Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

2/08/2021

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019

 

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang menjadi pandemi dunia, pemerintah Indonesia terus menggalakkan upaya untuk mengendalikan dan menekan penyebarannya. Penerapan gerakan 3M, belum bisa menahan laju perkembangan virus sehingga ditingkatkan menjadi 5 M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas dan interaksi. Untuk mendampingi gerakan sosialisasi ini pemerintah mengeluarkan surat edaran hingga instruksi. Berikut Instruksi Menteri Dalam Negeri No 3 Tahun 2021

2/07/2021

Doa Dijauhkan Dari Murka Allah, Istiqomah Beribadah Dan Kelak Meninggal Dalam Kondisi Husnul Khatimah

Doa merupakan senjatanya orang Islam, dengan doa maka sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin dan sesuatu yang mungkin bisa jadi tidak mungkin karena segala sesuatu berada dalam kekuasaan Allah. Manusia hanya berusaha, ikhtiar dan tawakal, segala keputusan di tangan Allah. 

 

Shalat Jama'ah dalam kondisi pandemi Covid-19

 

Karena itu dalam menghadapi kondisi kehidupan yang penuh dengan romantika ini maka seyogianya kita sekalian selalu berdoa kepada Allah.

 

 اَللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَالِكَ 

 

 “Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan kemarahan-Mu, dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab- Mu dan ampunilah kami sebelum itu”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi) 

 

Dalam doa ada tiga permohonan:

  1. Meminta agar dijauhkan dari murka Allah, khususnya ketika hendak meninggal dunia, agar meninggal dalam kondisi husnul khatimah. Bukan karena kemarahan Allah sehingga meninggal adalam kondisi su'ul khtimah. 
  2. Meminta kepada Allah agar kelak ketika menghadapi kematian dalam situasi yang aman, damai dan sejahtera, bukan dalam kondisi caruk-maruk, tidak menentu karena Allah sedang menimpakan balak, musibah bencana bahkan azab. 
  3. Meminta kepada Allah agar diampuni segala dosa dan kesalahan, karena kelak sebelum dipanggil oleh Allah. Maka perbanyaklah mengucapkan istighfar, memohon ampun kepada Allah kemudian diikuti dengan melaksanakan perbuatan amal saleh yang diridhai-Nya. 

 

Karena itu dalam setiap doa hendaknya diikuti amal shalih. Husnul khatimah adalah akhir dari kehidupan yang baik. Agar mendapatkan akhir yang baik maka dalam beribadah bukan melihat masa yang telah lalu atau mengenang nenek moyangnya. Dulu saya rajin puasa sunnah, dulu saya rajin shalat, sedekah, membaca Alquran, mengikuti pengajian. Orang tua saya ibadahnya top, pokoknya bisa jadi panutan, nenek saya, kakek saya, guru-guru saya top-top semua ibadahnya. Namun Allah melihat masa sekarang dalam hal ibadahnya dan dirinya sendiri. 

 

Ahli ibadah yang imannya sedang menurun bahkan terjerumus dalam perbuatan kemaksiatan lalu meninggal maka dia akan menjadi su’ul khatimah. Sebaliknya kepada orang yang ibadahnya biasa-biasa saja, bahkan lebih sering melakukan perbuatan maksiat, namun pada saat sedang melaksanakan ibadah karena Allah lalu meninggal maka meninggalnya dalam kondisi husnul khatimah. 

 

Husnul khatimah adalah suatu harapan dan kematian adalah suatu kepastian. Manusia tidak bisa menentukan, karena maut akan datang kapan saja. Karena itu sebagai orang yang beriman selalu berupaya beribadah dengan istiqomah. Shalat lima waktu selalu ditegakkan, infaq, shadaqah, shilaturahmi, tolong-menolong selalu dilaksanakan, selalu berlomba-lomba dalam melaksanakan kebajikan, menjauhi kemungkaran. 

