Tampilkan postingan dengan label Khutbah Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

3/18/2020

Kekuasaanllah tak tertandingi.


Allah Maha Kuasa, Dia Pencipta dari segala yang ada, pencitaannya bukan hal yang sia-sia tetapi Alllah telah menyiapkan segala yang diperlukan hamba-Nya. Karena itu kepada siapa kita meminta kalau bukan kepada Allah.


اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sekaligus kita mensyukuri nikmat iman dan taqwa sehingga telah masuk dalam hamba Allah yang berserah diri yaitu orang-orang Islam. Hal ini telah ditandai dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul.
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدارسول الله
“ Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah”.

Dengan mengucapkan dua kalimah syahadat tersebut berarti seseorang telah Islam, yaitu orang-orang yang senantiasa tunduk dan patuh pada ketentuan Allah, karena itu orang Islam adalah orang yang telah mengakui tentang kekuasaan Allah SAW. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 164:



“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Sebelum Allah menciptakan manusia, Allah telah menciptakan golongan malaikat dan jin, sebelum golongan malaikat dan jin Allah telah menciptakan alam semesta. Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk karena manusia mempunyai tugas yang teramat berat yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifatullah. Manusia mempunyai jisim dan ruh, dan dalam kehidupan, manusia selalu dipengaruhi oleh dua kekuatan yaitu kekuatan rohani dari golongan hamba Allah yang senanatiasa patuh dan taat terhadap perintah Allah dan golongan rohani yang selalu menentang perintah Allah. Adapun jisim manusia selalu terpangaruh oleh ruang dan waktu. Ketika mata melihat, telinga mendengar, hidung membau maka muncul dorongan untuk melakukan suatu perbuatan. Karena itu ketika antara mata, hati dan tindakan telah menyatu dalam perbuatan ketaatan kepada Allah berarti telah hidup dalam petunjuk-Nya. Namun ketika terjadi disintregitas, tidak adanya sinergitas antara hati, lisan dan perbuatan maka berarti berada dalam jalan yang tidak diridhai Allah. Dalam hadits qutshi Allah telah berfirman:
عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
“Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam meriwayatkan firman Allah SWT yang berbunyi: "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zhalim dan perbuatan zhalim itu pun Aku haramkan diantara kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu saling berbuat zhalim!
Perbuatan dhalim adalah perbuatan yang merugikan orang lain, membuat orang lain menjadi sengsara. Perilaku dhalim kadang dilakukan secara sengaja, bahkan terencana untuk menimbulkan musibah, bencana dan kesengsaran bagi orang lain hal ini secara terang-terangan telah melanggar ketentuan Allah. Namun kadang tidak sengaja, tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa perbuatannya merugikan orang lain. Karena itu agar apa yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah maka jadikanlah Sunnatullah sebagai petunjuk dan jalan hidupnya, dalam firman-Nya Rasululah melanjutkan:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu!
Karena orang Islam selalu memohon petunjuk kepada Allah ke jalan yang benar, sebagaimana jalannya orang-orang yang telah mendapat petunjuk bukan jalannya orang yang dimurkai dan disesatkan, dalam sehari semalam tidak kurang dari 17 kali, hal ini disebutkan dalam surah Al Fatihah:



Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan!
Allah telah melapangkan bumi sebagai tempat tinggal, langit sebagai atapnya, menurunkan air hujan, sehingga tumbuh beraneka macam tumbuh-tumbuhan, semua itu disediakan untuk memenuhi hajat hidup manusia. Termasuk Allah telah memberikan pakaian kepada manusia.
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu pakaian!
Sudah diberikan kecukupan, bahkan dilebihkan segala keperluan hidup, bahkan telah banyak yang hidup dalam bermegah-megahan, berlomba dalam banyak harta, anak, perhiasan, dan hewan ternak. Sehingga diantara mereka banyak yang lalai terhadap anugerah Allah, karena itu rasul melanjutkan sabdanya yang merupakan firman Allah:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya aku akan mengampunimu!
Seberapapun dosa hamba terhadap Khaliq akan diampuni, karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa mengingat pada dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, melupakan amal shalih yang telah dilakukan. Karena yang demikian ini akan menjadi muslim yang akan selalu memperbaiki dan meningjatkan amal ibadah kepada Allah, tiada puas-puasnya dalam beribadah.
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya”.

يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا
Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا
Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk, maka hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.

يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
Hai hamba-Ku. sesungguhnya amal perbuatan kalian senantiasa akan Aku hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan kemudian Aku akan berikan balasannya. Barang siapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan barang siapa yang mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri."
Hadits Muslim no- 4674 , Hadits Ahmad no - 20451

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

11/22/2019

Menjadi muslim yang baik


Menjadi muslim yang baik, tentu hal ini menjadi harapan bagi umat nabi Muhammad SAW. Menjadi adalah suatu proses, jadi dari kebaikan itu akan terus ditingkatkan. Karena itu baik itu selalu berlawanan dengan buruk atau jahad. Kebaikan itu suatu yang dikehendaki Allah karena hasil dari perbuatan melaksanakan perintah Allah. Bagaimanakah bila diperlakukan orang lain secara tidak wajar, misalnya disakiti, didhalimi, difitnah dan lainnya. Muslim yang baik bukan membalas dengana hal tersebut atau yang serupa, tetapi dari keburukan itu dibalasnya dengan perilaku yang baik dan terpuji.



اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَتِ وَالنُّوْرِ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِءُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُالْحُسْنَى, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,اَلْمَبْعُوْثُ بِالْحَقِّ وَالْوَفَى. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا  مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ: اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنُ رَحِمَكُمُ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَبُّكُمْ فِى الْقُرْانِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَااَيُّهَالنَّاسُ كُلُواْمِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلَالً طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانَ اِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّمُبِيْنٌ
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Pada mimbar Jum’at ini saya mengajak pada jamaah sekalian, marilah bersama-sama kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-perintahnya dan berupaya untuk meninggalkan larangan Allah SWT. Sesungguhnya dwi fungsi manusia atas penciptaan Allah terhadap manusia. Manusia adalah sebagai hamba-Allah dan sebagai khalifah Allah. Karena itu untuk mewujudkan peran ganda tersebut Allah SWT memberikan perintah dan larangan. Setiap perintah pasti akan membawa pada kebaikan sebaliknya larangan Allah bila dilaksanakan maka akan membawa pada bencana, malapetaka bahkan dosa. Karena itu dengan perintah dan larangan Allah itu kita cermati kita hayati, kita pahami untuk bisa dipilih dan dipilah dalam kehidupan sehari-hari. Allah memerintahkan





“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bertaqwa kepada-Nya, yaitu untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Perwujudan dari iman dan taqwa dijelaskan oleh Rasullulah SAW.
اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik (HR. Ahmad, Tirmidzi, Baihaqi).

