Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah hayati. Tampilkan semua postingan

6/24/2020

Shaf Shalat Di Masjid Abu Dardiri Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo, Saat Pandemi Covid-19

Sejak terjadinya pandemi Covid-19 pada bulan Februari 2020 tatanan beribadah di masjid, langgar, mushola berubah shafnya. Shalat berjamaah yang diutamakan untuk rapat kemudian menjadi renggang, Nasihat para alim ulama’ rapatkanlah barisan karena ketidak tidak rapat akan diisi oleh setan. Tetapi dalam kondisi pandemi Covid- 19 protokol kesehatan menyatakan untuk melakukan sosial distancing, sehingga shalat pun harus menjaga jarak demi untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
Masjid Abu Dardiri Kantor kementerian Agama Kabupaten Wonosobo

Masjid Abu Dardiri Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo yang berada di lingkungan perkantoran dan berada di tepi jalan raya, sehingga menjadi tempat yang strategis bagi para musafir untuk melaksanakan shalat di Masjid Abu. Bahkan kadang menjadi tempat persinggahan untuk melepaska penat. Bangunan masjid yang megah dan antik, ornamen klasik dan menarik dengan lantai kayu jati semakin menambah keindahannya.

Nampaknya masjid ini sejak awal di desain untuk tidak menggunakan tikar, namun karena kebutuhan zaman walaupun lantai terbuat dari kayu jati tetapi masih tetap memakai kemudian memakai tikar agar jemaah tidak dingin dan perutnya kembung. Dalam kondisi pandemi Covid-19 takmir juga mengikuti himbauan pemerintah untuk melakukan protokol kesehatan yaitu menggulung tikar yang sudah ada, bahkan di sela-sela barisan atau shaf para jemaah di beri tanda silang sebagai tanda bahwa jemaah untuk selalu menjaga jarak.
Shaf shalat berjamaah

Masjid Abu Dardiri menyediakan beraneka macam kebutuhan para jamaah seperti air minum, makanan pada hari Jum’at setelah sahalat Jum’at, hidangan berbuka puasa pada bulan puasa. Kemudian pada kondisi ini pandemic Covid-19 pengurus berinovasi untuk menyediakan hand sanitizer, sabun cuci, cek suhu tubuh dengan thermogun, masker bagi para jemaah yang tidak membawa. Hal ini diilakukan sebagai upaya takmir masjid untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada para jemaah untuk melakukan salat di masjid tersebut. Karena takmir selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para Jemaah.

Masjid yang berada di lingkungan pemerintah tentu saja menjadi tolok ukur bagi masjid-masjid yang lain. Dalam kondisi pandemi covid-19 pernah tidak menyelenggarakan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah, shalat tarowih berjeamaah, tadsrus Alquran bersama-sama. Hal ini sebagai upaya dari takmir untuk merealisasikan himbauan dari pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sehingga ibadah yang sudah menjadi rutinitas untuk tidak dilaksanakan. Setelah pemerintah menetapkan new normal maka masjid ini pun kemudian dibuka kembali, untuk melaksanakan shalat berjamaah dan shalat Jum’at tentu saja dengan mengikuti protokol pemerintah senantiasa untuk mewujudkan sosial distancing, Jemaah memakai masker, cuci tangan dan dicek suhu tubuhnya dengan thermogun.
Jamaah shalat Jum'at dicek suhu tubuhnya

6/23/2020

Wujudkan Kebersihan Masjid Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP), Model Pak Keling

Pada suatu pagi Ahad 21 Juni 2010 nampak ada seorang laki-laki yang sedang membersihkan masjid Yayasan Amal Bakti muslim Pancasila (YAMP) Nurul Falah Mendolo Wonosobo. Laki-laki itu bernama Pak Keling yang mengabdikan diri untuk merawat kebersihan masjid sejak tahun 2012. Dia membersihkan masjid meliputi menyapu, mengepel, membersihkan dinding, kaca dan semua yang berkaitan dengan masjid, termasuk kebersihan toilet, kamar mandi dan tempat wudhu. Pada pagi itu dia bekerja dengan tekun dan semangat, tak ada tanda-tanda merasa berat, semua dilaksanakan mengalir sesuai kebutuhan.
Masjid Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila Mendolo Wonosobo

Masjid yang berada di tepi jalan raya dan berada di antara perkantoran, sekolah, rumah sakit, dengan tempat parkir yang luas sehingga menjadi tempat persinggahan yang strategis bagi para musafir. Dengan kondisi ini maka membutuhkan kebersihan dan perawatan secara terus-menerus, bila masjidnya bersih maka akan mendatangkan rasa nyaman untuk beribadah. Pak Keling yang berangkat bekerja setelah shalat subuh dan pulang pada sore atau malam. Karena disamping merawat masjid dia juga merawat gedung haji dan menyapu jalan raya sebagai petugas kebersihan, pekerjaan ini dilakukan secara bergantian. Tetapi waktu yang lebih banyak untuk mengurusi kebersihan masjid.
Pak Keling yang mempunyai tips sendiri ketika mengingatkan pada jamaah untuk selalu menjaga kebersihan, berikut penuturan beliau yang disampaikan dengan bahasa Jawa:

“Menawi wonten tiyang bucal sampah kula tututi lajeng kula pundhut, biasane tiyang punika pirsa. Mila kula mikir, piyambake ugi mikir menawi piyambakipun lepat, amargi sampun bucal sampah sawiyah-wiyah. Sahingga ing sanes wekdal piyambakipun badhe bucal sampah wonten panggenan ingkang sampun dipun cawisaken”.

Bila ada orang yang membuang sampah terus saya ikuti dan saya ambil sampahnya, biasanya orang tersebut melihat saya memungut sampahnya. Saya berfikir kalau dia juga berpikir telah berbuat salah karena telah membuang sampah sembarangan, sehingga di lain waktu dia akan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.
Pak Keling sedang membersihkan kaca masjid

Inilah teguran Pak Keling yang mempunyai kiat tersendiri untuk menegur orang yang tekah membuang sampah secara sembarangan. Dan mengingatkan agar dibuang pada tempat yang telah disediakan. Sampah yang berantakan akan membuat suasana menjadi tidak nyaman, terlihat kumuh, bisa menjadi sarang nyamuk dan lalat sehingga bisa mendatangkan berbagai macam penyakit. Karena itu permasalahan sampah sebenarnya menjadi permasalahan bersama maka cara mengatasinya juga hendaknya secara bersama-sama. Jadi bila di suatu tempat umum terlihat bersih, berarti ada orang yang telah membiasakan untuk hidup bersih, bila ada orang yang bertugas untuk membersihkan tempat tersebut bukan berarti bahwa kita bisa membuang sampah secara sembarangan,tetapi tetaplah buang sampah pada tempatnya.

Banyak terjadi musibah dan bencana, tanah longsor, banjir disebabkan karena saluran tersumbat oleh sampah, hal ini karena dilakukan oleh manusia yang suka membuang sampah secara sembarangan. Dampaknya akan menjadi lebih luas, tidak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi juga merugikan orang lain, karena itu mulai sekarang hendaknya untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya.
Ruang untuk shalat

Pak Keling adalah salah satu contoh, dia orang biasa, dia menyadari kalau ada orang membuang sampah menegur dengan kata-kata kadangkala akan menimbulkan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang yang mendengarnya. Mungkin orang yang ditegur akan mengatakan, dia siapa, berani menegur saya. Karena yang menegur adalah orang yang biasa-biasa saja, karena itu, orang yang biasa-biasa saja cara menegurnya adalah dengan perbuatan. Karena itu malulah pada dirinya sendiri, ketika ada orang yang biasa memungut sampah yang telah dibuangnya. Karena sesungguhnya kemuliaan seseorang bukan dilihat dari segi fisiknya (gagah atau cantiknya), penampilannya, kekayaannya tetapi dilihat dari hati dan amal perbuatannya.

Semoga contoh yang telah diberikan oleh Pak Keling ini bisa menjadikan inspirasi bagi kita sekalian untuk senantiasa mewujudkan kebersihan dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal yang sedikit/ kecil dan dimulai dari sekarang (tidak usah menunggu waktu yang akan datang).

6/20/2020

Pasangan Suami Istri Calon Penghuni Surga

Pernikahan adalah Sunnatullah, barang siapa yang melaksanakan Sunatullah maka dia mendapatkan tiket untuk menjadi calon penghuni surga, tetapi tidak semua pasangan atau suami istri menjadi penghuni surga. Dari sejarah kisah para rasul, seperti keluarga nabi Ayub, keluarga nabi Nuh adalah contoh keluarga rasul tetapi tidak dijamin masuk ke dalam surga. Mengapa demikian, karena di dalam keluarga kadang laki-laki yang taat kepada Allah, istrinya sebaliknya, ingkar kepada Allah. Ada yang istrinya taat beribadah, suaminya ingkar kepada Allah, ada yang yang suami istri taat kepada Allah, anak-anaknya ingkar kepada Allah. Ini adalah kenyataan yang sering dijumpai, bukan hanya pada manusia zaman sekarang, tetapi ternyata sudah dicontohkan oleh Allah, rasul sebelum nabi Muhammad.

Paman nabi yaitu Abu Thalib menjadi pelindung tetapi beliau tidak taat terhadap perintah Allah, maka dia tidak dijamin masuk ke dalam surga. Karena itu harapan kita sekalian, dengan adanya pembinaan keluarga sakinah diharapkan menjadi keluarga yang damai, keluarga yang saling mencintai, menyayangi, membina, mengasihi, memberi dan menerima. Termasuk saling berwasiat dalam keimanan dalam ketakwaan, maka diharapkan keluarga yang sakinah adalah keluarga yang bisa mencapai kebahagiaan hidup di dunia sampai besok di yaumil qiyamah.

Untuk membentuk keluarga yang sakinah, bukan hal yang mudah, karena untuk menciptakan keluarga yang sakinah, tentu saja dimulai dari pemilihan pasangan hidup yang mempunyai kesamaan pemahaman dalam hal penataan rumah tangga dan juga dalam hal keagamaan. Taat kepada Allah, sehingga di dalam memilih pasangan hidup banyak sekali yang tidak mendapat atau kurang mendapatkan kecocokan, karena hal ini melalui proses yang panjang sehingga pilih- memilih antara seorang dengan yang lainnya untuk menjadi pasangan hidupnya. Ditimbang, dipilih kemudian bermunajat kepada Allah dengan shalat istikharah, senantiasa mohon petunjuk untuk memperoleh pasangan hidup yang cocok bisa membawa dirinya bahagia hidup didunia dan diakhirat.

Karena itu banyak standar orang dalam menentukan pilihan mengacu pada hadits Rasulullah Muhammad SAW, bahwa orang menikah itu karena empat hal karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, karena agama, tetapi yang diutamakan adalah karena agama. Karena dengan agama yang kuat agama akan bisa menuntun keluarga ke jalan yang diridhai Allah, orang yang memilih karena kecantikan maka suatu saat akan hilang, orang yang memilih karena hartanya suatu saat akan hilang, orang yang memilih karena keturunannya tidak menjamin bahwa dia akan menjadi orang yang terhormat sebagaimana keluarganya. Tetapi orang yang memilih karena agamanya insya- Allah akan menjadi orang yang dimuliakan oleh Allah. sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. (QS. Al Hujurat: 13)

Penentuan pilihan dari penampilan dari wajah sangat mendominasi di dalam kehidupan rumah tangga, maka dalam perjalanan sejarah kadang kita menyaksikan acara walimatul nikah. Dari satu resepsi ke resepsi yang lain selalu kita temukan pasangannya nampak serasi seimbang. Jika laki-lakinya gagah juga wanitanya cantik, bila laki-lakinya biasa-biasa saja, wanitanya juga biasa-biasa saja, ini nampak sudah berjodoh.

Namun dalam suatu saat ada ada seorang wanita yang punya paras yang cantik, sehingga dengan kecantikannya ini banyak laki-laki yang tergiur untuk bisa mempersuntingnya. Tetapi yang terjadi bahwa wanita ini ternyata sudah bersuami seorang laki-laki yang bertubuh kecil, pendek dan tidak tampan, bisa dikatakan bermuka buruk. Melihat hal ini tentu kita akan menjadi heran dan menyatakan bahwa wanita itu tidak cocok menikah dengan laki-laki itu.