 

Membanggakan dan mengagungkan ibadah pada masa lalu akan menjadi orang yang sombong, kecuali berupaya untuk meningkatkan atau mempertahankan ibadah pada masa lalu untuk dilaksanakan pada masa sekarang dan masa yang akan datang maka akan menjadi perilaku terpuji. Boleh membanggakan masa lalu dalam beribadah namun Allah akan melihat masa sekarang. Demikian pula setiap orang mempunyai nenek moyang, setiap kebaikan yang kita ungkit dan kita ceritakan akan menjadi shadaqah jariyah, akan menambah amal ibadahnya. Apalagi bila kebaikan dan akhlaq mulianya diteladhani dan dilaksanakan maka akan bertambah kebaikan yang akan diterimanya. 

 

Kondisi zaman yang tidak menentu, pandemi Covid-19 belum mereda selalu mengancam kehidupan manusia. Musibah banjir, tanah longsong, gunung meletus terjadi kapan saja yang selalu meninggalkan kesusahan dan penderitaan. Hilangnya harta benda dan nyawa semua berada di luar jangkauan dan kemampuan manusia. Karena itu hendaknya selalu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, berusaha untuk kebaikan secara terus menerus, tidak bosan dan tidak patah semangat. Selalu berloba-lomba untuk berbuat baik, saling menolong, saling mengingatkan. Yang mengingatkan selalu melaksanakan dan yang diingatkan jangan marah.

2/04/2021

Jaga Lisan, Ucapan Adalah Ekspresi Hati

Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda jika beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik bila tidak bisa berkata yang baik maka lebih baik diam. Ucapan adalah satu hal yang sangat bermakna bagi manusia, ucapan yang baik akan menimbulkan akibat yang baik, sebaliknya ucapan yang tidak baik maka akan menimbulkan akibat yang tidak baik.


 

Terhadap teman ada kalanya kita mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak perlu diucapkan, tapi kadang kala tanpa disengaja atau mungkin disengaja atau bisa jadi menurut dia adalah suatu hal yang wajar tetapi bagi lawan bicara adalah menimbulkan sesuatu yang tidak enak. Ada seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, tentu yang diharakan dari pertemuan itu akan mendatangkan kebahagiaan, bahkan diantara teman akan saling menghargai dan membanggakan. Namun tidak dengan teman ini, dia justru mengucapkan kata-kata “kamu kok masih tetap kecil, kamu kok masih tetap kurus, kamu kok nampak pucat”. Perlukah ucapan demikian ini diucapkan kepada temannya yang baru di bertemu, apalagi ketika pertemuan atau ucapan itu bersamaan dengan teman-teman yang lainnya.

Sesungguhnya hal yang demikian ini tidak perlu di ucapkan, karena dengan teman yang sudah lama tidak bertemu yang seharusnya bisa menunjukkan rasa simpatik. Bisa jadi hal ini menjadi momentum untuk melepaskan rasa rindu, rasa ingin bertemu dengan temannya untuk menyampaikan atau memberikan sambutan dan respek yang baik. Tetapi kesan yang pertama kali muncul justru hal yang tidak mengenakkan di mana temannya mengucapkan kata-kata yang tidak sempatasnya untuk diucapkan. Rasa kesal dan justru akan merendahkan martabatnya sebagai manusia yang bertabat buruk.

Hal yang demikian ini tentu saja perlu kita berhati-hati, karena melihat apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW, barang siapa beriman dan bertakwa kepada Allah maka berkatalah yang baik, kalau tidak bisa berkata yang baik maka lebih baik diam. Bahkan dalam Alquran Allah berfirman:


 

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al Baqarah: 263)

Begitu bernilainya ucapan yang baik, sehingga menjadi kebaikan yang melebihi nilai pahala shadaqah yang diikuti dengan menyakiti. Karena itu menjaga lisan adalah yang penting agar ucapannya akan mendatangkan kebaikan. Lidah tidak bertulang, tapi ucapannya bisa lebih keras dari tulang, lebih tajam dari pada pisau. Setiap ucapan yang telah keluar tidak bisa ditarik kembali, setiap ucapan merupakan ekspresi dari hati. Hati yang mulia maka ucapannya akan lebih baik dan mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan.