Mengacu pada sabda Rasulllah tersebut, bahwa diutusnya nabi Muhammad SAW tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq bagi sekalian alam. Hal ini jelas ketika melihat idiologi masyarakat Jahiliyah, kondisi sosial kemasyarakatan yang telah menyimpang dari aturan Allah. Demikian pula bahwa pada diri Rasulullah juga terlah tertanam suri tauladan (uswatun hasanah). Maka sudah sewajarnya beliau melanjutkan sabdanya واتبع السيئة الحسنة تمحها agar mengikuti keburukan dengan kebaikan, karena kebaikan itu akan menghapuskan keburukan. Keburukan bila dibalas dengan keburukan maka akan menjadi lingkaran syetan, sehingga tiada kebaikan akan tersebar, keberkahan akan terwujud karena yang terbangun adalah perilaku angkara murka. Namun bila keburukan itu diganti dengan kebaikan akan terbangun kehidupan yang damai, harmonis, aman dan sejahtera. Bahkan Rasululah masih melanjutkan sabda-Nya 
وخالق الناس بخلق حسن
Dalam menjalin hubungan sosial hendaknya menerapkan sikap dan akhlaq yang terpuji.
Karena itu tidak bisa ditawar lagi bahwa iman dan taqwa itu di manapun berada. Iman dan taqwa tidak tergantung pada suatu tempat dan situasi. Karena hendaknya iman dan taqwa yang akan mewarnai situasi dan tempat. Bagaimanakah kondisi dan situasi yang berada dalam kondisi kemaksiatan tetap berpegang pada iman dan taqwa, suatu wilayah yang berada pada keingkaran kepada Allah selalu ditegakkan iman dan taqwa. Maka dengan demikian Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya bagi sekalian alam.

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’rof: 96)

Suatu negeri yang penduduknya beriman dan bertaqwa  menjadi kunci bagi Allah akan memberikan keberkahannya, Allah berkuasa untuk menciptakan kejayaan dan kemakmuran di tengah masyarakat yang jauh dari petunjuknya, tapi yang terjadi akan mendatangkan bencana dan malapetaka baik terhadap negrinya maupun bagi yang lain. Hal ini karena kejayaan dan kemakmuran jauh dari keberkahan.
Untuk selanjutnya Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya (haqqa tuqaatihi). Di dalam tafsir Ibnu katsir haqqa tuqaatihi dimaknai dengan taat kepada-Nya dan tidak maksiat terhadapnya, Selalu mengingat-Nya dan tidak lupa kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap nikmat-Nya.

Kemudian dilanjutkan dalam firman-Nya: “walaa tamutunna ilaa waantum muslimuun” dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)
Artinya, peliharalah Islam dalam diri kita selagi kita sehat dan sejahtera, agar kita nanti mati dalam keadaan beragama Islam, sesungguhnya pengamalan ajaran Islam adalah karena suatu pembiasaan, ketika sudah terbiasa maka akan menjadi ringan dan mudah. Misalkan menegakkan shalat 5 waktu pada awalnya adalah berat dan menyulitkan, namun kalau sudah dibiasakan maka akan menjadi ringan dan mudah. Bahkan bagi mereka akan merasa kurang dalam menegakkan shalat 5 waktu, sehingga ditambah dengan shalat-shalat sunnah yang lain. Demikian pula shalat berjamaah itu juga akan menjadi ringan bila telah dibiasakan.

Barang siapa yang hidup menjalani suatu hal yang baik, maka ia pasti mati dalam keadaan berpegang kepada yang baik dan dalam kondisi khusnul khatimah. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan tidak berpegang pada syari’at Allah, maka akan menjadi suul khatimah kelak ia dibangkitkan dalam keadaan yang amat rugi.
Ada dua konsepsi ahlussuffah dalam melaksanakan perintah Allah:
·         Khauf dan roja’, takut dan harap yang dipelopori ahlussuffah Hasan Basri. Bahwa setelah memahami perintah dan larangan Allah, balasan dan ancaman Allah, maka muncul rasa takut bila meninggalkan perintah Allah akan mendapat azab dan siksa. Sehingga berusaha melaksanakan perintah Allah dengan penuh harap akan mendapat pahala dan surga.
·         Hub, cinta yang dipelopori ahlussuffah Rabiah Adawiyah. Dalam konsepnya beliau melaksanakan perintah Allah bukan karena mengharapkan pahala dan surga. Beliau melaksanakan larangan Allah dan meninggalkan perintahnya bukan karena takut siksa dan neraka. Namun semua itu dilaksanakan karena cinta.

Sebagai orang awam marilah kita kaji, pahami dan laksanakan perintah Allah, sebagai wujud rasa syukur bahwa Allah telah memberikan kesempurnaan pada manusia. Karena kita hidup di bumi Allah, kita makan minum dari semua milik Allah, bahkan kita memintapun kepada Allah. Mudah-mudahan Allah selalu memberkahi kita semua, amin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

6/06/2018

Mengisi Ramadhan Bulan Penuh Ampunan



اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin jemaah jum’ah Rahimakumulah
Tidak terasa bahwa puasa Ramadhan yang kita laksanakan sudah masuk pada sepuluh hari yang kedua, semoga Allah memberikan maghfirah kepada hamba-Nya yang senantiasa beristiqomah, ikhlas dan sabar dalam melaksanakan perintah Allah. Serta pada sepuluh hari yang kedua kita berupaya untuk memaksimalkan kegiatan di bulan Ramadhan, guna meraih ampunan Allah SWT, Rasullulah SAW pernah bersabda

اوله رحمة واوسطه مغفرة واخره عتق من النار

“ Awal puasa Ramadhan adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”.

Dari hadits tersebut ada tiga kelompok yaitu Ramadhan pertama, pertengahan dan yang terakhir. Yang pertama bila kita hubungkan dengan tanggal dalam satu bulan ada 29 atau tiga puluh hari, maka yang pertama adalah tanggal 1-10, yang pertengahan adalah 11-20 dan yang terakhir adalah 21-29 atau 30. Pada tanggal 1-10 pada bulan Ramadhan Allah SWT melimpahkan seluruh rahmatnya bagi hamba-hambanya utamanya adalah orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa, dan pada tanggal 11-20 Allah melimpahkan maghfirahnya bagi orang-orang yang beriman.
Karena itu pada sepuluh hari yang kedua diupayakan berlomba untuk meraih ampunan Allah:


“dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”, (QS. Ali Imran: 133)

Pada sepuluh hari yang kedua pada bulan Ramadhan ini Allah melimpahkan maghfirahnya kepada orang-orang yang beriman. Karena itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman bila telah melakukan perbuatan yang tercela, perbuatan yang dilarang, Allah memerintahkan untuk segera meminta ampun, beristighfar atau berobat, dengan demikian orang mukmin ini kelak akan dimasukkan ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Dalam Alquran surat Ali Imran ayat 134-135 Allah menjelaskan bahwa memohon ampunan, beristighfar atau bertobat hendaknya diiringi dengan melakukan amaliyah shalihah. Yang implementasi diantaranya:

  1. Menafkahkan atau membelanjakan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit. Setiap harta yang di miliki terdapat hak-hak bagi fakir miskin. Harta merupakan titipan Allah sehingga dengan harta bisa menjadi bahagia namun kadang membuat orang yang lupa diri, sehinga dengan harta kadang melakukan perbuatan diluar batas yang justru pada akhrnya merugikan pada dirinya sendiri.
  2. Menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Amarah adalah akhlaq yang tidak terpuji, banyak terjadi ketika marah orang akan berkata dan bertindak tanpa control. Tak jarang bila marah telah reda maka akan timbul penyesalan, namun kadang dengan marah yang tidak terkendali justru akan menimbulkan perbuatan lain yang lebih mengerikan. Karena akan terjadi perilaku jahat seperti pembunuhan, penyiksaan, adu-domba dan fitnah. Karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda:

ليس الشديد بالشرعه وانما الشديدالذى نفسه عند الغضب

         “bukanlah keperkasaan itu yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi orang yang               perkasa adalah yang dapat mengalahkan hawa nafsunya ketika sedang marah. (Hadits)

Dan mau memaafkan terhadap orang yang bersalah dan meminta maaf adalah merupakan perilaku terpuji, demikian pula menyedari kesalahannya lalu meminta maaaf juga merupakan akhlaq terpuji.


3.  Berlomba-lomba melakukan perbuatan yang baik karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.




“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah: 177)


4. Apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, yaitu melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil, segera ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosanya.

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Annisa’: 110)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumulah
Setiap perintah dan larangan Allah pasti ada hikmah dibalik itu, melaksanakan perintah Allah maka akan dikelompokkan menjadi orang yang shalih dan bisa mencapai muttaqin. Bila perintah Allah ditinggalkan, larangannya justru dilaksanakan maka akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang fasik, mereka akan menerima dosa. Setiap pahala dan dosa yang dilakukan akan berdampak pada kehidupan dunia dan akhirat. Dengan amal shalih sehingga mendapatkan pahala maka Allah akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Di dunianya akan merasa manjadi hamba yang dekat dengan Allah, dan di akhirat akan dimasukkan ke dalam surganya.
Semoga puasa Ramadhan pada sepuluh hari yang kedua ini kita akan semakin istiqomah, ikhlas dan bersemangat dalam melaksanakan ibadah serta amalan sunnah, tidak lain kita mengharapkan ampunan dari Allah SWT. Dan pada akhirnya kita akan menjadi muslim yang muttaqin, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


11/24/2017

Hikmah Kelahiran Nabi Muhammad SAW - khutbah Jum'at

Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, 14 abad yang lalu umat manusia hidup dalam zaman jahiliyah. Zaman dimana budaya masyarakat berkembang pesat namun peradaban mengalami kemerosotan. Karena Allah SWT sebagai pencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta justru disisihkan. Karena berhala yang tidak mempunyai kekuatan justru yang disembah dan dipuja-puja. Karena itu dengan diutusnya nabi Muhammad, memperjelas siapa pencipta alam semesta dan kepada siapa kita menyembah dan memujanya.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Pada bulan ini sudah masuk tanggal 5 Rabiul Awal, dengan ini kita diingatkan kembali dengan sejarah kelahiran nabi Muhammad SAW, dimana beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah. Dengan kelahiran beliau dan diangkatnya menjadi Rasullulah dan sekaligus sebagai khatamul anbiyak, memberikan penerangan pada jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah serta pribadi yang dapat dijadikan teladan, sebagaimana firman Allah:



“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Allah SWT sebagai Sang Khaliq telah mewartakan kepada umat manusia, bahwa pada diri nabi Muhammad SAW terdapat suri tauladan yang baik. Sesungguhnya keteladanan Rasulullah ini telah terbina dan terjaga sejak beliau masih kecil. Dimana beliau dilahirkan sebagai seorang anak yang yatim kemudian pada usia 6 tahun ibunya (Siti Aminah) meninggal, lalu diasuh oleh kakeknya (Abdul Muthalib) hingga beliau berusia 8 tahun, karena kakeknya meninggal, dan mengasuh cucunya hanya 2 tahun saja. Yang akhirnya beliau diasuh oleh pamannya (Abu Thalib). Keadaan Rasulullah yang demikian ini telah menerpa jiwa dan kepribadiannya sebagai pribadi yang tangguh.

Sejak kecil beliau tidak pernah ikut-ikutan dalam pergaulan teman-temannya yang tidak bermanfaat seperti menyembah berhala, membuat sesaji, meminum-minuman keras dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Di lingkungan pergaulan teman-temannya beliau terkenal sebagai pribadi yang jujur sehingga oleh masyarakat diberi gelar Al Amin, gelar yang mulia dan hanya diberikan kepada orang-orang yang melakukan kebaikan pada orang lain.

Bahkan ketika beliau menginjak usia dewasa, melihat kondisi masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan beliau beruzlah di gua hira’. Sehingga disanalah beliau menerima wahyu yang pertama yang menandai beliau diangkatnya menjadi Rasulullah. Rasul terakhir penutup para rasul, penyempurna ajaran rasul, dan pembawa rahmat bagi sekalian alam.

Kaum muslimin Jema’ah Jum’at Rahimakumullah.
Nabi Muhammad SAW mempunyai sifat:

  1. Siddiq maknanya Benar. Apa yang disabdakan oleh Rasul/Nabi adalah benar dan dibenarkan kata-katanya. (Siddiq dan sadiqul masduq). Rasul/Nabi tidak berkata-kata melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KIZZIB (Dusta). Mustahil Rasul/Nabi mengatakan sesuatu yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya.


“ Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (An-Najm: 3-4).

2. Amanah ialah Rasul akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hukum-hukum Allah dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga Rasul/Nabi tidak memungkiri janji.
من كذب عليا متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
“Barangsiapa yang berdusta atas nama ku, siapkanlah tempatnya di dalam api neraka “ (Bukhari, Muslim )

Maka mustahil Rasul bersifat KHIANAT iaitu tidak amanah dan mungkir janji.

3. TABLIGH yaitu menyampaikan. Rasul/Nabi menyampaikan kepada umatnya apa yang Allah wahyukan kepadanya. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KITMAN yaitu menyembunyikan.

4. FATANAH yaitu bijaksana. Rasul/Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dengan betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-penentangnya dengan bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat Jahlun yaitu bebal.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sungguh empat sifat rasul bila dapat diimplementasikan oleh setiap muslim niscaya akan ditemukan kedahsyatan, perubahan yang signifikan dalam tata aturan kehidupan, yang pada akhirnya akan dapat diwujudkan kehidupan yang bahagia didunia maupun diakherat.