Suatu saat laki-laki itu masuk ke dalam rumah dan menemui istrinya, waktu itu istrinya sedang merias diri. Dia memandangnya dan semakin lama ia memandang semakin takjub terhadap kecantikan dan keelokan dari istrinya dan akhirnya dia tidak tahan lagi menatap istrinya. Lalu istrinya bertanya, wahai suamiku apa yang terjadi dengan dirimu? Suaminya mengatakan, Alhamdulillah, sungguh kamu benar-benar cantik sekali, istrinya lalu menjawab, bergembiralah bahwa saya dan kamu sama-sama akan masuk ke dalam surga. Suaminya bertanya pada istrinya, dari mana kamu tahu hal itu? Istrinya menjawab, kamu telah diberi orang seperti diriku lalu kamu mensyukurinya dan saya telah diberi cobaan orang seperti kamu dan saya sabar menerimanya. Bukankah orang yang bersyukur dan orang yang mau bersabar itu sama-sama akan masuk ke dalam surga?

Karena itu apapun yang terjadi dengan pasangannya terimalah dengan ikhlas, dan selalu berjuang untuk meraih keutamaan. Rasul pernah bersabda bahwa Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda, tetapi Allah melihat hati dan amal perbuatan kalian”. (HR. Muslim).

6/15/2020

Pandemi Covid-19, Shalatnya Jadi Aneh



Judul tulisan ini mungkin dianggap aneh, “Pandemi Covid-19 Shalatnya Jadi Aneh”. Mengapa aneh, siapa yang mengatakan shalatnya aneh, siapa yang dikatakan aneh, sejak kapan shalat menjadi aneh? Itulah setumpuk pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab secara bersamaan. Dijawab satu persatu saja kadang semakin aneh, tapi sudahlah kita acuhkan saja pertanyaan-pertanyaan ini, walaupun begitu akan diklarifikasi, siapa yang mengatakan bahwa shalatnya aneh. Ketika pemerintah telah menetapkan new norma life, tempat ibadah dibuka dan jamaah pun terobati kerinduannya untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Pada kesempatan itu ada anak kecil, yang sudah terbiasa sebelum ada ada pandemi virus corona melaksanakan shalat berjamaah di masjid, kadang bersama orang tuanya, kadang bersama kakaknya atau kadang bersama dengan teman-temannya.

Kebetulan waktu itu ada seorang anak kecil yang ikut shalat berjamaah bersama dengan ayahnya, ketika masuk masjid dan menyaksikan orang-orang yang sedang melaksanakan shalat, dia bilang pada ayahnya, “abi, sekarang shalatnya aneh”. Mendengar pertanyaan anaknya, ayahnya lalu menempelkan telunjuk tangan di depan mulutnya, menandakan bahwa anaknya disuruh diam, agar tidak mengganggu orang yang sedang melaksanakan shalat. Anakpun lalu diam dan ikut melaksanakan shalat.

Apa yang terbersit di hati anak itu? Beberapa pertanyaan bahwa orang-orang tidak seperti biasanya ketika melaksanakan shalat, jaraknya berjauhan padahal dahulunya rapat, bahkan ketika dirinya shalat seperti terjepit diantara barisan orang-orang dewasa. Selanjutnya pada lantai masjid terdapat tanda silang yang harus dijauhi, diantara jamaah tidak ada yang yang berjabat tangan, biasanya ketika bertemu berjabat tangan, dan ketika selesai melaksanakan shalat juga berjabat tangan. Sebenarnya keanehan itu bukan hanya ketika melakasanakan shalat tetapi sejak merambahnya pandemi virus corona perilaku manusia menjadi aneh, tiap hari harus memakai masker atau cadar, saling menjauh, tidak berjabat tangan, bahkan pada mukanya diberi pelindung dari plastik mika.
Wajar saja bila anak kecil bertanya-tanya, maka orangtua dalam memberi jawaban harus singkat, bahwa shalatnya tidak aneh tapi karena sedang ada wabah virus Corona maka agar menjaga jarak, karena bila berdekatan akan tertular orang yang kena virus corona. Jadi sejak pemerintah mengeluarkan surat edaran tentang panduan ibadah, shalat jamaah agar dilakasanakan di rumah masing-masing, shalat Jum’at diganti dengan shalat Zuhur.

Kerinduan yang terobati.
Hampir dua bulan umat Islam tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid sejak 17 April 2020 hingga tanggal 29 Mei 2020, pemerintah melalui Menteri Agama mengeluarkan Surat Edaran Nomor 15 tahun 2020 tentang panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman covid di masa pandemi.

Dalam panduan itu mengatur kegiatan keagamaan inti dan kegiatan keagamaan sosial di rumah ibadah, berdasarkan situasi real terhadap pandemi Covid-19 di lingkungan rumah ibadah tersebut. Bukan hanya berdasarkan status yang berlaku di daerah, meskipun daerah berstatus zona kuning namun bila di lingkungan rumah ibadah tersebut terdapat kasus penyebaran Covid-19, maka rumah ibadah dimaksud tidak dibenarkan menyelenggarakan ibadah berjamaah/ kolektif. Ketentuan selengkapnya sebagai berikut:

  1. Rumah ibadah yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan berjamaah/ kolektif adalah yang berdasarkan fakta lapangan serta angka R-Naught/ RO dan angka efektive reproduction Number/ Rt, berada di kawasan lingkungan yang aman dari covid-19, hal ini ditunjukkan dengan surat keterangan rumah ibadah aman dari Ketua Gugus Tugas Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Kecamatan sesuai tingkatan rumah ibadah dimaksud setelah berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah setempat bersama majelis-majelis agama dan instansi terkait di daerah masing-masing. Surat keterangan akan dicabut bila dalam perkembangan timbul kasus penularan di rumah ibadah tersebut atau ditemukan ketidaktaatan terhadap protokol yang telah ditetapkan.
  2. Pengurus rumah ibadah mengajukan permohonan surat keterangan bahwa kawasan/ lingkungan rumah ibadahnya aman dari Covid-19 secara berjenjang kepada Ketua Gugus Kecamatan/ Kabupaten/ Kota/ Provinsi sesuai tingkatan rumah ibadahnya.
  3. Rumah ibadah yang berkapasitas daya tampung besar dan mayoritas jamaah atau penggunaannya dari luar kawasan/ lingkungan, dapat mengajukan surat keterangan aman Covid-19 langsung kepada Pimpinan Daerah sesuai tingkatan rumah ibadah tersebut.
  4. Kewajiban pengurus dan penanggung jawab rumah ibadah:
  • a. Menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol kesehatan di area rumah ibadah.
  • b. Melakukan pembersihan dan desinfektan secara berkala di area rumah ibadah.
  • c. Membatasi jumlah pintu/ jalur keluar masuk rumah ibadah guna memudahkan penerapan dan pengawasan protokol kesehatan.
  • d. Menyediakan fasilitas cuci tangan/ sabun/ hand sanitizer di pintu masuk dan pintu keluar rumah ibadah.
  • e. Menyediakan alat pengecekan suhu di pintu masuk bagi seluruh pengguna jika ditemukan pengguna rumah ibadah dengan suhu 37,5% derajat celcius (dua kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit tidak diperkenankan masuk area rumah ibadah
  • f. Menerapkan pembatasan jarak dengan memberikan tanda khusus di lantai/ kursi minimal jarak 1 meter.
  • g. Melakukan pengaturan jumlah jamaah/ pengguna rumah ibadah yang berkumpul dalam waktu bersamaan untuk memudahkan pembatasan jarak.
  • h. Mempersingkat waktu pelaksanaan shalat ibadah tanpa mengurangi ketentuan kesempatan ibadah.
  • i. Memasang himbauan penerapan protokol kesehatan di area rumah ibadah pada tempat-tempat yang mudah terlihat.
  • j. Membuat surat pernyataan kesiapan penerapan protokol kegiatan yang telah ditentukan.
  • k. Memberlakukan penerapan protokol kesehatan secara khusus bagi jamaah tamu yang datang dari luar lingkungan rumah rumah ibadah.

5. Kewajiban masyarakat yang akan melaksanakan ibadah di rumah ibadah:

  • a. Jamaah dalam kondisi sehat.
  • b. Meyakini bahwa rumah ibadah yang digunakan telah memiliki surat keterangan Covid-19 dari yang berwenang.
  • c. Menggunakan masker/ masker wajah sejak keluar rumah dan selama berada di area rumah ibadah.
  • d. Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.
  • e. Menghindari kontak fisik seperti bersalaman atau perlukan.
  • f. Menjaga jarak anatar jamaah minimal 1 meter.
  • g. Menghindari berdiam lama di rumah ibadah atau berkumpul di rumah ibadah, selain untuk kepentingan ibadah yang wajib.
  • h. Melarang beribadah di rumah ibadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, serta orang yang sakit bawaan yang beresiko tinggi terhadap Covid-19.
  • i. Ikut peduli terhadap penerapan pelaksanaan protokol kesehatan kegiatan di rumah ibadah sesuai dengan ketentuan.

6. Penerapan fungsi sosial rumah ibadah meliputi kegiatan pertemuan masyarakat di rumah ibadah (misalnya: akad/ perkawinan), tetap mengacu pada ketentuan di atas dengan tambahan perubahan keterangan sebagai berikut:

  • a. Memastikan semua peserta yang hadir dalam kondisi sehat dan negatif Covid-19.
  • b. Membatasi jumlah peserta yang hadir maksimal 20% dari kapasitas ruang dan tidak boleh lebih dari 30 orang.
  • c. Pertemuan dilaksanakan dengan waktu seefisien mungkin.


Jadi dalam kondisi pandemi virus corona yang melanda dunia, semua kegiatan terasa aneh, dengan keanehan itu akan terus dikondisikan. Semua orang ingin lepas dari keanehan tetapi harus menjalani keanehan. Karena keanehan itu sebagai prasarat untuk memutus mata rantai virus corona. Tidak ada yang bisa memastikan sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Vaksin belum ditemukan, para ilmuan terus berjuang untuk menemukan ramuan yang dapat menghilangkan atau melemahkan virus. Disaat masa transisi para ilmuan hanya bisa memberikan upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Karena itu segala upaya dilakukan, kita berusaha dan berikhtiar dengan mematuhi himbauan dengan selalu bermunajat kepada Allah SWT agar pandemi ini segera berakhir. Semoga new normal akan benar-benar menjadi kondisi yang normal agar semua aktifitas manusia dapat bekerja dan berjalan seperti sedia kala. Saling membantu, saling mengingatkan, persatuan menjadi azas kemenangan.

6/09/2020

Maido Wong Lara Dadi Cilaka, Pitutur Basa Jawa



Sawijining dina ana salah sawijine pawongan kang lagi lara untu, wong iku saben dina anane mung glirih lan kreangan wae. Sahingga akih wong kang pada takon, kae kenangapa kok glirih wae, nalika wong iku lagi glirih, ana maning kang takon kae kenangapa kok kreangan wae. Banjur keluargane njawab, kae, untune agek lara.

Sak wuse nggenahake suara wong kang glirih lan kreangan iku merga untune lara, banjur ana pawongan kang maido “ untu kok lara, untu kui rak balung lan balung kuwi atos kaya watu, ora mungkin bisa lara”. Lara untu kui pancen ora kaya lara-lara liyane, senajan lara, ora ana wong kang tilik. Beda karo wong lara weteng, sirah, lara merga tiba, wong wadon kang babaran lan liyane akih wong kang padha tilik. Nanging lamun lara untu senajan pol larane ora ana wong kang tilik. Padahal lara untu kuwi pol larane, kanggo mangan ora enak, ngumbe ya ora enak, gawe turu ya ora bisa merem. Gawe ngapa wae ora kepenak, malah dadi sarwa salah kabeh.

Mila mengkana wong maido marang wong kang lagi lara untu kuwi, sajatine durung ngrasake lara untu. Maido iku mergane nduwèni pemikiran lamun untu kuwi balung, lan balung iku atos kaya watu, sahingga ora mungkin bisa lara. Mengkana iku mergane pangertiane manungsa iku igin sethithik lan ora tau sinau. Merga kang sak nyatane ning jero untu iku ana urat urat syarafe, getihe, lan sak njerone untu kuwi ana barang kang amoh sahingga gampang kena kruma.