1/27/2021

Low Profile Manajemen Diri Dalam Komunitas

Dalam suatu komunitas setiap orang akan tampil dengan perfoma dirinya sendiri, akan menunjukkan bahwa dirinya eksis dan bahkan menunjukan bahwa dirinya mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dibanding dengan yang lain. Sadarkah dengan perilaku dan perbuatannya itu, tentu ada yang disengaja bahkan menjadi suatu ambisi agar dirinya dianggap lebih tahu, sehingga akan menjadi rujukan bagi anggota komunitas yang lain. Bila kita saksikan dalam panggung politik, retorika, ucapan dan janji menjadi upaya untuk meraih suatu ambisi, bahkan terkadang terdapat hal-hal yang tidak mungkin untuk dilakukan akhirnya menjadi tuntutan untuk dilakukan. Bahkan suatu yang harus dijawab tidak kemudian menjadi ya, dan sesuatu yang harus dilakukan ternyata menjadi suatu yang muskil untuk dilakukan.

gambarPernah dalam suatu komunitas ada seorang yang berprinsip untuk bersikap apa adanya, low profile, tidak mengada-ada namun tetap dalam komitmen untuk mentaati aturan dalam suatu komunitas atau organisasi. Ketika orang lain berbicara tentang kelebihannya, keahliannya, kemampuan, bahkan aset dan kekayaannya dia berupaya untuk menyembunyikan kelebihan yang dimiliki, bukan karena rendah diri, namun tetap mencermati akan kemampuannya dengan menerapkan perilaku yang integratif, komitmen dan tanggung jawabnya.

Seiring dengan perjalanan waktu ternyata dia menjadi sosok yang dikagumi bahkan menjadi sumber inspirasi bagi yang lain. Kekaguman dari suatu komunitas bukan suatu retorika namun sungguh menjadi suatu sikap dan perbuatan yang berkesan dan mempunyai unsur kesamaan dengan komunitas yang lain, sehingga menjadi suatu kesepakatan yang muncul dari hati setelah menyaksikan sikap dan perbuatannya yang bisa dijadikan sebagai teladan.

Sikap yang demikian ini jauh hari telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW, bagaimana ketika beliau masih kecil, dalam lingkungan pergaulan bersama dengan teman-temannya. Beliau telah menjunjukkan sikap dan karakter yang berbeda dengan komunitas teman-temannya. Bagaimana ketika teman-temannya suka berjudi, mabuk-mabukan, berkelai beliau menjukkan sikap yang bijaksana, tidak turut serta kepada teman-temannya yang berperilaku jelek tersebut. Sehingga dalam komunitasnya beliau dipanggil dengan sebutan Al Amin, suatu gelar kehormatan yang tidak diberikan kepada teman-temannya. Hal ini karena rasa simpatik dari khalayak yang telah melihat dengan mata dan menjadi kebiasaan Rasulullah yang selalu berperilaku baik, jujur, dapat dipercaya dan tidak pernah berdusta. Ketika beliau menyaksikan kesesatan dan kejahatan dalam masyarakat yang semakin menggejala maka beliau memilih untuk beruzlah, guna mendapatkan ketenangan dan petunjuk.