Seringkali kita bingung dan dibingungkan oleh pemberitaan media masa dan elektronik yang menyempaikan berita tentang seseorang atau kelompok orang yang dituduh sebagai pihak yang salah. Ternyata yang terduduh juga menyampaikan kepada media bahwa dia tidak bersalah. Seandainya pihak terdakwa, penuntut dan penegak hukum dapat mewarisi sifat-sifat rasul sebagaimana diatas niscaya tidak akan ada dusta yang pada akhirnya tidak akan ada permusuhan. Jika hal yang demikian ini dapat diwujudkan, sejak 14 abad yang lalu melalui berita didalam Alquran, Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.



“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

Sekarang tugas siapa, ketika antara kebaikan dan keburukan, yang makruf dan yang munkar, yang benar dan yang salah saling berhadapan, saling menyerang, saling mengalahkan. Tidak lain adalah merupakan tugas dari masing-masing pribadi muslim, pembinaan terhadap dirinya sendiri dengan jalan mengarahkan hawa nafsu yang mengajak pada perbuatan kemungkaran menuju pada perbuatan menurut panggilan hati nurani dan petunjuk agama. Setelah pembinaan diri dapat diwujudkan sehingga menjadi pribadi yang menjadi teladan, maka tularkanlah keteladanan pada keluarganya. Karena keluarga adalah negara dalam lingkup paling kecil. Maka suatu negara akan diawali dari keluarga. Pembinaan yang baik terhadap keluarga akan menunjang perwujudan negara yang baik.
Kurang apalagi ketika Allah mengutus nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dari kaumnya sendiri yang sudah dikenal pribadinya sejak kecil, keluarga dan kebiasaanya. Sehingga kebaikan dan kemulyaananya memang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.



“ Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (QS. Attaubah: 128-129)

Akhirnya, dengan mengenang sejarah kelahiran nabi Muhammad kita dapat meneladaninya sehingga menjadi muslim yang senantiasa mendapat petunjuk selama hidup di dunia dan mendapat syafaat di hari qiamat, amin.

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته انه هو السميع العليم.


1/06/2017

Tadzkirah di Tahun Baru 2017-Khutbah Jum'at Terbaru



Setiap pergantian tahun, banyak orang yang bersuka cita, bergembira dengan berbagai macam cara. Pada tahun baru 2017 sebagimana pada tahun-tahun sebelumnya disambut dan dimeriahkan dengan berbagai macam cara. Ada yang berpesta, menonton pertunjukankatkan, menyalahan kembang api, meinium terompet, travelling dan lainnya.

Pernahkan terbersit dalam sanubari, bahwa setiap pergantian tahun berarti usia manusia menjadi berkurang dan semakin mendekati pada ajal atau kematian. Keyakinan yang dalam semua agama bahwa setelah kematiaan akan ada kebangkitan kembali. Di waktu kebangkitan setiap manusia akan menikmati setiap amal yang pernah dilakukan. Alam akhirat adalah abadi, sudahkah menyiapkan diri untuk memcari bekal menghadapi hari akhir?


اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita berupaya meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam Kondisi apapun dan dimanapun kita senanatiasa berupaya untuk menegakkan perintah Allah, tak lupa senantiasa berhati-hati agar segala tindakan bisa selaras dengan perintah Allah, jangan memandang banyak orang yang melaksanakan adalah suatu kebaikan, kemudian tergiur dan mengikuti mereka. Karena Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُو ردٌّ

"Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu amalan yang atasnya itu tidak ada perintah kami - maksudnya perintah agama, maka amalan itu wajib ditolak." (HR. Muslim)

Baru saja kita menyaksikan pergantian tahun baru masehi sungguh berbeda dengan tahun baru Hijriyah, dimana pada tahun baru masehi orang-orang lebih cenderung pada perilaku hura-hura, bersuka-cita, terbukti bahwa pada malam tersebut sering diselenggarakan pentas hiburan, membunyikan terompet dan petasan, kembang api, tempat hiburan, wisata, hotel dan home stay selalu penuh. Karena kebanyakan orang ingin menghabiskan dalam kondisi yang demikian sekalipun mereka muslim. Lain sekali dengan tahun baru Muharram, kaum muslimin lebih terfokus pada tempat ibadah, yang diawali dengan membaca doa akhir tahun dan awal tahun, kemudian pada malam hari diselenggarakan renungan, pengajian dan pemberian santuan.
Karena itu Allah SWT mengingatkan:



“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS. Ali Imran: 190)

Sesungguhnya dengan perputarannya malam dan siang sehingga menjadikan hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya. Dalam kehidupan manusia tidak akan bisa lepas dari waktu, karena dengan waktu itu manusia akan menjadi manusia yang beruntung atau merugi, bahagia atau sengsara karena itu sekalipun Allah telah memberikan waktu yang sama kepada semua hambanya, namun dengana waktu itu manusia tidak sama, saling berbeda tergantung dari tingkat produktifitas dan kinerjanya.
Karena itu Allah telah bersumpah dengan waktu sebagaimana firmannya:



“ Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashrs: 1-3).

Sesungguhnya Allah memberikan waktu kepada manusia ada tiga:

  1. Waktu yang telah berlalu, adalah waktu yang sudah tidak akan bisa kembali. Karena itu orang yang sudah tua tidak akan bisa menjadi muda lagi, orang yang sudah berusia 40 tahun tidak akan bisa kembali menjadi 20 tahun. Setiap orang mempunyai masa lalu. Orang yang bijak akan mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi pada masa lalu, yang baik dilanjutkan atau ditingkatkan dan yang tidak baik ditinggalkan untuk beralih pada kebaikan.
  2. Masa sekarang, adalah masa yang sedang dijalankan, seandainya masa sekarang kondisinya lebih baik maka termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Baik buruknya manusia dihadapan Allah adalah masa sekarang, karena itu Allah menentukan orang yang mati dalam kondisi khusnul khatimah adalah yang di akhir hayat sedang mengingat Allah. Rasulullah pernah bersabda “man kana akhiru kalamihi la ilaha illallah dakholal jannah”. Barang siapa yang di akhir hayat mengucapkan la ilaha illahha maka masuk surga. Akhir hayat lidah kaku, mulut dikunci, mata dibutakan, telinga ditutup. Maka kalau tidak membiasakan diri dalam setiap saat beribadah dan beramal shalih akan sulit mengucapkan kalaimat thayyibah.
  3. Masa yang akan datang, adalah masa yang penuh dengan harapan dan cita-cita. Para pelajar dan mahasiswa rajin menuntut ilmu dengan harapan di hari esok akan meraih kesejahteraan dan kebahagiaan. Setiap orang bekerja untuk keperluan hari esok. Hal ini selaras dengan firman Allah:



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)

Setiap orang menginginkan hari esok dalam kehidupan dunia menjadi lebih baik, demikian pula kehidupan di alam akhirat kelak. Karena itu kebahagian hidup di dua alam itu akan dapat diraih manakala kita mempunyai bekal, adapun bekal yang harus di bawa adalah:


  1. Attuqa: taqwa, landasan mental spiritual setiap muslim, bahwa dalam setiap saat dirinya selalu dalam pengawasan Allah. Setiap amal perbuatan akan dikembalikan kepada dirinya. Karena itu setiap muslim selalu menyadari bahwa dalam kondisi apapun dan dimanapun senantiasa ingat kepada Allah. Dirinya merasa dalam pengawasan Allah, Allah mengetahui apa yang nyata dan yang ghaib, yang lahir dan yang ada di dalam hati.
  2. Al ilm: ilmu, Rasulullah maengatakan bahwa al ilm annur, ilmu adalah cahaya, ilmu yang akan menerangi. Dengan ilmu sesuatu akan menjadi mudah, dengan ilmu sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena itu Rasulullah memerintahkan pada umatnya untuk mencari dan mengkaji ilmu. Semakin banyak ilmu yang diperoleh maka akan merasa semakin bodoh. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan merasakan semakin banyak ilmu uyang belum didapat, bahakan akan timbul kesadaraan bahwa ilmunya Allah maha luas, seluas langit dan bumi.
  3. Adabin/ akhlaq, berkorelasi dengan al ilmu, karena semakin banyak mengenyam ilmu, bagi orang-orang yang bertaqwa akan menunjukkan perilaku yang terpuji, akan lebih bijaksana, mudah untuk menghargai pendapat orang, karena dirinya menyadari bahwa penghargaan terhadap orang lain akan menjadikan dirinya lebih berharga. Sebagaimana fakta dan falsafah buah padi, ketika sudah berisi akan menunduk.
  4. Zuhdun/ zuhud. Dengan kelimuan yang telah diraih, seakan semua bisa diraihnya, namun bagi muslim yang mempunyai landasan taqwa tidak akan mudah tergiur dengan kemegahan dan kemewahan dunia. Karena sesungguhnya dunia bersifat fana.


“ dan tidaklah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’am: 32)


“ Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak”. (QS. Al Hadid:20)

Akhirnya dengan memasuki tahun baru ini, semangat, kinerja dan amal ibadah menjadi lebih baik dan meningkat. Agar kita menjadi golongan orang-oarang yang beruntung, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


12/01/2016

Fadhilah Ibadah Menambah Pahala



Beribadah kepada Allah hendaknya melihat kepada para ulama’ dan para ‘abid. Jadilah pribadi yang selalu haus dengan amal shalih, selalu loba pada ahli ibadah. Dan jadilah pribadi yang selalu kukuh untuk meneladani pribadi Rasulullah. Berupayalah untuk meraih keutamaan ibadah, jauhkan sifat hanya sekedar mendengar, berbicara tanpa amal. Wujudkan setiap tarikan nafas dan detak jantung sebagai ibadah.


اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

 Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita berupaya meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bentuk ketaatan orang-orang yang beriman sesungguhnya merupakan ungkapan rasa syukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah. Pernahkah kita membayangkan sungguh besar dan banyaknya karunia Allah. Pernahkah kita memikirkan dan menyadari bahwa kita diberikan panjang umur, kesehatan dan kesempatan adalah merupakan kenikmatan? Ataukah segala pemberian Allah dipandang sebagai suatu yang dibiarkan berlalu tanpa makna?

Karena itu dalam kesempatan khutbah ini sejenak marilah kita renungkan firman Allah:


….dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim: 34)

Allah sebagai Al Khaliq, telah menciptakan makhluk termasuk manusia dengan diberikan segala kebutuhan yang diperlukan. Bahkan ketika kita disuruh untuk menghitung nikmat Allah niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya. Karena itu dengan banyaknya nikmat Allah kita berupaya untuk menjadi orang-orang yang pandai bersyukur, karena sesungguhnya dengan bersyukur niscaya Allah akan menambahkan nikmatnya kepada kita. Kenikmatan yang akan diberikan Allah baik di alam dunia maupun di akherat kelak.

Sebagai contoh ibadah shalat, yang menjadi salah satu kewajiban utama bagi umat Islam. Bagaimanakah Allah memerintahkan, dan Rasulullah menegaskan bahwa shalat menjadi tiang agama, bahkan shalat menjadi barometer setiap amal perbuatan orang-orang yang beriman. Shalat yang berkualitas akan dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Di akherat kelak akan menjadi ibadah yang pertama kali akan ditanyakan. Bila shalatnya baik maka ibadah yang lain akan menjadi baik.

Ketika Allah memerintahkan untuk menegakkan shalat, Allah akan melipatgandakan pahala shalat dengan beberapa macam cara:
1. Bila dilaksanakan dengan berjamaah maka Allah akan melipatgandakan menjadi 27 derajat:

"صَلاةُ الجَمَاعَةِ أَفضَلُ مِنْ صَلاةِ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ درَجَةً " متفقٌ عليه
"Shalat jamaah adalah lebih utama dari shalat fadz yakni sendirian dengan kelebihan dua puluh tujuh derajat." (HR. Buchari Muslim).

2. Bila setiap saat berjamaah di masjid (pagi dan petang) maka Allah akan memberikan hidangan layaknya ahli jannah.
" مَنْ غَدا إِلى المسْجِدِ أَوْ رَاحَ ، أَعَدَّ اللَّه لهُ في الجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ " متفق عليه .
"Barangsiapa pergi ke masjid pada waktu pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan makanan yang lezat di surga, setiap ia pergi pada waktu pagi atau sore hari." (HR. Buchari Muslim)

3. Bila rajin shalat jama’ah di masjid maka dosanya akan berkurang dan akan dinaikkan derajadnya oleh Allah.
" مَنْ تَطَهَّرَ في بَيْتِهِ ، ثُمَّ مَضى إِلى بيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ ، لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرائِضِ اللَّهِ كانَتْ خُطُواتُهُ إِحْدَاها تَحُطُّ خَطِيئَةً ، والأُخْرى تَرْفَعُ دَرَجَةً " رواه مسلم .
" Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi ke salah satu dari beberapa rumah Allah yakni masjid untuk menyelesaikan salah satu shalat wajib dari beberapa shalat yang diwajibkan oleh Allah, maka langkah-langkahnya itu yang selangkah dapat menghapuskan satu kesalahan sedang langkah yang lainnya dapat menaikkan satu derajat." (HR. Muslim) 

4. Menegakkan shalat-shalat tertentu di masjid maka akan diberikan keutamaan tertentu pula.
يَتَعَاقَبُونَ فِيكم مَلائِكَةٌ بِاللَّيْلِ، وملائِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيجْتَمِعُونَ في صَلاةِ الصُّبْحِ وصلاةِ العصْرِ، ثُمَّ يعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكم، فيسْأَلُهُمُ اللَّه وهُو أَعْلمُ بهِمْ: كَيفَ تَرَكتمْ عِبادِي؟ فَيقُولُونَ : تَركنَاهُمْ وهُمْ يُصَلُّونَ، وأَتيناهُمْ وهُمْ يُصلُّون " . متفقٌ عليه .