Untu kuwi senajan atos ya bisa rusak, rusaking untu iku merga ora tau dijaga, ora tau disikati, sahingga nalika ana panganan utawa wedang legi kraket nang untu lan ora diresiki, suwe-suwe dadekake untu kui dadi kuning. Sak wuse kuning suwe-suwe malih dadi ireng, banjur dadi kerak, yaiku kotoran kang kraket ning untu, disikati ora bisa ilang, isane ilang kudu digrenda, nganggo alat-alat seka dokter untu. Kerak iku dadi panggonane kruma kang terus ngunjek nang untu sahingga utune dadi krowok, la seka krowokan kuwi terus kelebon panganan banjur untune dadi bosok. Suwe-suwe untune entek mung gari tunggake wae. Wujud untu wis ora putih, nanging wujude dadi ireng, banjur krumane ngunjek mlebu nang untu tekan oyote untu mula banjur dadi lara.

Ing jaman sak mono kui wong kang maido marang wong kang lara untu, amarga wong kuwi untune ora tau dijaga, ora tau diresiki, lan ora tau sikatan sahingga untune dadi lara uga. Banjur agek wae ngrasakake lan ngerti, lamun untu kuwi balung lan atos kaya watu ya tetep wae bisa lara. Sahingga gentian maune maido wong lara untu saiki ngrasake dhewe. Saben dina glirih lan kreangan wae, kanggo mangan, ngumbe ora kepenak, apa maning nak krungu wong pada cerita apa guyonan dadi mangkel. Muga-muga wae wong kang maido marang pawongan kang nembe lara untu, dingapura dosane dening Gusti Allah. Dheweke maida amarga durung ngerti.

Sebabe maido
Maido iku salah sawijining pakerti kang ora bagus, wong maido kuwi merga ngerteni kahanan kang ora sak mestine, bisa uga ngerteni tumindake wong liya kang dadekake cilaka, banjur maido utawa nyalahake. Wong kang di salahake ora kumudu wong kuwi tumindake salah, ananging bisa uga wus ngerti ana wong tumindak bagus nanging ijih disalahake. Mila agama Islam paring pitutur lamun kita diprintahake “watawa shoubil haqqi watawa shoubish-shobri“ lan pada wasiat winasitan ing penggawe bagus lan sabar (QS. Al Ashr: 3), lan uga “wata’awanu ‘alal biiri wattaqqwa wala ta’awnu ‘alal itsmi wal ‘udwan” sami tulung- tinulung ing perkara kang bagus lan taqwa lan aja tulung tilunung ing perkara dosa lan memungsuhan”. (QS. Al Maidah: 2)

Agama uwis aweh pitutur kang bagus, sapa wonge nindakake pitutur yekti bakal dadi wong kang beja wiwit dunya tekan sisuk ing alam akhirat. lan sapa wonge ninggal pitutur kang bagus lan malah nglakoni larangane Gusti Allah mesthi bakal dadi wong kang cilaka. Lamun ora nemoni cilaka ing dunya mesthi bakal nampa siksa ing dina Qiyamat , sesuk bakal dilebokake ing neraka. Mula agama iku pitutur, nanging gari gelem apa ora ngaloni pitutur. Kabeh mau gumantung marang awake dhewe.

Maido kuwi penggawe kansemanag gampang, nanging durung mesthi bisa nglakoni gawe wong-wong kang seneng maido iku. Semana uga nyalahake marang wong liya iku uga gawean kang gampang. Nanging maido lan nyalahake iku sajatine penggawe kang ora bagus. Mula suoayane dadi wong kang bagus, sak durunge maido utawa nyalahake marang wong liya dipikir-pikir dingin, kira-kira nak tumeka ing awake kira-kira trima apa ora nak disalahake utawa dipaido. Keprige rasane wong dipaido, keprige rasane wong disalahake. Nek bisa mikir kaya mengkana iku tegese wus dadi wong kang ngati-ati ing dalem ucapan lan penggawean. Insya-Allah bakal dadi wong kang beja ing dalem dunya lan akhirat.

6/06/2020

Wit Gedang awoh Pakel, Bicara itu Mudah



Ada suatu peribahasa Jawa wit gedang awoh pakel omong gampang nglakoni angel, peribahasa Jawa kadangkala menunjukkan suatu makna tinggi, tidak mungkin terjadi, tetapi ada dalam kenyataan. Dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak orang yang melakukan rekayasa genetika, untuk meningkatkan hasil produksi, pertanian, perkebunan, peternakan dan lainnya di samping rekayasa genetika, ada suatu upaya pengembangan teknologi dengan melakukan penyambungan atau stek. Khususnya tanaman yang mempunyai batang, bisa dilakukan dengan penyambungan atau stek. Era sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Kalau zaman dahulu orang menanam rambutan, duku, kelapa, nangka, petai, jengkol tidak akan merasakan buahnya. Karena umur tanaman yang sangat lama, seorang ayah menanam yang akan merasakan buahnya kalau bukan anaknya ya cucunya. Karena pada zaman dahulu penanaman dilakukan dengan bijinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menemukan rekayasa genetika, dengan penyerbukan silang dari satu bunga ke bunga yang lain sehingga menghasilkan turunan yang berbeda dari induknya. Rekayasa genetika dikembangkan dengan melakukan upaya stek atau dengan penyambungan suatu tanaman dengan tanaman yang lainnya. Hal ini bisa terjadi kalau berasal dari tanaman yang berbatang dengan batang yang lain. Tetapi kalau tanaman yang bukan batang maka hal ini tidak akan bisa terjadi. Seperti dalam peribahasa Jawa mengatakan wit gedang awoh pakel, tanaman pisang berbuah pakel adalah tidak mungkin. Peribahasa Jawa itu mengandung makna yang misterius, omong gampang nglakoni angel, dalam bahasa Indonesia berarti bicara itu mudah tapi melaksanakan susah, atau bisa bicara tetapi tidak bisa melaksanakan.

Karena itu banyak sekali orang yang berupaya untuk menyusun kata-kata yang indah, kata-kata yang mengandung nasehat bijak yang diperuntukkan bagi orang lain, tetapi bagi dirinya sendiri justru jauh dari kata-kata yang bijak. Karena itu adalah merupakan rekayasa dari penyusunan kata-kata yang indah, agar bisa menjadikan kata itu indah didengar, dibaca dan dinikmati orang lain. Orang yang pandai menyusun kata-kata yang indah, kadang berangkat dari kesadaran spiritual, adanya kegelisahan di dalam hati, dengan kondisi segala sesuatu yang terjadi kemudian diungkapkan dengan kata-kata. Seperti seorang penyair, seniman dan sebagainya, kadangkala mereka secara fisik itu mempunyai penampilan yang berbeda dengan orang yang biasa pada umumnya, tapi secara spiritual dia sangat peka terhadap keagungan Allah. Di mana ketika ada sesuatu hal yang yang bertentangan dengan perintah Allah, dirinya merasa tidak bisa merubah perbuatan kemungkaran yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, kemudian menumpahkan dengan kata-kata yang indah dan kata-kata yang indah ini mengandung makna itu yang diharapkan bisa merubah kondisi yang memang tidak diharapkan.

Wit gedang awoh pakel, ngomong gampang ngelakoni angel, bicara itu mudah melaksanakan adalah susah sulit. Salah satu hal yang sering kita jumpai adalah kaitan dengan manajemen waktu. “Demi waktu, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan berwasiat dalam perbuatan haq dan sabar” (QS. Al Ashr: 1-3). Allah telah bersumpah dengan waktu, bahwa semua manusia dalam kondisi yang merugi. Karena tidak bisa memanfaatkan waktu, waktu tidak bisa dimaksimalkan untuk mencari bekal guna kehidupan di masa yang akan datang, malah untuk berfoya-foya, selagi masih muda dan kuat. Dengan kondisi ini akan menjadi orang yang merugi.

Waktu itu berkaitan dengan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu itu adalah masa yang sudah terjadi dan tidak akan mungkin terjadi lagi, maka banyak orang yang menyesal telah melakukan suatu perbuatan yang tidak sewajarnya, sehingga mendatangkan kerugian, penyesalan terus menerus. Penyesalan ini kadangkala bagi orang yang menyadari pentingnya waktu akan melakukan introspeksi. Kenapa waktu yang diberikan oleh Allah tidak dimaksimalkan peran dan fungsinya. Bukankah setiap manusia itu diberikan waktu yang sama, semua orang diberikan waktu dalam sehari semalam 24 jam. Mengapa waktu 24 jam ini ada orang yang bisa mengumpulkan pundi-pundi kekayaan yang berlimpah, tetapi dengan waktu 24 jam ada orang yang yang memikirkan bagaimana mencari makan untuk hari esok. Sehari bekerja digunakan untuk makan sehari, orang yang demikian adalah karena setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam mengelola waktu.

Banyak orang yang sering melalaikan terhadap waktu, padahal sudah kita sering mendengar peribahasa Arab mengatakan al waktu kassaifi bahwa waktu itu adalah seperti pedang, ketika orang lalai, tidak usah menunggu sampai sejam atau satu menit, karena sedetikpun lalai, maka pedagang akan menebas lehernya. Orang barat mengatakan time is money waktu itu adalah uang, karena karena dalam hitungan jam, menit bahkan detik sangat berarti untu bisa mendatangkan uang, karena itu tidak pernah melalaikan terhadap waktu. Karena itu, waktu lalu adalah waktu yang sangat jauh, waktu yang tidak akan bisa ketemu lagi, kecuali waktu yang telah lalu itu bisa di ambil hikmahnya untuk bekal membuat perencanaan pada masa yang akan datang.

Kemudian banyak lagi orang yang diberikan waktu 24 jam tapi merasakan masih kurang, bila diperintah untuk melakukan sesuatu, selalu bilang tidak ada waktu, tidak ada kesempatan. Apalagi bila diperintahkan untuk melaksanakan ibadah selalu menjawab, besok kalau sudah sempat, besok kalau sudah tua, besok kalau sudah kaya dan sebaginya, berbagai macam alasan disampaiakan. Ingatlah bahwa sesibuk-sibuk apapun tidaklah sesibuk dan sesingkat untuk mempertahankan kalimat tauhid di akhir hayat, apakah dalam keyakinan menyembah Allah atau menyembah taghuth. Pada akhir hayat akan terjadi perebutan dari golongan malaikat yang akan mengajak kepada surga dan setan atau iblis yang akan menjerumuskan untuk menjadi teman kelak di neraka. Maka sesibuk-sibuk apapun, sesungguhnya tidak ada bandingannya dengan kesibukannya ketika harus mempertahankan kalimat tauhid di akhir hayat.

Ketiga kita diberikan waktu sehat, kita kadang menghitung-hitung rezeki yang telah diberikan oleh Allah, harta benda dan kekayaan yang dimiliki, tapi tidak pernah menghitung berapa nilai kesehatan yang diberikan oleh Allah. Kesehatan itu nilainya lebih besar dari harta apapun yang dimiliki, dengan sehat manusia bisa berbuat apapun, dengan sakit manusia tidak akan bisa berbuat apapun. Dengan sehat manusia akan bisa menikmati kehidupan dengan baik, tapi kalau sakit kenikmatan hidup tidak akan bisa dirasakan dengan baik, maka dari itu sehat itu sesungguhnya rezeki dari Allah yang tidak terbandingkan. Karena itu kita diberikan kesehatan, marilah kita gunakan untuk sebaik-baiknya untuk lebih meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT.

Panjang umur sesungguhnya merupakan keniscayaan, mati juga merupakan kepastian. Tetapi kita tidak mengetahui sesungguhnya, akan berumur sampai berapa tahun, sampai kapan kita akan bisa menikmati kehidupan, tidak akan ada yang mengetahui kecuali hanya Allah. Karena umur yang panjang adalah umur yang bisa mendatangkan kemaslahatan, yang digunakan untuk sebaik-baiknya meningkatkan ibadah kepada Allah, umur panjang umur yang bisa memberikan manfaat. Bukan sebaliknya diberi umur yang panjang tetapi buruk amal perbuatannya, karena ini amat merugi. Agar beruntungmaka dengan panjang umur digunakan untuk meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah.

Waktu itu sangat berperan didalam kehidupan manusia, banyak orang yang mengatakan bahwa kita komitmen terhadap waktu, selesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan waktunya, tapi yang terjadi kadang kala kita sering menunda-nunda suatu pekerjaan, aktivitas sehingga akhirnya akan menjadi orang yang merugi. Kalau demikian ini, berarti sama halnya dengan pepatah Jawa wit gedang awoh pakel, ngomong gampang nglakoni angel, karena itu sebelum kita memberikan nasehat kepada orang lain. Alangkah baiknya terlebih dahulu memberi nasehat kepada dirinya sendiri, walaupun kadangkala lebih sulit memberi pada dirinya sendiri.