Tanda-tanda sebagai pemimpin umat dan menjadi pilihan Allah untuk diutus sebagai rasul terakhir. Dalam hal ilmu pengetahuan beliau bukan orang yang berpendidikan, karena beliau tidak bisa membaca dan menulis. Allah memilih-Nya dari masyarakat desa yang biasa bekerja keras, sejak kecil telah terbiasa dengan menggembala kambing. Kondisi yang panas, haus dan lapar menjadi hal terbiasa, sehingga ketika lapar beliau meletakkakan batu pada perutnya untuk mengganjalnya. Beliau adalah anak yatim, sehingga sejak kecil telah terlatih dengan hidup untuk berjuang dan berkurban. Beliau mengajarkan tata cara memasak dengan memperbanyak kuahnya, yang dimaksudkan agar memberikan hasil masakannya kepada tetangga sebelahnya. Karena bisa jadi tetangga sebelah berada dalam kekurangan, dan akan turut merasakan makan yang enak bukan dari baunya saja.


Konsep menajemen diri.

Manusia sebagai makhluk pribadi ingin selalu eksis dalam masyarakat, diakui keberadaannya bahkan dapat dijadikan panutan. Bila meniru perilaku Rasulullah, beliau telah melakukan apa yang dikatakan, jadi tidak sekali-kali beliau mengatakan kecuali telah dilaksanakan. Sehingga Rasullulah benar menjadi figur uswatun hasanah, yaitu pribadi yang dapat dijadikan sebagai teladan.

Dalam suatu komunitas hendaknya jangan terlalu berlebihan terhadap dirinya sendiri, memaksankan diri untuk menjadi yang terbaik namun tidak diimbangi dengan sikap dan perilaku. Karena sesungguhnya iman merupakan aktualisasi dari keyakinan yang diwujudkan dengan amal perbuatan. Antara hati, lisan dan amal adalah menjadi satu kesatuan.

Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, tidak ada manusia yang sempurna kecuali orang yang bisa mengakui kelebihan dan kemampuan orang lain. Tidak ada manusia yang paling baik kecuali yang selalu berupaya untuk mencari kebaikan dan merealisasikan syari’at dan norma agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Komitmen, tanggung jawab dan keteladanan menjadi kepribadian yang selalu diperjuangkan.

Manusia adalah makhluk yang berke-Tuhan-an, karena itu mengingat pada sejarah penciptaan manusia, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia agar mereka menyembah kepada Allah. Implementasi penyembahan adalah dengan mentaatai semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang beriman yang senantiasa menyembah kepada Allah. Semua perintah dan larangan Allah pasti ada hikmahnya, setiap perintah pasti akan mendatangkan kemaslahatan baik di dunia dan di akhirat. Demikian juga setiap larangan Allah juga pasti ada hikmahnya. Mengapa Allah memerintahkan untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan dan melaksanakan haji. Perintah ini bersifat global, masih banyak perintah Allah yang mempunyai kekuatan hukum sebagai wajib, sunnah atau mubah. Demikain pula larangan Allah mulai dari haram, makhruh, subhat.

Allah melarang minum-minuman keras, berjudi, zina, membunuh, durhaka pada orang tua dan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya, pasti mengandung hikmah. Namun seandainya dalam waktu singkat, nyaris belum ada bedanya, bukan berarti sama saja. Karena dalam waktu yang lama setiap perilaku jahat pasti akan menimbulkan musibah, bencana, mala petaka bahkan kehancuran dalam kehidupan dunia. Dan dalam pengadilan Allah kelak di hari qiyamat akan menjadi hamba Allah yang akan dikumpulkan kepada golongan makhluk jahad yang selalu ingkar terhadap Allah SWT.

Manusia makhluk dua dimensi, manusia terdiri dari jasat dan ruh. Kehidupan manusia tidak akan berakhir setelah terjadi kematian, setiap manusia akan dibangkitkan pada hari qiyamat untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannnya. Di akhirat akan diperlihatkan keadilan Allah, tidak ada manusia yang teaniaya karena telah melakukan kebaikan dan tidak ada yang akan memperoleh kebahagiaan karena telah melakukan kejahatan. Setiap manusia akan bertanggung jawab kepada Allah atas perbuatannya, tidak ada persahabatan, tidak ada persekongkolan, semua orang akan sibuk memikirkan urusannya sendiri-sendiri. Orang tua lupa pada anak, anak lupa pada orang tua, suami lupa pada istri dan sebaliknta istri lupa pada suaminya.

Untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di akhirat maka harus terdapat keseimbangan dalam kehidupan dunia untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Di dunia manusia menjadi khalihatul ard (wakil Allah di bumi) untuk menjaga, mengatur, memelihara, melestarikan dan menggunakannya. Karena itu sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberikan manfaat. Alam semesta telah disediakan bagi kehidupan manusia, karena itu perkuat eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

1/21/2021

Waspada kelawan Teka lan lungane Musibah

Waspada kelawan Teka lan lungane Musibah

 

 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

 

Kaum Muslimin Jema’ah Jum’ah ingkang minulya 

Pertama lan ingkang paling utama kawula tansah wasiat dhateng pribadi kula piyambak lan sumrambah dhumateng penjenengan sedaya, mangga kita tansah ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Mugi-mugi kita tansah dipun paring pitedah lan kekiatan, istiqomah, ikhlas lan sabar anggen kita nindakaken amal ibadah, selaras kalian dhawuhipun Allah lan utusanipun, amin. 

 

Manungsa dipun ciptakaken dening Allah, sampun dipun cekapi kalian raos bingah lan susah. Menawi sawek nampi kenikmatan saking Ngarsa Dalem Allah badhe tuwuh raos bingah, kosok wangsulipun menawi sawek nambi balak, musibah, bencana, dipun suda bandha, nyawa, putra lan sanesipun badhe tuwuh raos susah. Bungah, susah, musibah lan bencana punika sampun dados Sunnatullah. Allah badhe ngambali malih kawontenan ingkang sampun nate kedadosan ing wekdal ingkang sampun kapengker badhe dipun paringaken dhateng makhlukipun Allah ing wekdal sapunika lan wekdal ingkang badhe dhateng. 

 

Musibah banjir, siti gugruk ing tahun ingkang sampun kapengker sampun asring kedadosan, ing tahun punika khususipun ing wulan Januari sampun kathah wilayah ingkang banjir, siti gugruk sahingga nuwuhaken raos susah. Musibah ing wayah jawah arupi banjir, siti gugruk, lisus. Manawi ing wekdal panas boten wonten jawah musibahipun arupi kobongan wana lan hutan. Ing wulan punika wonten musibah malih inggih punika dhawahipun pesawat Sriwijaya Air. Musibah arupi pandemi Covid-19 dereng sirna dipun tambah kalian musibah lan bencana sanesipun. 

 

Kanthi mekaten sampun sak mesthinipun menawi kita sami muhasabah, niti-niti dhateng awakipun piyambak-piyambak dosa lan kalepatan punapa ingkang sampun kita tindakaken. Wontenipun dhawuhipun Allah punapa sampun dipun tindakaken kanthi saestu, semanten ugi wontenipun awisanipun Allah punapa sampun dipun hindari. Kejawi kita gatosaken sebab-sebab saking alam ugi kita gatosaken perkawis spiritual, inggih punika kanthi ningkataken anggenipun ngibadah. Donga mawon dereng cekap, kejawi dipun kantheni kalian nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Lan nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah inggih dereng cekap kejawi dipun tingkataken kualitas lan kuantitasipun. 