"Berganti-gantilah untuk menyertai engkau semua beberapa malaikat di waktu malam dan beberapa malaikat di waktu siang. Mereka berkumpul dalam shalat Subuh dan shalat Asar. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam denganmu semua itu, lalu Allah bertanya kepada mereka, padahal sebenarnya Allah adalah lebih Maha Mengetahui tentang hal ihwal hamba-hamba-Nya, Allah bertanya: "Bagaimanakah engkau semua meninggalkan hamba-hamba-Ku?" lalu para malaikat itu menjawab: "Kita meninggalkan mereka dan mereka sedang melakukan shalat dan sewaktu kita mendatangi mereka itu, juga di waktu mereka melakukan shalat." (HR. Buchari Muslim) 

"مَنْ صَلَّى العِشَاءَ في جَمَاعَةٍ ، فَكَأَنَّما قامَ نِصْف اللَّيْل وَمَنْ صَلَّى الصبْح في جَمَاعَةٍ ، فَكَأَنَّما صَلَّى اللَّيْل كُلَّهُ " رواه مسلم .

"Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dengan jamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat separuh malam dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan jamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat semalam suntuk." (HR. Muslim)

Begitu besarnya karunia Allah yang kelak akan kepada orang-orang yang beriman. Maka Rasullah mengandai-andai.

" وَلَوْ يعْلَمُونَ مَا في العَتَمَةِ والصُّبْحِ لأَتَوْهُما وَلَو حبْوًا " متفقٌ عليه . وقد سبق بطوِلهِ .
"Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besar pahalanya mengerjakan shalat Isya' dan Subuh dengan berjamaah, niscayalah mereka akan mendatangi kedua shalat itu, sekalipun dengan berjalan merangkak." (HR. Buchari Muslim)

Begitulah cara Allah melipatgandakan pahala kepada orang-orang yang beriman, walaupun umat nabi Muhammad usianya pendek-pendek berkisar maksimal antara 60-70 tahun sangat jauh berbeda dengan umat yang lain yang lebih lama. Namun sekalipun pendek bila dapat memaksimalkan perintah Allah beserta usaha untuk meraih keutamaan ibadah niscaya bobot pahalanya akan menjadi lebih banyak. Sekalipun usia pendek mudah-mudahan selalu istiqomah dalam menjalankan ketaatan sehingga akan meraih keutamaan yang lebih banyak, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

6/09/2016

Puasa Ramadhan Wujudkan Kesalihan Ritual, Spiritual dan Sosial



             Ibadah puasa adalah ibadah sirri, siapa yang mengetahui bahwa si Fulan sedang puasa. Karena kebetulan si Fulan biasa melaksanakan puasa sehingga setiap aktifitasnya tidak mengalami penurunan. Ibadah puasa dilakukan dengan ikhlas, sehingga dengan keikhlasan itu bisa mengalahkan rasa lapar, haus dan lemas. Sebaliknya siapa yang mengetahui bahwa si Fulan 2 baru saja makan dan minum dengan kenyang sehingga kemudian mengantuk dan tidur. Sulit untuk dibedakan antara si Fulan dan si Fulan 2. Karena ketika bersama dengan teman-temannya tidak makan, minum atau merokok. Inilah ibadah puasa hanya diri sendirilah yang tahu, dan tentu saja Allah Maha Tahu.


اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مبَارَكًا كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الْاُ مَمِ الْمَاضِيَةِ وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَاِمَامٍ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ عَلَى مَنْهَجِهِمِ السَّلِيْمِ أَمَّابَعْدُفَيَآعِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
           Pertama dan yang paling utama kami mengajak Jemaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Tentu saja kita laksanakan secara pelan namun pasti, istiqomah dan ikhlas agar ibadah yang kita laksanakan akan mencapai pada kesempurnaaan.

           Demikian pula pada saat ini kita sedang melaksanakan puasa Ramadhan, dimana puasa ini merupakan perintah Allah yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman:


“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (QS. Al Baqarah; 183-184)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
            Sejak usia aqil baligh, sudah berapa kali kita melaksanakan puasa Ramadan, disini bukan bermaksud mendorong untuk menghitung-hitung amal ibadah dan kesalihan yang pernah dilakukan, yang justru terkadang akan menimbulkan sikap ujub, namun ini sebagai media evaluasi, sejauh mana ibadah puasa yang telah dilakukan itu dapat mencapai derajat muttaqin. Karena sesungguhnya pribadi yang muttaqin akan terpancar pada sikap dan perilaku yang akan membentuk kesalihan ritual, spiritual dan sosial.
            Puasa Ramadhan adalah ibadah sirri, untuk menguji sejauhmana kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Bagi orang yang bertaqwa menyadari bahwa bulan Ramadhan adalah pesta ibadah. Dimana nilai ibadah puasa akan langsung diterima oleh Allah, dan ibadah-ibadah yang lain akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW pernah berkata:
كُلُّ عَملِ ابنِ آدَمَ يُضَاعفُ الحسَنَةُ بِعشْر أَمْثَالِهَا إِلى سَبْعِمِائة ضِعْفٍ . قال اللَّه تعالى : " إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وأَنا أَجْزي بِهِ : يدعُ شَهْوتَهُ وَطَعامَهُ مِنْ أَجْلي .
“Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya hingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintah-Ku”. (HR. Muslim)

            Begitu besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga ibadah sunnah pada bulan Ramadhan dinilai seperti ibadah yang fi fardhukan/ diwajibkan. Demikian pula ibadah wajib pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah. Karena itu untuk memperoleh predikat menjadi orang muttaqin disamping dapat menjaga dari segala yang membatalkan puasa secara lahir, seperti makan minum dan melakukan hubungan suami isteri pada siang hari, hendaknya juga dapat menjaga sikap ruhaniyah sehingga ibadah puasa berdimensi ibadah lahir dana batin. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan:

1. Memelihara lidah untuk tidak berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata telinga dari melihat atau mendengar sesuatu yang tidak baik.
والصِّيام جُنَّةٌ فَإِذا كَانَ يوْمُ صوْمِ أَحدِكُمْ فلا يرْفُثْ ولا يَصْخَبْ، فَإِنْ سابَّهُ أَحدٌ أَوْ قاتَلَهُ ، فَلْيقُلْ : إِنِّي صَائمٌ
“Puasa adalah sebagai perisai, maka orang yang berpuasa, janganlah ia berkata kotor atau melakukan perbuatan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau memakinya, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah berpuasa."

2. Menahan perutnya dari dari makanan-makanan yang haram, subhat, karena perlunya mengusahakan makanan yang halal dari segi zatnya sifat maupun af’alnya.

3. Menjaga seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang tidak bermafaat yang tidak ada hubungannya dengan dirinya secara langsung. Karena bila hal ini dilakukan maka ibadah puasa yang dilakukan hanya memperoleh lapar dan dahaga saja.
كم من صائم ليس له من صيامه الاالجوع والعطش
“Banyak orang berpuasa, tetapi puasanya tiada berarti kecuali hanya menahan lapar dan dahaga saja”.