6/04/2020

Wong Wadon Ilang Ayune, Wong Lanang Ilang Baguse -Basa Jawa Ngoko



Sawijining dina ana pawongan loro kang crita, perkara wong wadon kang dipilih. Wong lanang siji takon karo kancane, awakmu milih wong wadon kue merga apane? Kancane jawab, merga ayune ya. Jawaban kang lumrah biasa dimirengake saka wong lanang. Senajan wis ngerti marang hadis nabi Muhammad SAW, lamun sira nyenengi marang wong wadon kuwi merga telung perkara sepisanan merga bandane, kaping loro merga keturunane, kaping telu merga ayune lan kaping papat merga agamane. Ananging kang luwih utama kuwi milih agamane, dadi perkara nggon bandha, keturunane, ayune kuwi sakwuse sak ngisore saka agama.

Dadi pilihan pertama yaiku marga saka agama. Mergane nengapa kok agama? Merga agama kang bisa nylametake urip ing dunya lan akhirat. Lamun bandha ya ora bakal digawa mati, nyenengi merga saka keturunane ya ora njamin bisa jaga seka genine neraka. Apa maning nyenengi wong wadon merga ayune. Lamun duweni akhlaq kang bagus ya bakal nglarani ati marang wong lanang.
Wong lanang lamun ditakoni, milih wong wadon merga apane? Biasane jawabane kompak merga ayune, pancen bener wong lanang iku ora munafik, nomor siji pancen ayune. Banjur wong lanang siji takon karo kancane, wong wadon diarani ayu kuwi merga apane? Merga sirahe, awake, sikile, tangane, irunge, lambene lan apa maning.

Saka crita iku isa dipundhut hikmahe, akih-akihe pawongan ningali bagus, ayu merga seka raine. Ana maneh cerita, ana wong lanang kang lagi numpak pit motor, ing ngarepe ana wong wadon kang katon elok lan ndhemenake. Ing sakjroning ati wong mikir, mandan ayune wong wadon iku. Sahingga wong lanang iku banjur nyepatake playune pit motor supayane bisa nyalip wong wadon iku lan isa mirsani jane raine koyo ngopo. Banjur nalika wis cedhak dipirsani jebule ora kaya kang ana ing panyana. Jebule wong wadon iku biasa-biasa wae, ora pati ayu. Wong lanang iku banjur nyepetake playune pit motore.
Kahanan kang mengkono iki jelas mertelakake, lamun kang diarani ayu iku merga raine, ananging ing jaman saiki prasasat wong wadon ilang ayune, wong lanang ilang baguse. Mergane raine ditutupi nganggo masker. Sahingga wong lanang utawa wadon, tuwa utawa enom kabeh padha nganggo masker, sahingga ora isa dingerteni wong wadon kui ayu apa ora ora, wong lanang bagus opo ora, ya ora keton wargane sing dipirsani mung mripate wae.

Mila mengkono iku, ing jaman sak iki wiwit sasi Maret kepengker nganti dina saiki sasi Juni, negara Indonesia lan ugi masarakat donya, kabeh nembe nandhang utawa nampa pagebluk Covid-19 sahingga kanggo nyegah anane virus, supayane ora nular marang wong liya awake kabeh supaya ngulinakake nganggo masker. Masker iku kang nutupi raine, sahingga kanthi masker iku, prasasat ora ana bedane wong ayu, ora ana bedane wong bagus. Kang bedakake among maskere. Apata ora kepingin keton ayune, utawi keton baguse, temtu wae kabeh wong kepengin kaya sak maune, ora ketutupan masker.

Mila kita kabeh didhawuhi karo pemerintah supaya padha bareng-bareng brasta virus lan ngilangake pagebluk, kelawan lelakon:

  1. Biasakake nyuci tangane nganggo sabun utawa nganggo hand sanitizer.
  2. Ngulinakake nganggo masker.
  3. Jaga jarak utawi social distancing.
  4. Ora susah nganakake kumpul-kumpul, lan rapat-rapat, shalat jamaah, nanging lamun kapeksa nindakake jarake antarane wong siji karo wong siji, adohe kurang antarane sak meter tekan rong meter. Semana uga wong Islam kang nindakake shalat jamaah iya kudu jaga jarak, aja mepet-mepet.
  5. Biasaake jaga reresik, yaiku ana ing papan panggonan, musholla, masjid, sekolah, pondok supaya di semprot kanggo disinfektan.
  6. Lamun kita padha ketemu karo kancane, seduluré, maring atasane ora usah salam-salaman. Pakulinan salam-salaman ora dilakoni, semana uga aja padha rangkulan lan, cipa-cipi kang isa nularake virus.


Dadi kahanan negara ingkang nembe nandang wabah virus korona iki, dadi tanggung jawab kabeh warga negara Indonesia, kalebu para ulama’ lan umara’, lan kabeh rakyat. Kahanan kaya ngono kuwi pancen abot, apa maning pakulinan apik kang dilakoni wong-wong Islam. Kaya ora susah shalat jamaah ning masjid, shalat Jum’at, pengajian, shilaturahim, salaman, kumpul-kumpul. Nanging kaya mengkana iku merga kahanan, sahingga kabeh wong kudune pada ngelingake marang sak padha-padha, kanggo medhot nular lan nyebare virus korona. Lamun wis bisa pedot banjur kabeh wong bisa nglakoni ngibadah lan nyambut gawe rumangsa aman lan ora kuatir maning.

6/03/2020

Pembatalan Ibadah Haji Tahun 2020, Solusi dan Problematika



Sejak mewabahnya pandemi Covid-19 pada bulan Maret tahun 2020 semua kegiatan harus dibatasi termasuk dalam hal peribadatan. Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dalam beribadah shalat, pendidikan dan ibadah sosial lainnya. Demikian juga dengan pelaksanaan ibadah haji tahun 2020. Arab Saudi sebagai negara tujuan pelaksanaan haji tidak lepas dari pandemi Covid-19. Sehingga melakukan langkah antisipatif dengan melaksanakan sterilisasi terhadap Masjidil Haram dan sekitarnya. Sejak bulan Maret 2020 semua akses perjalanan umroh ditutup dari semua jalur sampai bulan Juni 2020 pemerintah Arab Saudi belum membuka akses pelaksanaan ibadah haji. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dari tahun ke tahun juga jamaah haji selalu mengalami peningkatan.

Penutupan akses ke Arab Saudi berdampak pada pemerintah Indonesia, perjalanan umroh dibatalkan demikian pula dengan pelaksanaan ibadah haji tahun 1441 H/ 2020 M. Suatu kegembiraan bagi calon jamaah haji, ketika pada tahun 2019 pemerintah Arab Saudi memberikan tambahan kuota sehingga akan mengurangi jadwal tunggu yang terlalu lama. Namun ternyata kesenangan berbalik dengan tahun 2020 yang harus menerima kondisi pahit, ternyata jadwal tunggunya semakin lama. Harapan untuk segera melaksanakan ibadah haji harus ditunda. Pemerintah negara Indonesia melalui keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 494 tahun 2020 menetapkan pembatalan pemberangkatan jamaah haji pada penyelenggaraan haji tahun 1441 H/ 2020 M bagi seluruh warga negara Indonesia yang menggunakan kuota haji Indonesia dan visa haji mujama’ah.

Pembatalan pelaksanaan haji adalah suatu pilihan dalam kondisi yang tidak menentu sampai kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Dengan demikian dengan keputusan pemerintah tersebut menjadi kepastian bahwa haji tahun 2020 tidak dilaksanakan. Hal ini menjadi jawaban yang pasti bagi calon jamaah haji untuk bisa menyesuaikan. Pelaksanaan ibadah haji pada tiap-tiap daerah mempunyai tradisi yang berbeda-beda, ada di suatu daerah yang tidak terlalu membesar-besarkan kegiatan walimatussafar dan dan kegiatan pelepasan bagi calon jamaah haji. Namun di suatu daerah tertentu pelepasan calon jamaah haji menjadi kegiatan besar, karena layaknya orang yang yang mempunyai hajat, dia menerima tamu-tamu yang berkunjung untuk mendoakan keselamatan hingga 1 bulan menjelang keberangkatan. Tamu-tamu berdatangan baik dari kalangan teman, saudara maupun kerabat.
Kepastian dari pemerintah, satu sisi mendatangkan kejelasan tapi di sisi yang lain bahwa pembatalan ini akan mendatangkan suatu permasalahan khususnya bagi calon jamaah haji. Sebagaimana pengurangan kuota haji pada tahun sejak tahun 2016 ketika Masjidil Haram sedang direnovasi banyak calon jamaah haji yang tertunda. Bagaimanakah kondisi mereka terkena imbas, sudah terjadwal untuk berangkat kemudian ditunda, ternyata persepsi orang berbeda-beda, ada yang bisa menerima dengan lapang dada, menerima perubahan dengan ikhlas dan sabar, namun banyak yang belum siap untuk menerima perubahan. Karena yang terbayang bahwa dia akan segera berangkat untuk melaksanakan ibadah haji. Dan akan segera memperoleh gelar haji atau hajah.

Dalam suatu keluarga di mana dalam keluarga tersebut ada salah satu anggota yang akan berangkat haji. Namun karena adanya pengurangan kuota kemudian tidak jadi berangkat, padahal selama setahun aktif mengikuti manasik haji, bersama teman-temannya sudah akrab, sementara teman-temannya berangkat, dirinya tertunda. Kondisi yang demikian ini tidaklah dengan serta merta menerima realitas, pihak keluarga sedikit demi sedikit memberikan pemahaman, mengapa ibadah hajinya harus ditunda, berbagai macam upaya disampaikan, secara lahiriyah nampak mau menerima, namun secara batin ternyata menjadi beban moral yang luar biasa. Anti klimaknya dia sakit dan harus di opname, sakit yang disebabkan karena pemikiran, tidak siap menerima keadaan dan realita.

Mungkin bagi orang-orang yang tidak mengalami kondisi demikian, akan mudah mengatakan, bahwa haji adalah panggilan Allah. Tetapi bagaimana kalau hal yang demikian itu menimpa pada dirinya, sama saja orang menyuruh pada orang lain untuk bersikap sabar ketika menghadapi musibah, tapi ketika dirinya sendiri mendapatkan musibah ternyata susah untuk bisa menjadi orang yang sabar. Karena itu antisipasi pada tahun 2020 semua orang yang keluarganya akan melaksanakan ibadah haji, hendaknya bisa memberikan pemahaman kepada keluarganya, bahwa ibadah haji adalah merupakan panggilan. Sekalipun orang sudah mempunyai kemampuan sudah istitha'ah, namun bila Allah tidak memanggil maka tidak akan bisa melaksanakan ibadah haji. Sebaliknya banyak terjadi bahwa secara ekonomi orang tidak memenuhi syarat untuk bisa melaksanakan ibadah haji, tetapi ternyata Allah memberikan jalan orang tersebut bisa melaksanakan ibadah haji, baik dengan usahanya sendiri maupun melalui orang lain.

6/01/2020

Celotehan Dalam Grup Whatsapp, Saling Menyadari


Pandemi virus corona atau Covid-19 sungguh sudah merubah pandangan masyarakat terhadap orang lain, berkaitan dengan pergaulan dalam masyarakat, persaudaraan, shilaturahim dan saling mengunjungi. Hal ini terjadi di ketika mendengar berita ada warga yang terkena virus corona baik itu berstatus sebagai orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDB), orang tanpa gejala (OTG). Status sebagai ODP tentu masih bisa dimaklumi, karena biasanya mereka mempunyai kesadaran sendiri untuk mengikuti protokol pemerintah yaitu dengan mengkarantina diri sendiri dalam rangka untuk pencegahan dan sekaligus memutus mata rantai virus corona itu.

Akan tetapi bagi orang yang sudah diidentifikasikan sebagai PDB tentu hal ini akan merubah pandangan masyarakat, seakan-akan bahwa orang yang terkena virus corona, baik dirinya atau keluarganya harus dihindari oleh segenap masyarakat. Demikian juga apabila terjadi suatu kematian walaupun yang bersangkutan belum positif dinyatakan sebagai pasien virus corona yang meninggal dunia, tetapi tetap dilakukan proses pemulasaraan jenazah sampai pada pemakaman menurut protokol yang telah diputuskan oleh pemerintah. Pasien itu hanya bisa diantarkan oleh orang-orang dalam jumlah terbatas yang memang menggunakan alat pelindung diri (APD) medis agar tidak menularkan kepada yang lainnya.