 

Kuantitas ateges kathahipun anggenipun nindakaken ibadah, contonipun nalika nindakaken shalat gangsal wekdal, punika kuwajiban ingkang kedah dipun tindakaken. Kejawi wonten ibadah wajib inggih wonten ibadah sunnah, kados shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, hajat, tahajjud, istikharah lan shalat-shalat sunnah sanesipun prayogi dipun tindakaken. Jalaran sedaya dhawuhipun Allah lan rasulipun mesthi wonten hikmahipun. Saking kathahipun anggenipun nindakaken ibadah sak mangke badhe mujudaken kualitas shalat, tegesipun ngibadah kanthi ikhlas, istiqomah, khusuk, khudhuk. Ibadah kejawi dipun landasi kalian nyekapi syarat lan rukunipun, ananging kedah dipun tindakaken kanthi iklas lan sadar. Musibah banjir lan siti gugruk menawi dipun gatosaken amargi akibat saking pokalipun manungsa, Allah SWT sampun paring pirsa:

“Wis pratela (anane) kerusakan ing daratan lan segara disebabake kerana tumindake tangan-tangan manungsa, kerana Allah ngicipake marang dheweke kabeh saperangan saka (akibat) dheweke kabeh, supaya dheweke kabeh padha bali (tumuju dalan kang bener). (QS. Arrum. 41) 

 

Kaum Muslimin Jema’ah Jum’ah ingkang minulya 

Menawi kita gatosaken saking pokalipun manungsa inggih punika: 

1. Musibah banjir punika dipun sebabaken mampetipun dalaning toya lan ugi boten wonten panggenan kagem nyedot toya. Dalaning toya, got lan saluran sami mampet amargi kesumpelan kalian sampah, kathah sampah sami nyumpeli dalaning toya. Mekaten punika amargi kathah para manungsa sami bucal sampah wonten kali lan got, shingga menawi pas jawah boten wonten magi kangge milinipun toya. 

2. Siti gugruk punika amargi tanemanipun dipun potong lan boten dipun tanemi malih, ngagem taneman ageng ingkang saget nyangga siti lan toya. Wonten ayat Alquran punika sampun pratela nyata, amargi pokalipun manungsa ingkang damel rusak dhateng alam sahingga akibatipun Allah paring mapinten-pinten balak, musibah lan bencana. Allah paring pemut supados sami kondur malih dhateng margi ingkang leres. Allah sampun ngendika wonten Alquran surat Al A’rof ayat 168:

“Lan Ingsun coba dheweke mau kelawan (nikmat) kang bagus-bagus lan (balak) kang ala-ala, supaya dheweke padha bali (marang kang bener)”. (QS. Al A’rof: 168) 

 

Allah paring cobi dhateng kawulanipun saget kanthi perkawis ingkang ngremenaken, perkawis ingkang sae. Amargi sedaya kenikmatan saking ngarsa dalem Allah, ngengingi sehat, waras, panjang yuswa, bandha, putra, pangkat lan jabatan punapa sampun dipun ginakaken kangge nindakaken kesahenan. Sampun saget nambah raos syukur dhateng Allah? Amargi kathah tiyang ingkang dipun paring kanugrahan punika malah tebih kalian Allah.

“Akeh-akehe bandha iku wus nglalekake sira kabeh, nganti sira kabeh padha mlebu njero kuburan (mati)”. (QS. QS. Attakatsur: 1, 2) 

 

Kaum Muslimin Jema’ah Jum’ah ingkang minulya 

Musibah-musibah ingkang sampun nate kadosan punika dipun ambali malih, malah saget ugi langkung ageng. Pramila kedahipun sedaya tiyang sami gatosaken lan ngrubah adat kebiasaan ingkang boten sae punika. Kanthi sami eling tiniling nindakaken kebagusan lan nilar pedamelan awon. Kebiasaan bucal sampah ing kali punika dipun hindari, inggih punika kanthi gunakaken panggenan kagem bucal sampah, lan ugi ngawontenaken panggenan bucal sampah kanthi mandiri. Amargi sampah punika salah setunggalipun masalah, menawi boten dipun gatosaken kanthi saetu badhe nuwuhaken musibah ingkang langkung ageng. 