4. Meninggalkan perbuatan maksiat, ini menjadi kewajiban baik baik orang yang berpuasa atau tidak, sedang melaksanakan puasa atau tidak. Namun bagi yang sedang berpuasa dituntut untuk lebih berhati-hati.

5. Orang yang berpuasa hendaknya jangan terlalu banyak tidur di siang hari, dan terlalu banyak makan di malam hari. Hendaknya selalu bersahaja dalam kedua hal, agar dapat merasakan pedihnya lapar dan dahaga. Dengan demikian jiwanya akan terdidik, nafsu syahwatnya terkendali dan hatinya bercahaya.

6. Kesibukan urusan duniawi hendaknya lebih diarahkan pada kegiatan beribadah sebanyak-banyaknya dan berzikir kepada Allah.

Mudah-mudahan ibadah puasa dan semua amal shalih yang telah kita lakukan tercatat sebagai amal shalih yang diterima oleh Allah, dan yang belum kita laksanakan semoga senantisa diberikan kemampuan dan kesempaan untuk menjalankannya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

9/04/2015

Haji Cukup Sekali dan Qurban Untuk Selama Berkemampuan



Rasulullah Muhammad SAW pernah berkata dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa dalam suatu khutbah belia bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah mewajibkan atasmu semua akan beribadat haji, maka kerjakanlah ibadat haji itu." Kemudian ada seorang lelaki bertanya: "Apakah itu untuk setiap tahun, ya Rasulullah?" Rsul SAW berdiam saja, yakni tidak menjawab pertanyaannya tadi, kemudian orang itu menanyakannya sampai tiga kali. Rasulullah SAW lalu bersabda: "Jikalau saya menjawab: "Ya," niscayalah beribadat haji akan menjadi wajib setiap tahun sekali, dan tentu engkau semua tidak akan kuasa mengerjakannya." Selanjutnya Rasul SAW bersabda: "Tinggalkanlah aku, yakni janganlah menanyakan padaku, apa-apa yang saya tinggalkan untukmu semua, yakni apa-apa yang tidak saya sebutkan. Karena yang menyebabkan rusaknya orang-orang yang sebelummu semua itu ialah karena mereka terlampau banyak bertanya dan senantiasa menyalahi pada nabi-nabi mereka. Maka dari itu, apabila saya memerintahkan kepadanmu semua dengan sesuatu perkara, lakukanlah itu sekuat tenaga yang ada padamu semua dan jikalau saya melarang engkau semua dari sesuatu perkara, maka tinggalkanlah itu”.

Berbeda dengan qurban, selagi masih ada kemampuan dan mendapatkan kenikmatan dari Allah, maka wujudkan rasa syukur itu diantaranya dengan melaksanakan qurban. Haji da qurban adalah perintah Allah kepada nabi Ibrahim yang tetap dilestarikan pada syariat nabi Muhammad SAW.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dua hari yang lalu kita menyaksikan kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur manjadi satu, pertama kebahagiaan orang-orang yang dipanggil oleh Allah untuk mengunjungi Baitullah, melaksanakan ibadah haji, menyempurnakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu melaksanakan rukun Islam yang kelima. Penantian yang cukup lama ternyata pada akhirnya sampai pada urutannya. Sehingga harapanya untuk sampai ke tanah suci yang selama ini hanya mendengar cerita orang dan melihat di televisi namun pada akhirnya akan disaksikan dan dirasakan secara langsung.

Dibalik kebahagian itu ternyata bercampur dengan kesedihan, betapa banyak para isteri, orang tua dan anak-anaknya bersedih, menenteskan air mata, bahkan kadang para sahabat, tetangga dan saudara-sauara muslim yang lain ikut merasakan kesedihan sehingga tanpa disadari air mata berlinang dan merasakan kesedihan. Kesedihan ini dirasakan karena akan segera ditinggal oleh orang yang dicintai, walaupun hanya beberapa saat namun tidak menutup kemungkinan ada perasaan lain yang kadang mendahului qodrat dan irodat Allah. Karena ini melalui mimbar khutbah ini marilah kita doakan saudara-sauara kita yang sedang melaksanakan ibadah haji senantiasa diberikan kesehatan, kesabaran, kelapangan, kesempatan dan kemampuan untuk menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji. Seluruh rukun, wajib dan sunnah-sunnah haji dapat dilaksanakan dengan baik sehingga kelak kembali ke tanah air tetap sehat dan memperoleh predikat haji mabrur.

Ibadah haji adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah diperintahkan Allah SWT:



“….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran: 97)

Salah satu syarat mengerjakan haji adalah istitha’ah, para ulama’ berbeda pendapat dalam penanfsirannya, sebagian mereka mengatakan kemampuan dalam hal bekal dan kendaraan disertai amannya dalam perjalanan. Sebagian mereka mengartikan sehat jasmani dan mampu berjalan. Sebagian lagi mengatakan lagi sehat badannya, merasa aman dari gangguan musuh dan binatang buas, disertai dengan kemampuan membekali diri dengan harta untuk perbekalan dan ongkos perjalanan, serta dilunansi semua hutang orang yang bersangkutan, diserahkan semua titipan dan mampu membekali nafkah orang-orang yang menjadi tanggungannya selama menunaikan ibadah haji. Karena itu istitho’ah (kemampuan) yang perwujudannya saling berbeda antara seorang dengan orang lain dan dari masa- kemasa. (terj. Tafsir Al Maraghi, hal: 15)

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam, sebagaimana sabda rasul:

بُنِيَ الإسْلامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهادَةِ أَنْ لا إله إلا اللَّه وأَنَّ مُحَمَّداً رسولُ اللَّهِ ، وإقَامِ الصَّلاةِ وإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وحَجِّ البيْتِ ، وصَوْمِ رَمَضَانَ " متفقٌ عليهِ 

"Islam didirikan atas lima perkara, yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq ‘alaih)

Karena itu haji adalah merupakan ibadah yang paling utama sebagaimana ketika sahabat bertanya pada rasul:

أَيُّ العَمَلِ أَفضَلُ ؟ قال: " إيمانٌ بِاللَّهِ ورَسُولِهِ" قيل: ثُمَّ ماذَا؟ قال: " الجِهَادُ في سَبِيلِ اللَّهِ " قيل: ثمَّ ماذَا؟ قَال: " حَجٌ مَبرُورٌ " متفقٌ عليهِ.

