ujian maka manusia menjadi makluk yang sangat lemah dan sangat bergantung pada orang lain, bagaimanakah untuk membenarkan urat syarat memerlukan tukang pijit, untuk menghilangkan rasa sakit harus memerlukan dokter. Berapun biaya yang diperlukan tidak diperhitungkan. Asalkan menjadi sehat kembali. Jangan anggap enteng terhadap sakit dan jangan menyepelekan pada orang yang sedang sakit, menganggap lebay. Karena ketika sakit akan terjadi berbagai kemungkinan. Tak ingin sakit dan bila sakit ingin segera sehat, dan harus tetap yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.

Karena itu dalam kondisi apapun setiap muslim hendaknya bersyukur dan bersabar, seberapapun ujian yang diterima bila senantiasa bersabar dan bersyukur maka menjadi pribadi yang tangguh yang bisa mengelola diri sendiri untuk menjadi insan yang bermanfaat. Semoga kisah tentang pak Markun dapat menjadi i’tibar bahwa niat dan berbuatan baik tidak selamanya mendatangkan kesenangan, tapi karena yakin terhadap qadha dan qadar Allah maka akan tetap ikhlas dan istiqomah dalam melaksanakan tugas sebagai Abdullah dan sebagai khalifatul ard.

8/19/2020

Renungan Tahun Baru Hijriyah, Evaluasi Tahun 1441 H Menuju 1442 H

Pada hari Rabu 19 Agustus 2020 umat Islam  meninggalkan kalender hijriyah 1441 menuju pada tahun baru 1442 H. Pergantian tahun yang tidak pernah dilakukan dengan kegiatan pesta, uvoria dan bersenang-senang. Pergantian tahun yang selalu diselenggarakan dengan kegiatan perenungan, muhasabah atas apa yang telah dilakukan, berapa banyak dan berapa besar dosa-dosa yang telah dilakukan. Terasa kecil dan hina manusia dihadapan Allah yang Maha Suci, Maha Sempurna, Maha Besar dan tiada sekutu bagi Allah.
Matahari tenggelam, menandakan pergantian masa.
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, diberi kelengkapan panca indra, hati, akal, agama sehingga menambah kesempurnaannya. Bahkan Allah telah menyediakan segala hal yang diperlukan manusia, alam semesta telah diamanatkan kepada manusia untuk menjaga, melestarikan, mengelola dan memanfaatkannya. Manusia tersungkur dihadapan Allah, apa yang telah dilakukan, sudahkah beramal, berkarya sesuai dengan petunjuknya, sudahkah manusia memberikan manfaat bagi yang lain. Atau justru dosa yang telah dilakukan, tanpa disadari atau dengan kesadaran menentang perintah Allah dan dengan bangganya melaksanakan larangan Allah.

Inilah tahun baru hijriyah, umat Islam bermuhasabah, sehingga pada tahun baru berusaha memikirkan terhadap amal ibadah yang telah dilakukan. Tiada kesempatan untuk berhura-hura, bersenang-senang dan melakukan aktifitas yang tidak bermanfaat. Tahun 1441 H telah berlalu, segala yang telah terjadi tidak akan kembali lagi, susah senang tidak akan kembali, bahkan usiapun semakin meninggalkan, tubuh yang molek wajah yang cantik termakan usia sehingga tak cantik lagi, tubuh yang tegak, tampan, gagah pun juga termakan usia. Bahkan tubuh yang sehat terasa semakin rapuh, terkena air hujan sedikit saja meriang, dingin sedikit-pun jugamenjadi kurang sehat.