 

Pemerintah sampun paring pirsa bilih kedahipun dipun pisah antawis sampah plastik kalian sampah organic. Sampah plastik saget dipun obong, menawi sampah organik saget dipun kempalaken kagem pupuk, sahingga taneman saget subur. Ananging menawi sampah plastic, wesi, logam, kaca punika dipun campur kalian sampah organik. Mila badhe dados masalah, panggenan kagem bucal sampah boten cekap, sitinipun dados gethak. Menawi sampah-sampah punika dipun bucal wonten lepen, kejawi dadosaken mampetipun lepen lan banjir ugi ulamipun sami pejah. Cobi menawi kita konduraken ing wekdal 50 tahun kapengker, ing lepen kathah ulamipun, toyanipun tasih seger sahingga sesuci saget dipun tindaken wonten lepen. Kanthi punika ing zaman punika kedahipun sami nanemaken kedisiplinan supados bucal sampah ing panggenanipun, ngulinakaken misahaken sampah organik kalian anorganik. Lan kita usahakenan ugi mikiraken kesehatan lan kemaslahatan generasi ingkang badhe dhateng. 

 

Perkawis alit lan sekedhik menawi dipun tindakaken kanthi istiqomah, ikhlas lan sabar insya-Allah badhe ndhatengaken kebagusan ing wekdal ingkang badhe dhateng, mugi-mugi Allah tansah paring kekiatan, keikhlasan lan kesabaran dhateng kita, amin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

1/07/2021

Tiyang Paling Sae Midherek Hadits Nabi Muhammad SAW

Manungsa niku makhluk ingkang paling sempurna, nanging sempuraning manungsa punika kejawi saking jasmaninipun ugi dipun tingali saking tindak lampahipun. Manungsa ingkang paling sae inggih punika ingkang saget gunakaken wekdal kangge ningkataken iman, taqwa lan amal shalih sarta dhemen nindakaken amar makruf nahi mungkar.

اَلحَمْدُ للهِ الَّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيِّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسوْلُهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعيْنَ بِإِحْسَانِ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. 

 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah 

Jum’at kapengker warsa enggal 1 Januari 2021, kaleres warsa enggal punika dhumawah ing dinten Jum’at, dinten ingkang mulya lan kathah kautamaanipun. Antawisipun ing dinten Jum’at punika kaum muslimimin nindakaken ibadah shalat Jum’at. Wonten ing sak sanesipun dinten Jum’at kawastanan shalat dhuhur, ingkang dipun tindakaken sekawan rekaat. Nanging ing dinten Jum’at shalatipun kalih rekaat dipun tindakaken kanthi jamaah lan dipun awali kanthi khutbah Jum’at. 

 

Ing jumat ingkang sampun kapengker, kathah tiyang sami suka cita amargi mengeti gantosipun tahun. Sami ngendika tahun enggal semangat enggal, ananging kasunyatanipun gantosipun tahun inggih tasih biasa mawon boten wonten inggah-inggahanipun. Kanthi punika ing saben dinten Jum’at kita dipun engetaken dening para khatib supados sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah SWT. Amargi kanthi iman lan taqwa, badhe wonten harapan bilih gesang kita dados gesang ingkang manfaat, yuswa ingkang dados kirang punika saget dadosaken semangat kangge ningkataken amal shalih kangge sangu benjang ngadhep wonten ngarsa dalem Allah SWT. 

 

Nalika Rasulullah tasih sugeng, wonten salah setunggalipun tiyang Arab Badui matur dhumateng Rasulullah:

 يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ 

“Duh Rasulullaah, sinten tiyang ingkang paling sae punika? Rasulullah SAW ngendika wong kang dawa umure lan amale bagus” (HR. Tirmidzi) Wonten ing hadits sanesipun ugi Rasulullah ngendika:

 

 يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ 

 “Duh Rasulullah, sinten tiyang ingkang paling sae punika? Rasul ngendika"wong kang dawa umure lan bagus amale. Sahabat ngendika malih: sinten tiyang ingkang paling ala? Rasul ngendika “ wong kang dawa umure lan ala amale”. (HR. Ahmad) 