Ada suatu kasus, bahwa penyebaran informasi tentang orang yang terkena virus corona melalui jaringan media social, terutama melalui whatsapp informasi cepat tersebar, dari 1 HP ke HP yang lain, orang akan bisa mengetahui siapa sebenarnya yang sedang terkena virus corona atau dia menyandang sebagai PDB. Kebetulan dalam suatu grup whatsapp ada salah seorang anggota yang mempunyai keluarga yang meninggal dunia dan meninggalnya itu belum diketahui karena terkena virus corona atau karena penyebab penyakit yang lainnya. Dalam perbincangan di WA, ada salah seorang yang bertanya Si Fulan sakit apa? Ada yang menjawab, katanya terkena Covid. Ada lagi yang menanyakan apakah kita bertakziyah? Berbagai macam pertanyaan dan jawaban, menjadi celotehan yang agak menegangkan.

Celotehan dalam grup whatsapp.
Perbincangan, tanya jawab, celotehan yang sifatnya ringan untuk mengetahui sebenarnya Si Fulan itu sakit apa, ketika ada seseorang yang mengatakan dia terinfeksi Covid yang mendengar informasi dari orang lain dan belum diklarifikasikan, sebenarnya dia itu meninggal karena sakit apa. Kebetulan hasil laboratoriumnya belum keluar, apakah memang benar Si Fulan itu terkena Covid atau sakit lainnya.
Dari kejadian itu, ternyata di lingkungan masyarakat sudah berkembang, di rumah duka tidak ada orang yang bertakziah dan cara pemulasaraan jenazah pun menurut protokol pemerintah, akses jalannya kemudian ditutup, tetangga kampung sebelah diminta untuk memutar arah ketika mau ke tempat kerja atau atau beraktifitas yang biasanya melalui jalan tersebut. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak tertular Covid-19, walaupun sebenarnya belum ada kepastian bahwa Si Fulan itu sebenarnya kena virus corona atau tidak.

Karena di grup whatsapp ini adalah terdiri dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan, keberagamaan, sikap dan perilaku yang berbeda tentu saja dalam menyikapi segala sesuatu akan berbeda-beda. Sehingga konflik sosial sangatlah mungkin terjadi, dari orang yang bijaksana akan menjadi orang yang sensitive, mudah tersinggung, bahkan kadang berupaya untuk mendramatisir kejadian untuk menambah masalah. Mencari dukungan orang-orang yang sepaham, sehingga semakin menambah kebencian pada orang lain. Bisa jadi akan keluar dari grup whatsapp bahkan yang lebih memprihatinkan mengasingkan diri dalam keluarga dengan menjauhkan diri dari hubungan hidup bermasyarakat. Perpecahan anggota masyarakat karena terjadinya miskomunikasi misinformasi.

Inilah suatu gambaran, bahwa virus corona benar-benar sudah merubah mindset, tatanan masyarakat bahkan kehidupan beragamapun kemudian juga berubah. Dengan demikian di masa pandemi ini hendaknya kita sekalian untuk bisa menyeleksi mana informasi yang benar dan mana yang tidak benar, janganlah semua informasi di terima apa adanya, demikian pula bahwa semua orang itu hendaknya bisa memahami, menyadari, bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai virus corona di antaranya adalah dengan menyelenggarakan sosial distencing yaitu mengadakan pembatasan dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Bukan hanya dalam kehidupan masyarakat, tetapi dalam kehidupan beragama pun diharapkan untuk melaksanakan sosial distancing, membatasi dalam kontak kontak sosial.

Pasien yang dinyatakan positif virus corona ternyata ada yang dengan gejala dan ada yang tanpa gejala. Yang dengan gejala, misalnya tenggorokannya gatal, sakit untuk menelan, demam kemudian panas, batuk-batuk kemudian setelah di cek laboratorium ternyata positif terkena virus corona. Tetapi ada pasien yang sama sekali tidak ada gejala, tiba-tiba sakit, kemudian ketika dicek ternyata dia itu memang positif terkena virus corona. Dengan demikian diupayakan agar melakukan deteksi dini, penjagaan diri dari hal hal yang dimungkinkan untuk menjadikan penyebaran virus corona. Misalnya membiasakan untuk mencuci tangan, selalu memakai masker, tidak berpergian kecuali memang hal-hal yang sangat mendesak dan sangat penting, kemudian tidak menyelenggarakan kontak sosial secara besar, kemudian juga tidak menyelenggarakan silaturahim, tidak berjabat tangan apalagi sampai berpelukan. Padahal hal-hal seperti itu sebelum ada virus corona itu adalah hal yang memang baik, dalam kehidupan masyarakat, baik bahwa sebagai umat manusia untuk selalu menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat, saling tegur sapa, bila bertemu berjabat tangan, mengadakan musyawarah, bagi orang Islam menyelenggarakan salat berjamaah di tempat-tempat ibadah, mengadakan majelis taklim, menyelenggarakan salat Jumat sebagai media ukhuwah pertemuan mingguan bagi umat Islam. Kegiatan yang positif ini sebelum ada virus corona selelu dianjurkan oleh para ulama, da’i, mubaligh, ustadz untuk mengikuti sunnah rasul dan juga untuk mewujudkan rasa persaudaraan dan meningkatkan ukhuwah.

Saling memahami dan menyadari.
Virus corona datang menghantam kehidupan masyarakat, dari kegiatan kegiatan baik yang dianjurkan tiba-tiba untuk tidak dilaksanakan. Karena ini menjadi permasalahan di dalam masyarakat, ada yang mengikuti himbauan pemerintah, juga ada yang tidak mengikuti himbauan pemerintah mereka mengikuti kemauan dirinya sendiri. Karena itu di dalam media whatsapp, facebook, status hendaknya bisa menggunakan kata-kata yang bijak. Ketika marah maka batasilah kemarahan itu, rasul pernah menyatakan bahwa orang yang perkasa itu bukanlah orang yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya tetapi orang yang perkasa adalah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya ketika sedang marah” (hadits).

Marah itu adalah suatu teman syetan, orang yang marah dalam melakukan sesuatu perbuatan tanpa pertimbangan apalagi pemikiran. Sering terjadi perkataan dan perbuatan yang spontan. Maka biasanya akan terjadi adalah penyesalan, contoh ada seoarang laki-laki yang pulang kerja, dalam kondisi capek dan lapar, dia mau makan. Setelah ambil nasi ternyata di meja makantidak ada lauknya, maka spontan marah nasi ditumpahkan lalu piring dibanting mengenai TV atau benda lainnya. Kerugiannya menjadi banyak lagi, marah tidak akan menyelesaikan masalah, marah akan membawa masalah, marah akan membawa malapetaka dan bencana karena. Karena itu sadarilah, bahwa marah itu harus dikendalikan. Ketika sedang berdiri maka duduklah, ketika marah dalam kondisi duduk maka berbaringlah, bila masih marah maka segeralah mengambil air wudhu dan laksanakan shalat 2 rekaat.
Mengendalikan marah dalam masa pandemi virus corona, kita menyadari realitas di masyarakat, bila ada orang yang sakit batuk kemudian dia meninggal akan di klaim meninggal karena Covid, demikian pula bila menderita penyakit lainnya. Tetapi kita harus yakin dan meyakinkan diri bahwa meninggal bukan karena terkena Covid-19, dan meninggal adalah sudah ketentuan Allah, segala yang bernyawa pasti akan mati. Dan bila meninggal dalam kondisi pandemi virus corona agar tetap bersabar. Terutama sabar atas tanggapan dan persepsi orang lain.

Bila marah maka tahanlah, Rasulullah SAW pernah berkata: barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir muliakanlah tamu, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka bebuat baiklah kepada tetangga dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik, kalau tidak bisa berkata yang baik maka lebih baik dia” (hadits). Dengan demikian tengah di tengah pandemi virus corona ini agar bisa menahan diri, mengendalikan dari hal-hal yang sifatnya tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, karena apa yang kita harapkan dalam kehidupan masyarakat kadang kala memang tidak sesuai dengan harapan dan sebaik-baik kita adalah bagaimana menjadi orang bisa bermanfaat bagi yang lain.

5/27/2020

Belajar Shalat Membiasakan Untuk Disiplin Bagian I


Shalat adalah salah satu ibadah yang tidak akan ada habis-habisnya. Betapa agung nilai ibadah shalat, sehingga untuk melaksanakannya perlu pendidikan, pelatihan dan pembiasaan yang tidak ada henti-hentinya. Ibadah shalat selalu berkaitan dengan kondisi mental dan spiritual. Ibadah shalat dikerjakan secara total, aktivitas fisik dimulai dari takbiratul ihram hingga salam merupakan aktivitas rutin yang tidak boleh diganti dengan aktivitas lain kecuali orang-orang yang mendapatkan rukhsah karena mengalami masyaqat untuk tidak melaksanakan shalat sebagaimana mestinya.

Aktivitas rohani berkaitan dengan kondisi mental spiritual, aktivitas rohani menyertai aktivitas fisik. Maka bila antara aktivitas fisik dan rohani tidak sejalan, ibadah shalat menjadi tidak khusyuk, karena itu menjadi sulit untuk membedakan antara orang yang sudah melaksanakan shalat dengan yang tidak melaksanakan shalat. Yang semestinya dalam Aktivitas keseharian akan berbeda, karena shalat seharusnya dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar tetapi faktanya yang terjadi terkadang “shalat terus maksiat tetap jalan”.

Belajar shalat
Belajar shalat merupakan proses atau usaha dari tidak tahu agar menjadi tahu, dari sudah tahu agar menjadi paham, dari paham untuk dilaksanakan, dari keterpaksaan menjadi keikhlasan. Belajar shalat biasanya diterapkan bagi kelompok anak-anak, dia tidak tahu kaifiyah dan bacaannya, dia belum paham tentang makna shalat sehingga usia anak-anak biasanya pembelajaran hanya terbatas pada ibadah lahir, gerakan, bacaan, ibadah batin belum bisa di belum terjangkau.

Dari pembelajaran itu dan dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan, setelah mendengar waktu shalat segera bergegas untuk menegakkan shalat. Ibadah shalat pada anak-anak biasanya terpengaruh oleh situasi dan kondisi dari lingkungan, shalat pada anak-anak rentan dengan perubahan. Bila berjajar dengan teman yang suka bermain, ia pun akan ikut bermain, bahkan bila mendengar temannya batuk maka akan pura-pura batuk, teman lain pun juga ikut batuk. Sehingga sering ditemuai dalam pelaksanaan shalat berjama’ah tersedngar suara batuk yang bersahut-sahutan karena tingkah anak-anak.

Pada suatu saat seorang ayah mengajak pada anaknya untuk menegakkan shalat, anak pun segera berwudhu dan setelah berwudhu segera berdiri di belakang ayahnya untuk shalat. Ayahnya mengucapkan takbiratul ihram menandai bahwa shalat sudah dimulai anaknya sebagai makmum ikut takbiratul ihram. Tetapi kemudian terdengar bunyi “rengeng-rengeng” seperti sedang menyanyi, tidak begitu jelas, tetapi bukan bacaan shalat. Kebetulan anaknya sebelum shalat baru saja melihat tayangan di TV sehingga mungkin masih terbawa ketika shalat. Ayahnya mengucapkan Allahu Akbar menandakan untuk ruku’, sampai duduk akhir masih terdengar suara rengeng- rengeng. Setelah selesai shalat sang ayah menanyakan pada anaknya tadi kamu membaca apa? Anaknya menjawab “memikirkan sesuatu”. Ini sebagai contoh bahwa shalatnya anak kecil sangat terpengaruh dengan lingkungan dan ternyata pada orang tua pun konsentrasinya menjadi terpecah.

Belajar shalat tidak akan ada ada ada habisnya pada awalnya tahu kaifiyahnya dan bacaannya. Bagaimana menjaga kaifiyahnya dan bacaan sesuai dengan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, sadar dengan apa yang dilakukan, tahu dengan yang dibacanya. Kaifiyah shalat dijaga, i'tidal dan tuma'ninah nya demikian, pula bacaan shalat hendaknya jelas dan dapat dipahami dari itu memerlukan pembelajaran dan pelatihan.