Aroma tubuh yang harum karena besutan minyak wangi berubah menjadi aroma minyak angin yang selalu membalur tubuhnya. Menghangatkan, mengilangkan pening, perut kembung dan sakit-sakit lainnya. Rambut yang hitam pun juga lambat laun memutih, rambut kepala, hidung, kumis, jambang, alis dan bulu mata, bertambah hari berganti bulan dan tahun berubah putih. Gigi-gigipun juga ikut rapuh, satu persatu tanggal. Pandangan mata yang tajam menjadi buram, kaca mata yang dipakai kadang harus berganti, minus, plus, silindris dan sebagainya. Pendengaranpun juga semakin berkurang, dahulu waktu muda ada bisikan suara terdengar dengan jelas, namun tahun berganti, untuk mendengar harus mencari sumber suara. Kulit yang dahulu halus, kencang menjadi keriput. Kaki yang dahulu kuat untuk menopang tubuh, kini menjadi gemetar dan sering kesemutan, untuk berjalan apalagi berlari nafas terengah-engah.

Proses perjalanan hidup manusia, terus berjalan, mausia tidak akan bisa menolak Sunnatullah. Karena itu kecantikan, ketampanan, kekayaan, harta, tahta adalah suatu yang fana dan suatu saat akan sirna. Tidak ada yang dapat dibanggakan dihadapan Ilahi, kecuali iman, taqwa dan amal ibadah. Segal hal yang dilakukan manusia tertata rapi dalam buku catatan amal Malaikat Raqib dan Atid. Baik buruk, besar kecil tidak akan pernah tertinggal dari catatan amal perbuatan manusia.

Tahun 1441 H telah berlalu, entah kapan akan kembali, ketika Rasulullah ditanyakan tentang ruh dan hari qiyamat, rasul hanya bisa menjawab, itu urusan Tuhan-mu. Hari qiyamat adalah suatu yang pasti, alam akhirat suatu yang pasti dan terjadi untuk selamanya. Bisa saja orang merasakaan kehidupan yang bahagia dengan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan di dunia. Di akhirat juga banyak orang yang hidup dalam penderitaan, siksaan yang tidak akan pernah berhenti. Disanalah manusia akan merasakan buah dari amal ibadaah selama hidup didunia. Dunia yang fana seakan akan selamanya, akhirat yang dijanjikan untuk selamnya namun banyak ditinggalkan.

Tahun 1441 H sudah berlalu, kini kita masuk di tahun 1442 H, tahun yang hendaknya dihadapi dengan rasa optimis, namun ternyata manusia tidak bisa menolak takdir bahwa tahun baru hijriyah dihadapi dengan peningkatan perenungan dan muhasabah, dengan wabah pandemi Covid-19. Mengapa Allah menimpakan wabah itu, apakah ini ujian, cobaan atau azab Allah. Dosa apakah yang telah dilakukan, sampai kapan wabah itu akan berakhir.

Banyak ditemukan bahwa new normal dipahami bahwa manusia bebas untuk beraktifitas. Ketika dahulu orang berdisiplin memakai masker, sekarang sering ditemukan aktifitas manusia yang tanpa masker. Sosialisasi pelaksanaan protokol kesehatan terus dilaksanakan, namun di beberapa daerah ODP, PDP dan yang positif terkena Covid-19 meningkat. Siapa yang salah dan siapa yang benar? Semua mempunyai dalih yang berbeda-beda. Desakan ekonomi sehingga menuntut untuk kembali beraktifitas, rasa risih, ingin bebas maka tidak lagi memaki masker, jaga jarak, membiasakan cuci tangan. Tuntutan pendidikan putra-putri, rasa jenuh putra-putri dalam keluarga ingin kembali berkumpul dengan teman-teman-temannya.

Karena itu bagaimana menyikapi pandemi Covid-19, tahun 1442 kita harus optimis dapat kembali menjalani kehidupan yang normal. Usaha lahir dan batin, saling bahu membahu, saling mengingatkan, saling menolong, saling menghormati, agar suasana hati tetap tenang. Jauhi fitnah, kebencian, permusuhaan, pertikaian dan perbuatan buruk lainnya yang akan menambah noktah pada hati hamba Allah. Bersihkanlah hati dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah, bertobat, memperbanyak dzikir.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وأَتُوْبُ إِلَيْهِ, رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ، وتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَابُ الرَّحِيْمُ, سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي, وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ, أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