 

 Kaum muslimin Jemaah jum’ah Rahimakumullah 

Kados pundi supados amalipun punika sae lan dipun tampi dening Allah, tentunipun anggenipun nindaaken amal ibadah kedah wonten dasaripun, inggih punika kasebat wonten ing Alquran lan hadits nabi Muhmad SAW. Rasulullah seda boten ninggalaken mas picis raja brana kagem keluarganipun, ananging Rasulullah namung ninggalaken Alquran lan hadits nabi, sinten tiyangipun ingkang ngugemi kalihipun yektos badhe dados tiyang ngang paling sae. Rasulullah SAW ngendika.

 قَامَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ النَّاسِ أَقْرَؤُهُمْ وَأَتْقَاهُمْ وَآمَرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَأَنْهَاهُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَأَوْصَلُهُمْ لِلرَّحِمِ 

“ Ana wong lanang kang ngadek ing ngarsane Rasululah, ing mangka Rasullah ana mimbar. Wong lanang iku matur maring rasul ”Duh Rasulullah, sinten tiyang ingkang paling sae punika? Rasul ngendika: manungsa kang paling bagus yaiku kang paling faham (Alquran), paling taqwa, paling asring mrintah maring kebagusan lan nyegah penggawean munkar, lan asring ngraketake paseduluran”. (HR. Ahmad). 

 

Kanthi hadits punika Rasulullah SAW paring pesen bilih syaratipun tiyang ingkang paling sae punika: 

  1. Tiyang ingkang tansah syukur dhateng Allah, amargi dipun paringi yuswa ingkang panjang lan tansah ngginakaken wekdal kangge nindakaken ibadah lan amal shalih. Amargi dados tiyang ingkang rugi menawi dipun paringi panjang yuswa nanging ibadahipun kirang. 
  2. Faham kalian Alquran, inggih punika dipun awali kalian biasakaken maos Alquran, ndherek kajian Alquran, remen nindaki majlis taklim kangge ndherek ngaos. 
  3. Tansah ningkaten iman lan taqwa dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun Allah. 
  4. Remen nindakaken amar makruf nahi munkar, inggih punika dhemen dhawuh nindakaken pedamelan ingkang bagus lan nyegah dhateng pedamelan mungkar. 
  5. Remen nyambung pasedherekan 

 

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah. 

Manungsa dipun dadosaken Allah dados makhluk ingkang paling sae, nanging sae lan sempurnanipun punika boten gumatung kalian raganipun mawon. Ananging Allah mirsani saking tindak lampahipun, kasebat wonten ing Alquran:

“Sira kabeh iku umat kang luwih bagus kang kalahirake kanggo manungsa, (kang supaya) sira kabeh padha printah marang kang makruf, lan padha nyegah marang kang mungkar lan iman marang Allah” (QS. Ali Imran: 110) Midherek ayat punika syarat dados umat ingkang paling bagus inggih punika sepindhah iman ingkang kiat, kaping kalih negakaken amar makruf lan nyegah pedamelan mungkar. Syarat punika sajatosipun sampun dipun miliki kaum muslimin ing zaman Rasulullah SAW. Sahingga saking sifat punika umat Islam dados kiat lan jaya. Sedaya wilayah Arab tunduk lan patuh kalian Islam, gesangipun aman, tentrem, adil makmur. Mekaten punika amargi kukuhipun anggenipun ngugemi iman lan nindakaken ajaran Islam, saha negagaken amar makruf nahi munkar.

“Satemene wong-wong kang iman yaiku namung wong-wong kang padha iman marang Allah lan rasule, tumuli dheweke kabeh ora mamang lan dheweke kabeh padha jihad (berjuang) kelawan bandha lan jiwane dheweke kabeh ing dalem dedalane Allah, hiya dheweke kabeh iku wong-wong kang padha temen”. (QS. Al Hujurat: 15)

 

 باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