"Amalan manakah yang lebih utama?" Rasul SAW. menjawab: "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Ditanya lagi: "Kemudian apakah?" Rasul SAW menjawab: "Jihad fi-sabilillah." Ditanya pula: "Kemudian apakah?" Rasul SAW. menjawab: "Haji yang mabrur." (Muttafaq 'alaih)

Di Tanah Suci para jemaah haji berupaya untuk melakukan rangkaian ibadah haji, diantaranya ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadhah, sa'i, mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian, melontar jumrah, mabit (menginap) di Mudzdalifah, mabit di Mina, thawaf wada' (tawaf perpisahan), dan amalan-amalan sunnah lainnya. Para jemaah haji akan fokus seluruh waktunya digunakan untuk ibadah, mereka lupakan hiruk-pikuk kesibukan di tanah air, semuanya hanya tercurah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu Allah kelak akan memberikan balasan bagi mereka:

" العُمْرَة إلى العُمْرِة كَفَّارةٌ لما بيْنهُما، والحجُّ المَبرُورُ لَيس لهُ جزَاءٌ إلاَّ الجَنَّةَ ". متفقٌ عليهِ

"Umrah ke umrah yang berikutnya adalah menjadi penutup dosa dalam waktu antara dua kali umrah itu, sedang haji mabrur maka tidak ada balasan bagi yang melakukannya itu melainkan syurga." (Muttafaq 'alaih)

Ketika para jemaah haji sedang berlomba-lomba untuk meraih ridha Allah, karena itu bagi kaum muslimin yang berada di tanah air diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban, sebagaimana firman Allah:



“ Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar:1-3)

Qurban adalah salah satu ibadah yang utama, karena qurban merupakan impelentasi dari iman dan taqwa kepada Allah, iman bukan semata-mata hanya perkataan di lisan, tetapi keyakinan didalam hati, dari iman itu terus dikuatkan sehingga menjadi bentuk amal perbuatan. Iman bukan hanya menjadi cita-cita dan perhiasan saja. Karena itu dengan keimanan pula tergerak hatinya untuk menusuri jejak sejarah nabi Ibrahim sebagai rasul yang kaya dan dermawan dan keimanannya benar-benar telah teruji. Hal ini terbukti ketika Allah menguji dengan memerintahkan untuk menyembelih putra kesayangan yang dinanti-nantikan kelahirannya. Beliaupun taat, dan dengan ketaatan inilah Allah mengganti dengan qurban seekor binatang. Karena itu ketaqwaanlah yang akan sampai kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:


“ Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. (QS. Al Haj:37)

Dengan berqurban, orang akan merasa dekat dengan Allah, akan diberikan kecukupan oleh Allah dan dengan berqurban akan menjadi hamba Allah yang bersabar dan bersyukur.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



5/22/2015

Implementasi Syukur - Khutbah Bahasa Indonesia



Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.


اِنَّ الْحَمْدَلِلّٰهِ الَّذِىْ فَضَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى سَائِرِ الْاَيَّامِ الْمُتَعَدِّدَةِ وَجَعَلَ فِيْهِ سَاعَةً مُسْتَجَابَةً لِمَنْ دَعَاهُ بِخُلُوْصِ النِّيَّةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ تُنْجِيْنَا مِنْ جَمِيْعِ الْاَهْوَالِ وَالْمَشَاكِلَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ اللهُ بِالرَّحْمَةِ وَالرَّأْفَةِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini tak lupa saya berwasiat untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhya segala perintah dan larangan Allah akan membawa konsekwensi, baik dalam suasana kehidupan dunia dan di akhira kelak. Seorang hamba Alah yang senantiasa merasa dalam kondisi ketaatan kepada Allah maka dia akan memperoleh ketenangan, kebahagiaan bahkan kesejahteraan dalam hidup, demikian pula di akhirat akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Sebaliknya hamba Allah yang senantiasa berada pada jalan kesesatan atau kefasikan maka akan dijauhkan dari kebahagiaan, ketenangan dan kesejahteraan. Namun seandainya sedang berada dalam kejayaan sesungguhnya Allah sedang menguji hambanya.
Karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa meningkatkan rasa syukur dalam dirinya, Allah SWT telah berfirman:


“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Didalam ayat Alquran tersebut Allah SWT telah memaklumkan yaitu memberi tahu tentang janjinya. Dalam tafisr Ibnu Katsir ayat tersebut bisa bermakna bahwa Allah telah bersumpah dengan keperkasaan, keagungan dan kebesaran-Nya. Jika kamu bersyukur maka Allah akan menambah kenikmtannya dan jika kamu mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya azab-Ku (Allah) sangat pedih.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ada sementara orang yang memaknai kenikmatan Allah adalah berupa harta yang banyak, pangkat dan jabatan yang menggiurkan. Kebanyakan bila memperolehnya segera bersyukur, dengan melakukan sujud syukur atau mengucapkan hamdalah. Bagi yang berpendapat seperti ini memang tidak salah namun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanakah dengan kepemilikan yang telah diraihnya itu namun tiba-tiba dirinya jatuh sakit.

Bagaimanakah bila hari-harinya selalu dihabiskan untuk mempertahankan harta, pangkat dan jabatan. Seluruh waktu, fikiran dan tenaga difokuskan pada karier dan harta sehinga melalaikan tugas dalam keluarga dan dalam masyarakat. Kebahagiaan, kesejaheraan dan ketenangan yang baru saja dirasakan berbalik menjadi musibah dan bencana yang datang silih berganti nyaris tidak ada ujung pangkalnya.

Karena itu sesungguhnya kesehatan adalah kenikmatan, umur yang panjang adalah kenikmatan, kesempatan adalah kenikmatan. Dan semua ini harus disyukuri dan dengan kesyukuran itulah Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya. Betapa besarnya faedah dan keuntungan yang akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Mensyukuri rahmat Allah, pertama ialah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ, وَابْتُلِيَ فَصَبَرَ,وَظُلِمَ فَغَفَرَ,وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ,ثُمَّ سَكَتَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ, فَقَالُواْ: مَا لَهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اُولٰۤئِكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْن (رواه ابوداود

“Barang siapa diberi karunia lalu bersyukur (berterima kasih), diuji lalu bersabar, dianiaya lalu memafkan, dan bila mendhalimi ia meminta maaf, kemudian beliau berdiam diri. Lalu para sahabat bertanya, “Mangapa wahai Rasululah? Beliau menjawab, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka juga mendapa hidayah”.(HR. Abu Dawud)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Sudahkan kita termasuk orang-orang yang bersyukur? Ada beberapa tanda-tanda pribadi yang besyukur diantaranya:
  1. Adanya perasaan gembira terhadap keberadaan nikmat itu yang untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peningkatan amal ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya.
  2. Memperbanyak ucapan syukur dan berterimakasih kepada Allah dengan memuji-Nya, karena hanya Allah tempat segala pujian.
  3. Mengerjakan ketaatan kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikan, seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan ketaatan itu.
  4. Menggunakan segala kenikmatan pada tempat-tempat yang diridhai, dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti takabur, ujub, tamak, menganiaya, melampui batas dan memusuhi orang lain.
  5. Senantiasa memandang besar suatu nikmat, sekalipun nikmat itu terasa kecil, karena nikmat Allah teramat besar dan tidak dapat dihitung.


“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Annahl: 18)

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, agar termasuk golongan orang-orang yang pandai mensyukuri atas segala kenikmatan yang telah diterimanya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