Pembelajaran dan pelatihan untuk selalu dijaga dan dilestarikan, setelah itu akan selalu berupaya menyatukan antara gerakan lahir dengan menghadirkan hati, karena sering terjadi bahwa jasad nya berada di tempat shalat, namun hati dan pikirannya kemana-mana. Hati sibuk dengan urusannya, pikiran juga sibuk dengan urusannya. Padahal shalat adalah mi’rajnya bagi orang-orang mu’min. maka satukanlah jasat, hati, bacaan dan gerakan sedang menghadap Allah SWT. Lihat Belajar Shalat dan Sempurnakan Wudhu Bagian II

5/20/2020

Tinggalkan Kesenangan Sesaat, Raih Kebahagiaan Selamanya



Tradisi menyambut Idul Fitri dengan persiapan makanan, pakaian, perhiasan berlangsung secara turun-temurun. Padahal yang seharusnya Idul Fitri adalah kembali pada kesucian, untuk mendapat ampunan Allah. Idul Fitri mulai menapaki hidup dan suasana yang baru, dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadhan dan segala amaliah untuk dilaksanakan diluar bulan Ramadhan.

Setelah selesai puasa Ramadan, mulai bergegas untuk puasa tanggal 2-7 Syawal, dengan melaksanakan puasa sunah, puasa Senin Kamis, puasa Dawud, puasa tengah bulan. Shalat tarawih dilanjutkan dengan shalat hajad, tahajud, istikharah dan lainnya. Tadarus Alquran untuk dibiasakan, pengelolaan zakat fitrah dengan meningkatkan infaq dan shadaqah. Sehingga Idul Fitri bukan menjadi bar-baran (semuanya sudah selesai), puasanya sudah bar, tadarus nya sudah bar, infaq shadaqahnya sudah bar, semua amal ibadah menjadi bar atau berakhir dan akan kembali pada tahun yang akan datang.

Puasa Ramadhan dengan segala amaliyahnya menjadi kegiatan-kegiatan ibadah yang belum dikondisikan kelanjutannya, kadang organ tubuh belum siap menerima keadaan. Shalat tarawih biasanya ramai pada minggu pertama, tadarus Alquran hanya pada bulan Ramadhan, infaq shadaqah hanya pada bulan Ramadhan dan semua amaliah yang baik hanya tinggal kenangan saja. Setelah selesai puasa Ramadhan diawali dengan memasuki 1 Syawal perilaku israf dipupuk kembali.

Sikap Frontal
Ibadah puasa Ramadhan pada tahun 1441 H/2020 M sangat berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana gema dan gebyar Ramadhan terjadi dimana-mana, shalat tarawih, tadarus Alquran, majelis taklim, nuzulul Qur’an, salat berjamaah, pada tahun tersebut dan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun ini menjadi tahun berbeda, dimana setiap ibadah biasanya dipusatkan di masjid/ musholla tetapi pada tahun ini dihimbau untuk dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah dan lembaga keagamaan telah memberikan himbauan namun ternyata masih banyak umat Islam yang tidak menghiraukan himbauan tersebut. Perkumpulan orang-orang tetap dilaksanakan, shalat Jum’at, tarowih, tadarus Alquran dilaksanakan secara bergerombol, majlis taklim. Pada umumnya mereka tidak mau meninggalkan momentum penting pada bulan Ramadhan. Ibadah yang penuh berkah tetap dilaksanakan seakan-akan tidak ada wabah pandemi Covid-19.

Keyakinanpun menjadi sikap frontal, tidak mau mengikuti himbauan dari pemerintah dan MUI, memang banyak orang yang menyayangkan meninggalkan amaliyah ibadah di bulan Ramadhan. Namun satu sisi berusaha melakukan kebaikan dan amal shalih, tetapi idak menghiraukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, tidak menghiraukan seruan amaliah di bulan Ramadhan.

Kenangan Sesaat
Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang telah lalu, dimana aktivitas dan gerak dibatasi karena adanya wabah pandemi virus corona/ Covid- 19. Untuk melawan dan menghentikan penyebarannya dengan pengurangan aktivitas kegiatan sosial, perkumpulan, sosial distancing, PSBB bahkan lock down. Pembatasan ini juga harus dengan kesadaran diri untuk meninggalkan kesenangan sesaat yang bisa jadi akan menimbulkan musibah, bencana pada masa yang akan datang. Demikian pula Idul Fitri hendaknya dirayakan dengan kondisi yang sederhana. Mulai dari makan, minum, pakaian, perhiasan dengan yang sudah ada atau apa adanya. Tidak perlu terlalu fokus pada kegiatan pesta, makan-makan, minum dan saling berkunjung.

Ada pesan Idul Fitri yang disampaikan lewat lagu lama yang dinyanyikan oleh Dea Ananda:

Baju baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama

Sepatu baru Alhamdulillah
Tuk dipakai dihari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada sepatu yang lama

Potong ayam Alhamdulillah
Untuk dimakan di hari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada telur ayamnya

Bikin kue alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak bikin pun tak apa-apa
Masih ada singkong goreng nya

Ref:
Hari raya Idul Fitri
Bukan untuk berpesta- pesta
Yang penting maafnya lahir batinnya

Untuk apa berpesta-pesta
Kalau kalah puasanya
Malu kita kepada Allah yang esa.

Kupat sayur alhamdulillah
Tuk dimakan dihari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada nasi uduknya

Pembatasan dan pengendalian diri sebagai hasil dari pelaksanaan ibadah puasa, dimana puasa merupakan tameng dari perbuatan yang tidak baik, puasa melatih berbuat sabar dan ikhlas, puasa mewujudkan kepedulian sosial dan empati, puasa untuk pensucian rohani dari hawa nafsu yang tidak baik. Selama 1 bulan umat Islam telah dilatih atau melatih diri, menerpa diri dengan akhlak dan perilaku yang terpuji dengan landasan iman dan taqwa kepada Allah.

Kesederhanaan dalam makan, minum, pakaian dan penampilan bukan karena menghadapi pandemi, tetapi seungguhnya merupakan perintah agama. Sederhana bukan berarti bahil tetapi untuk selalu memupuk kedermawanan, jiwa sosial, empati dan ukhuwah bersama. Kita tidak tahu sampai kapan wabah pandemic Covid-19 akan berakhir. Ilmuan dunia belum menemukan vaksin, semua orang hanya bisa antisipati, jaga diri dengan mengikuti himbauan ulama’ dan umara’.

Memang kadang tidak ikhlas untuk meninggalkan atau mengalihkan kebiasaan yang sudah berjalan dengan baik, shalat Jum’at, shalat berjamaah di masjid/ musholla, shalat tarorih, pemberian kupon infaq sedekah, shalad Id di masjid dan lapangan terbuka, shilaturahim, halal bihalal. Semua ini adalah ibadah yang sudah mentradisi dan tradisi yang sudah membudaya. Tak aneh bila melihat selebaran dan himbauan untuk tidak menyelenggarakan kegiatan atau mendengar himbauan, banyak orang yang menanggapi dengan sinis. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya semua orang untuk dapat menerima dengan ikhlas. Ingat bahwa pengorbanan ini untuk kepentingan jangka panjang dan kepentingan orang banyak. Masih banyak jalan untuk mendapat kebaikan dan masih banyak cara untuk membuat kebaikan.

Tidak shalat Jumat tetapi menegakkan shalat dhuhur, tidah shalat bejamaah di masjid/ musholla tetapi selalu menjaga shalat jamaah di keluarga, tidak shalat tarowih di masjid/ musholla tetapi selalu menegakkan shalat tarowih bersama anggota keluarga, zakat, infaq dan sedekah diamanatkan kepada lembaga amil zakat, shalat Idul Fitri dilaksanakan di keluarga, shilaturahim untuk dibatasi, halal bihalal secara on line.

Sesungguhnya yang membedakan hanyalah ibadah yang bernuansa sosial, sekalipun tidak ada shilaturahim semoga shilaturahim tetap terjaga. Jaga diri dan keluarga tingkatkan peduli pada orang lain. Tinggalkan kesenangan sesaat untuk meraih kebahagiaan masa depan lebih baik. Jangan anggap enteng sesuatu yang sudah jelas berbahaya, tidak ada yang dapat mencegah musibah dan bahaya kecuali kita diwajibkan untuk berusaha, berikhtiar dan tawakal. Semoga pandemic segera berakhir.

5/18/2020

Karena Malas Jadi Ambyar


Kata malas sering diungkapkan atau diucapkan oleh siapapun yang kadang tanpa disengaja. Kata yang mudah keluar dari mulut secara reflek, tanpa disadari bahwa efek dari ucapan itu dirasa sangat berat. Malas adalah salah satu sifat buruk yang ada pada manusia. Rajin adalah kebalikan dari malas. Waktu belajar di sekolah dasar di sana dikenalkan dengan peribahasa, rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh, hemat pangkal kaya. Kalimat itu masih membekas dan kadang bisa menjadi sumber inspirasi dan nasihat bagi anak-anak.

Kata ini sangat penting untuk dicermati, ketika sedang menghadapi permasalahan, sedang menerima tugas, akan menjawab malas, capek. Ada anak sekolah, setelah pulang sekolah disuruh oleh orang tuanya untuk segera berganti pakaian dan membantu orang tuanya, anak menjawab, malas, capek. Orang yang sudah hidup berumah tangga pagi hari enak-enakan tidur di tempat tidur atau duduk- duduk, santai sambil nonton TV dan lain sebagainya sehingga ketika diingatkan untuk beraktifitas, jawabnya malas. Jawaban ini sangat mudah untuk diucapkan, tanpa disadari bahwa sebenarnya apa yang diucapkan itu menjadi doa yang bisa jadi akan menjadi kenyataan.

Hendaknya ketika sedang capek, bagaimanakah dari sikap apatis menjadi dinamis, pesimis menjadi optimis, negative menjadi positif. Dengan maksud bahwa kata-kata dan ucapan akan menjadi sumber kebaikan dan keberkahan. Setelah istirahat nanti akan saya kerjakan, atau sebentar, saya relaksasi dulu biar tambah fres dan dapat inspirasi. Jadi sekalipun terasa capek, malas namun tetap ada dorongan untuk menyelesaikan tugas. Karena biasanya bila sudah keluar kata capek, malas maka kekuatan akan hilang.

Efek dari sikap malas.
Ucapan malas ini pun juga akan menjadi di doa, karena sikap malas sebenarnya akan menjadikan suatu permasalahan semakin menumpuk, pekerjaan akan tertunda, tugas akan ditunda, apapun akan tertunda, padahal tugas dan pekerjaan ini adalah suatu kewajiban yang harus diselesaikan. Kalau sudah sampai date linenya padahal belum ada realisasi atau tindakan untuk menyelesaikan. Maka akan memunculkan masalah-maslah baru, tugas-tugas baru sehingga membutuhkan waktu, tenaga, fikiran, biaya yang ekstra untuk menyelesaikannya. Dengan demikian akan berefek kesehatan, hubungan sosial dan kinerja.

Terlalu banyak pikiran maka akan mengganggu metabolisme tubuh. Contohnya akan terkena masuk angin, sakit maag, asam lambungnya naik, akan terkena hipertensi, diabetes, jantung dan sebagainya. Kemudian dari segi social, karena sibuk dengan urusan untuk menyelesaikan masalah, maka hubungan sosial menjadi renggang. Bahkan ketika bertemu dengan teman, sahabat, kerabat, saudara dengan siapapun. Raut muka Nampak carut-marut, tidak ada wajah ceria, yang ada adalah wajah serius, tegang menghadapi masalah untuk segera diselesaikan. Kemudian dari segi biaya pun orang yang seperti itu akan mengeluarkan biaya semakin banyak, karena untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk tentu membutuhkan suplemen makanan, agar kondisinya tetap fit.

Bita lihat kesuksesan seseorang, sesunggunya sukses itu bukan hanya di hayalkan dan direnungkan, tetapi butuh usaha, ikhtiar yang sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan kedisplinan. Suatu kesulitan atau suatu hal yang seakan tidak bisa diatasi, apadahal itu hanyalah suatu bayangan fatamorgana. Ada seoarang sarjana S1 dia ternyata bisa bekerja pada bidang yang tidak dipelajari waktu sekolah dan kuliah, jauh melenceng dari disiplin ilmu yang dipelajari. Namun justru dari bangku sekolah dan kuliah itulah bisa merubah mind set, bahwa selagi mau mencoba, mau berusaha dengan sungguh-sungguh pasti bisa. Tidak ada yang tidak bisa terhadap sesuatu yang kelihatan. Yakinlah bahwa suatu yang nampak bisa dipelajari dan bisa dilakukan. Semamin sulit maka disitulah ujian bagi orang-orang yang berilmu.

Seorang professor, dia menjadi profesor bukan dengan serta-merta memperoleh gelar, tapi harus melalui proses, bagaimana mengelola diri terhadap waktu, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Allah itu menciptakan waktu bagi makhluk-Nya itu sama, sehari semalam 24 jam. Tetapi dari waktu 24 jam itu ada yang bisa mengelola waktu bisa memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang baik. Contoh selalu membiasakan diri untuk bangun tidur lebih awal. Sebelum melaksanakan salat subuh selalu membiasakan diri untuk memanfaatkan waktu sepertiga malam yang terakhir untuk bermunajat kepada Allah, melakukan salat lail, berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk, kemudahan dalam segala urusan, diberikan petunjuk di dalam menjalani kehidupan di dunia, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun untuk orang lain.

Setelah salat subuh dilakukan secara berjamaah, kemudian melaksanakan tadarus Alquran, membaca buku membaca kitab atau mengikuti kajian jadi antara waktu subuh sampai matahari terbit selalu digunakan untuk merenungi diri, untuk mengasah otak pikiran, menjauhkan diri dari tempat tidur. Coba kalau dihitung dari segi waktu, berapa jam orang tersebut tidur dalam sehari semalam, mungkin hanya 3 sampai 6 jam sudah cukup, mengapa? Karena tidur yang berkualitas, tidur yang memang dilandasi dengan sunnah rasul. Banyak orang yang yang menggunakan waktu 24 jam waktu yang diberikan Allah, tetapi lebih banyak digunakan untuk tidur, untuk bermalas-malasan, maka yang terjadi mendapat kesulitan untuk bisa meraih cita-cita yang diharapkan.

Sesungguhnya malas itu merupakan penyakit hati yang harus diperangi, memang malas itu berkaitan dengan vitalitas tubuh, penyakit yang menyertai adalah mengantuk. Kalau mengantuk memang kurang istirahat obatnya untuk beristirahat, ngantuknya karena terlalu kenyang maka kurangi makannya, bila mengantuk tanpa sebab maka dicari sebab-sebabnya. Agar waktu yang dimiliki dapat lebih bermanfaat, karena malas bisa membuat rencana, cita-cita harapan menjadi ambyar. Untuk membalikkan sikap malas senantiasa bersyukur atas segala yang telah diberikan Allah.
Syukur diberikan kehidupan, hidup di dunia adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah yang harus disyukuri, karena sesungguhnya dunia adalah ladang bagi orang-orang yang beriman untuk menanam dan besok di akhirat adalah tempatnya untuk memanen. Diberikan kesehatan juga bersyukur, maka jangan malas untuk menjaga kesehatan. Karena kalau bermalas-malasan dengan kondisi yang ada, akan menjadikan tubuh menjadi kurang sehat, maka jangan malas untuk beraktifitas, jangan malas untuk bergerak, jangan malas untuk berolahraga, semua itu adalah upaya untuk mensyukuri nikmat kesehatan. Diberikan panjang umur kita renungkan, bahwa kita diberikan umur yang panjang oleh Allah merupakan kenikmatan. Wujud rasa syukur kita adalah dengan meningkatkan ibadah kepada Allah, maka agar menjadi orang yang bersyukur jangan malas melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh karena dalam setiap ibadah pasti ada tantangan ada gangguannya ada hambatannya. Bersyukur diberikan kesempatan untuk melakukan perintah-perintah Allah, karena itu jangan malas untuk memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah. Sempatkan waktu untuk belajar, membaca, beribadah, untuk menolong sesame, melakukan kebaikan-kebaikan yang bermakna, sempatkan waktu untuk menggunakan waktu tenaga pikiran untuk kemaslahatan kepentingan bersama.

Malas belajar maka akan menjadi orang yang bodoh, malas bekerja maka akan menjadi orang yang miskin. Malas beribadah maka dia akan menjadi orang yang jumud orang yang susah berkembang orang yang susah menerima mendapat masukan dari orang lain. Malas dalam berdzikir, maka dia hatinya akan kosong dan berdampak pada amaliyahnya. Malas adalah penyakit rohani dan harus diobati.

5/12/2020

Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral?

Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti contoh, dalam bahasa Arab adalah uswah. Nabi Muhammad adalah figur dijadikan contoh.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Dalam ayat itu Allah sebagai Sang Khalik atau pencipta, kata yang Maha Mengetahui perihal segala hal ciptaan-Nya, bila Allah yang mengatakan, maka tidak dapat dipungkiri karena firman Allah adalah suatu kebenaran hakiki yang harus diyakini. Bagi yang mengingkari kebenaran firman Allah maka dia orang bukan orang yang beriman. Perihal ciptaan Allah tentang manusia pilihan yang patut dijadikan contoh yaitu Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya dalam pribadi Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik

Keteladanan Rasulullah
Menjadi teladan tentu harus mengetahui kelebihan dan kebaikannya. Jadi jangan sampai bisa mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad figur uswatun hasanah tapi tidak mengetahui sisi-sisi keteladanan beliau. Ada beberapa ciri rasul yang bisa dijadikan teladan:

  1. Al Amanah yaitu terjaga lahir dan batinnya dari segala macam perbuatan maksiat, dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu khianat. beliau terjaga dari perzinaan, minuman khamr dan sejenisnya, berdusta dan perbuatan dosa lainnya yang kasat mata juga terjaga dari kemaksiatan lainnya. Yang bersifat batiniah seperti dengki, sombong, iri, ria’ dan perbuatan dosa lainnya yang dilarang oleh Allah. Maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan untuk memiliki sifat tersebut sebab kita diperintahkan untuk meneladani Rasul dan secara tidak langsung kita pun dilarang memiliki sifat sebaliknya yaitu kiamat
  2. Shidiq berarti jujur. Berkata dengan jujur dan mustahil bersifat sebaliknya yaitu al kizzib atau dusta sebab jika Rasul berdusta maka pemberitaan dari Allah pun dusta, padahal mustahil Allah bersifat berdusta jika mustahil rasul berdusta maka shidiq bagi beliau adalah wajib.
  3. Al Fathonah berarti cerdas dan waspada dan mustahil bagi rasul pelupa dan tidak waspada sebab jika rasul tidak cerdas, maka tidaklah mungkin mampu memberikan argumentasi terhadap lawan-lawannya tentang kebenaran yang dibawanya, dan bertentangan dengan tugas Rasul yaitu menunjukkan kepada kebenaran bagi seluruh manusia. Maka jelaslah bahwa Rasul bersifat Fathonah.
  4. Tabligh berarti menyampaikan perintah Allah kepada manusia dan mustahil sebaliknya yaitu menyembunyikan perintah Allah sedikitpun, sebab jika rasul menyembunyikan perintah Allah, maka kita pun secara tidak langsung diperintahkan menyembunyikannya. Sebab kita wajib meneladani rasul, maka wajiblah rasul menyampaikan kepada manusia semua perintah Allah.


Adapun sifat yang Jaiz ialah semua sifat manusia yang tidak mengurangi martabat kemanusiaan seperti makan minum beristri dan penyakit yang tidak menjadikannya tercela dan tidak menjadikan manusia menjauh dari Rasul. Adapun penyakit yang menjadikannya manusia menjauh darinya seperti gila kusta Ayan utamakan penyakit jenis ini tidaklah Jaiz
Bila mencermati dalam sejarah dan hadits rasul, banyak sekali yang memvisualisasikan sikap dan kepribadian Rasulullah, sebagi contoh:
1. Nabi Muhammad adalah pribadi yang mempunyai keyakinan yang teguh, mantap. Dengan keyakinan yang mantap ini tidak tergoyahkan karena harta pangkat dan jabatan. Nabi Muhammad pernah kedatangan tamu-tamu orang kafir Quraisy mereka berusaha mempengaruhi nabi Muhammad dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi orang paling kaya di kota Mekah, mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki, hal tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad dengan syarat engkau jangan memaki-maki Tuhan- Tuhan kami dan menjelek-jelekkannya atau sembahlah Tuhan Tuhan kami selama setahun. Nabi menjawab “Aku akan menunggu wahyu dari Rab-Ku. Kemudian turun surat Al Kafirun ayat 1-6 turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Walid Bin Al Mughirah, Al Ashi bin Wail, Al Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah, mereka mengajak nabi Muhammad untuk bersekutu dan menyembah. Dengan tegas rasul menyampaikan firman Allah.

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. 109: 1-6)

2. Beliau pribadi yang selalu konsisten taat beribadah, walaupun Allah telah menjadikan Muhammad pribadi yang maksum, dijaga dari perbuatan dosa. Sehingga dijamin masuk ke dalam surga, tetapi nabi Muhammad tetap giat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Pada suatu saat Siti Fatimah yang tidak lain adalah istri beliau menyatakan kepada Rasulullah wahai Rasul kenapa engkau setiap malam masih bersimpuh kepada Allah, sujud kepada Allah, melaksanakan shalat lail hingga kakimu bengkak, tepat sujudmu basah, memohon ampun kepada Allah? Bukankah Allah telah menjaga-Mu, menjadikan-Mu pribadi yang maksum dan di jamin masuk surge? Rasulullah hanya menjawab apakah aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang bersyukur? Maka Rasulullah melaksanakan ibadah shalat, beribadah semata-mata sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, jadi bukan karena takut masuk ke dalam neraka dan ingin masuk ke dalam surga, tidak, tapi semuanya itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Disampaing keteladanan setelah mengetahui hal-hal kebaikan dan keutamaan Rasulullah, namun kehidupan manusia berada di tengah-tengah masyarakat, tentu setiap orang mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda, manusia mempunyai pengamalan dan kebiasaan yang berbeda sehingga akan menimbulkan kesadaran dan pengalaman yang berbeda pula.

Ada seorang atasan menegur pada bawahannya yang mempunya kebiasaan buruk, datangnya selalu telat, ada pekerjaan tidak segera di lakukan, suka ngobrol hingga melakukan gosip atau menyebar gosip, sehingga setiap akhir bulan dimintai laporan kegiatan selalu mengelak. Lalu atasan memberikan visualisasi untuk meniru temannya yang disiplin, rajin, ulet sehingga nampak ada kedamaian di dalam dirinya.

Ketika memberikan visualisasi ternyata dia juga mempunyai kekuarangan, walau mempnyai kelebihan di bidang yang lain. Kondisi yang demikian ini, ternyata jauh hari Rasululah Muhammad SAW telah memberikan kunci visualisasinya, yaitu jadilah pribadi yang pandai bersyukur dan bersabar. Bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan Allah, syukur dengan lisan yaitu mengucapkan hamdalah dengan memuji kepada Allah, syukur dalam hati selalu berupaya untuk memantapkan aqidah Islam yang telah tertanam di dalam hati. Syukur dengan perbuatan adalah senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, bahkan merasa kurang dalam melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah, sehingga dirinya selalu berupaya untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.

Orang yang sabar adalah orang yang dapat menjaga diri dan hati dengan ikhlas menerima qada dan qadar Allah. Wujud dari rasa sabar adalah:
1. Sabar terhadap perintah Allah.
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk patuh dan taat kepada perintahnya, sebagai hamba berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa raga kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain baginya, selain ketaatan dan kepatuhan. Untuk mencapainya manusia harus terus-menerus menyadari dirinya, kedudukannya sebagai makhluk Allah, ini merupakan upaya untuk mencapai kesabaran yaitu menerima dengan sepenuh hati terhadap perintah Allah.

2. Sabar terhadap larangan Allah.
Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan hawa nafsu yang mendorong untuk melanggar larangan. Nafsu sesuai dengan sifatnya adalah kekuatan besar yang mendorong manusia bergerak untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan, sabar di sini berarti mengendalikan dan menekan perasaan dan keinginan sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah harus dihindari.

3. Sabar terhadap perbuatan orang manusia.
Sebagai makhluk sosial berada di tengah-tengah pergaulan dengan manusia lainnya, setiap saat dihadapkan kepada sikap dan perbuatan orang lain terhadap dirinya. Islam mengajarkan pergaulan dan sikap yang baik dalam menghadapi orang lain, termasuk sikap terhadap orang yang membenci atau memusuhinya maka sabar bentuknya sabar terhadap perilaku orang lain bisa berupa 1). Tidak melayani ajakan permusuhan atau pertengkaran, yaitu dengan cara diam atau tidak meladeni atau dengan cara pindah. 2) Menerima konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan dan menyikapinya dengan bijaksana tanpa emosi., erbuatan yang baik tidak selalu ditanggapi baik oleh pihak lain.

Oleh karena itu teguh pada keyakinan akan perbuatan yang dilakukan dan menyadari sifat manusia yang merupakan dasar untuk bersikap bijaksana, terkadang perilaku orang lain tidak memahami tujuan dari kebaikan, tidak menyebabkan meluapnya emosi yang melahirkan keburukan dan dosa sabar memaafkan atau memaafkan perilaku orang lain. Perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim kadang-kadang ditanggapi orang lain dengan reaksi yang tidak baik akibat orang itu tidak memahami tujuan kebaikan yang terdapat dalam kebaikan itu. Di sini sikap sabar yang ditampakkan dalam bentuk bijaksana yaitu membuka perasaan untuk memaafkan orang lain, ini suatu perbuatan yang paling utama dalam pandangan Allah.

4. Sabar memerangi musuh
Sabar bagi seorang muslim dalam bentuknya yang lain adalah menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi dan memeranginya. Ia akan bicara lantang terhadap kebenaran, bahkan ia akan maju ke medan pertempuran dengan gagah berani dan penuh percaya diri mempertahankan keyakinan. Ia akan berdiri dengan tegak dan optimis akan kemenangan yang akan diraih nya, karena keyakinannya yang kuat dan kokoh bahwa pertolongan Allah akan datang membela orang-orang yang benar

5. Sabar menerima musibah.
Dalam kehidupan sehari-hari adanya musibah yang menimpa seseorang adalah merupakan Sunnatullah. Karena itu merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, dan musibah yang disebabkan alam maupun karena kelalaian manusia.

Rasulullah telah memberikan pesan tentang orang yang ingin mencari figur keteladanan Allah akan mencatat orang-orang yang bersyukur dan bersabar.
……………bersambung, Mencari Keteladan Sejati, Adakah Figur Sentral? Bagian II

5/10/2020

Lalai Sebabkan Celaka dan Masuk Neraka



Lalai atau teledor adalah salah satu perilaku yang tidak baik. Perilaku tersebut bisa merugikan bagi diri sendiri dan juga orang lain. Lalai dari tugas, lalai dari tanggung jawab. Lalai dari tugas akan merugikan dirinya sendiri, tugas adalah amanah, kewajiban yang harus dilaksanakan. Cepat atau lambat harus diselesaikan. Bila tidak diselesaikan maka akan ditanyakan oleh yang memberi tugas. Setiap tugas tentu ada date linenya, kapan harus diselesaikan.

Untuk menyelesaikan tugas ini biasanya berdalih besok-besok saja kalau sudah ada waktu luang, besok-besok saja karena masih ada waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan. Keadaan ini yang membuat terkadang tugas semakin menumpuk, tugas yang ringan dan yang berat, yang mendesak diselesaikan atau yang lama menjadi menjadi tugas-tugas menumpuk yang tidak terselesaikan .

Makin cepat semakin baik
Sesungguhnya tugas-tugas bila diklasifikasikan menjadi:

  1. Tugas ringan akan terasa ringan bila segera diselesaikan dan menjadi berat bila ditunda-tunda untuk penyelesaiannya.
  2. Tugas berat akan menjadi ringan bila dilaksanakan step by step, pada dasarnya tidak ada tugas yang berat bila segera dilaksanakan.
  3. Tugas yang mudah akan semakin mudah bila segera diselesaikan dan tidak akan mempersulit.
  4. Tugas yang sulit akan berubah menjadi mudah bila selalu beruapaya, sesungguhnya sulit karena belummengerti cara penyelesaiannya.
  5. Tugas yang bersifat mendesak akan dapat diselesaikan bila dihadapi dengan sikap tenang.
  6. Tugas-tugas rutin akan membantu menyelesaikan, sikap istiqomah, ulet dan sabar, karena itu tugas rutin agar dijaga kontinuitasnya.


Akibat sifat lalai
Setiap perbuatan dan sktifitas pasti ada akibatnya, demikian pula sikap lalai berakibat:
  1. Pekerjaan kadang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas dan baik, karena setiap tugas dan pekerjaan harus diselesaikan dengan rasa senang dan tenang. Dengan demikian akan memunculkan inspirasi, inovasi dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.
  2. Lalai akan merasakan siksa neraka, ada orang yang ingin merasakan siksa api neraka, maka jadilah orang yang lalai. Setiap tugas, tanggungjawab menuntut penyelesaian dengan tenaga, pikiran dan uang. Tenaga yang ada pada diri sendiri mempunyai kapasitas kemampuan. Bila masih di ambang batas maka akan merasakan kenyamanan, namun bila sudah melampaui ambang batas akan menjadi perilaku memforsir diri, tenaganya dipaksakan sehingga akan mengganggu metabolisme organ tubuh. Memforsir akan menyebabkan kurang nafsu makan, sehingga pekerjaan yang seharusnya ditopang dengan nutrisi yang cukup tapi justru mengalami kekurangan asupan nutrisi. 
  3. Untuk menyelesaikan tugas dengan tenaga dan fikiran yang melibatkan orang lain, perlu disadari bahwa orang lain juga mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan sendiri, sehingga tenaga dan fikiran bantuan orang lain bisa memberikan kontribusi menyelesaikan masalah sesuai dengan kehendaknya, namun bisa tidak sesuai dengan harapannya. Akibatnya penyelesaian masalah justru akan terkatung-katung bukan menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah.
  4. Menyelesaikan tugas karena lalai membuat tubuh terasa remuk, untuk duduk tidak enak tidur tidak nyaman karena itu akibat dari menumpuk pekerjaan yang menyebabkan terforsir nya tenaga dan pikiran. Sesungguhnya berat dan ringannya siksa neraka karena akumulasi dari dosa -dosa yang dilakukan, setiap orang setiap saat berpotensi untuk melakukan dosa. Dosa-dosa yang menumpuk akan memperberat sisksaan, karena itu untuk menguranginya dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, bertobat kepada Allah dan juga memperbanyak istighfar.
  5. Dari aspek humanisme lalai akan menyebabkan hubungan disharmoni karena tugas yang diamanatkan seakan tidak dihiraukan, pemeri tugas akan merasa dilecehkan.
  6. Menyebabkan carut-marutnya interaksi sosial, karena pikiran kusut, hati yang tidak tenang akan berpengaruh terhadap perilaku. Perilaku aneh interaksi social akan terganggu.
  7. Dari aspek religi atau keagamaan bahwa lalai akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang celaka.
Karena itu tidak ada pilihan “tinggalkanlah perilaku lalai dan segera beranjak untuk menyelesaikan tugas” agar segera beranjak pada kegiatan yang lain. “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al Insyirah: 7). Tak lupa, untuk bersikaplah optimis bahwa setiap tugas pasti bisa dilaksanakan karena “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. “ (QS. Albaqarah: 286)

Sebagai penguat menyelesaikan tugas, mintalah pertolongan kepada Allah, dengan doa sebagai berikut:

  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
  • Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
  • Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
  • Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.




4/28/2020

Kemuliaan Ibu Atas Perjuangan dan Pengorbanan dalam Mengandung, Melahirkan, Mengasuh Anak



Pada suatu hari ada seorang gadis yang bertaaruf dengan seorang perjaka, keduanya dengan segala kekuarangan dan kelebihan masing-masing berupaya untuk mencari kecocokan. Dua sijoli akhirnya mengucapkan janji suci pada ikrar pernikahan untuk menjadi suami istri yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Sejak pernikahan gadis tersebut berubah statusnya menjadi istri dari suami dan calon ibu bagi putra-putrinya. Tidak sampai 1 tahun, ternyata calon ibu muda tersebut dinyatakan hamil, mengandung calon bayi, rasa senang yang dirasakan oleh pasangan muda-mudi tersebut selayaknya orang yang sudah berumah tangga. Ingin mempunyai keturunan atau mempunyai anak bisa meramaikan rumah bisa menjadi tempat berlibur bagi keluarganya.

Kegembiraan pasangan muda ini kemudian berubah menjadi kesedihan yang luar biasa karena apa sejak awal kehamilan pada bulan yang pertama dirasakan pada perutnya perut calon ibu itu sering kejang, sering frontal, apa yang ada di dalam perut. Kemudian sampai pada akhirnya bahwa calon ibu itu mengeluarkan darah yang dalam istilah itu mengalami keguguran dalam masa kehamilan 1 sampai 2 bulan.

Ternyata gagalnya untuk mendapatkan anak, itu ibu muda mengalami sakit yang luar biasa, karena apa janin di indikasikan menurut medis dari hasil USG bahwa janinnya itu ternyata sudah tidak bernyawa atau sudah sangat rawan untuk bisa mempertahankan kehidupan karena sudah tidak ada gerakannya, karena itu atas saran dari dokter calon janin itu harus dikeluarkan. Seorang ibu harus periksa dari satu dokter ke dokter yang lainnya untuk memastikan bahwa kandungannya itu sudah tidak bisa diselamatkan.

Pada akhir keputusan harus dikeluarkan atau harus digugurkan, pengguguran berhasil tapi kemudian harus melakukan kuret untuk membersihkan rahim, yang ada sisa-sisa janin yang sudah keluar itu, karena apa? kalau terjadi janin yaitu tidak keluar dari rahimnya dikhawatirkan akan menjadi suatu penyakit yang lebih berbahaya lagi. Inilah awal dari perjuangan, pengorbanan seorang ibu, baru aja mau hamil ternyata sudah mengalami suatu yang demikian berat. Ini adalah salah satu contoh pengorbanan seorang ibu

Kemudian pada kisah wanita lain, pada wanita yang mengandung sejak awal kandungannya sehat, sampai pada ada waktunya untuk melahirkan 9 bulan 10 hari sudah ada gejala-gejala bahwa janin akan keluar akan lahir. Tetapi ternyata apa yang terjadi, bahwa kelahiran juga tidak bisa berjalan mulus, karena harus melakukan proses operasi kandungan atau sesar, operasi di mana sang Ibu melahirkan bayi dengan tidak melalui tempat lahirnya, akan tetapi melalui tempat lain yang melalui pembedahan, seorang ibu harus berjuang.. Yang mengandung dari 0 bulan dari mulai dari 0 hari sampai pada 9 bulan 10 hari, seorang ibu akan merasakan beban berat, karena kemana-mana membawa janin. Tapi ternyata kadang dilalui oleh seorang dengan rasa senang, bangga akan segera mempunyai anak.

Ada lagi seorang ibu yang sejak hamil sampai waktu melahirkan berjalan dengan mulus, lancar. Walaupun ketika bayi mau lahir, seorang ibu mengerang kesakitan, karena proses kelahiran dengan normal melalui tempat lahirnya. Bagaimana ibu yang melahirkan merasakan enak? Ternyata banyak diantara wanita yang ketika mau melahirkan merasakan sakit yang luar biasa. Semuanya adalah perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, dari proses mengandung sampai melahirkan itu sudah melakukan perjuangan dan pengorbanan dan ini tidak dilakukan oleh seorang laki-laki.

Setelah bayi lahir, ternyata belum selesai tugas dari seorang ibu, karena harus menjaga, mengasuh, merawatnya hingga anak itu sampai pada taraf dewasa. Tugas seorang ibu kadangkala sampai larut malam menjaga anak, begitulah perjuangan seorang ibu. Mulai mengandung melahirkan mendidik membesarkan anaknya itu pengorbanan yang tidak dirasakan oleh seorang anak ayah. Karena itu Allah memberikan kemulian kepada kaum ibu:

مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." (HR. Buchari: 5514)

Sungguh mulia ibu, peran ibu sangat penting, dari ibulah akan tercipta putra-putri yang shalih dan shalihah, baik buruknya suatu bangsa Engkaulah penentunya. Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada pada murkanya. Berbaktilah kepada orang tua (ibu), selagi masih hidup, pergaulilah dengan baik, hormatilah keduanya. Ketika keduanya telah tiada doakanlah, jalin shilaturahim dengan sahabat orang tua, teruskan perjuangan dan pengorbanannya. Dunia berputar apa yang diperbuat sekarang maka kelak akan memetik hasilnya. Yang tua telah tiada dan yang muda akan menjadi tua. Berupaya masa muda untuk berbuat baik, bermanfaat bagi manusia agar masa tua bisa bahagia.