Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

8/31/2020

Ujian Dalam Berkarya Dan Memberi Keteladanan, Antara Harapan Dan Kenyataan

Ujian dan pujian adalah dua hal yang berbeda, ujian adalah hak manusia sedang pujian adalah hak Allah. Allah sebagai pemilik dari semua yang ada di alam semesta, tiada sesuatupun yang menyekutukan-Nya, tidak ada tandingan karena Dialah yang maha segalanya. Siapa yang menciptakan alam semesta, Dialah Zat yang tidak diciptakan oleh siapapun dan tidak bergantung pada siapa pun, karena Dia adalah Zat yang berdiri sendiri dan tidak sama dengan makhluk-Nya. Dia zat Yang Maha Kaya, karena Dialah pemilik seluruh yang ada dialam semesta, ketika hamba-Nya meminta pasti akan diberi, bahkan tanpa diminta pun Allah telah menyediakan segala yang dibutuhkan manusia.


Dia Maha pengasih dan Penyayang, Dia Maha Pengampun, sehingga dengan kekuasaanya, Allah bisa menjadikan seluruh yang ada di alam semesta semua hidup dalam satu tatanan, adil makmur dan perselisihan dan pertengkaran. Namun bukan seperti itu bahwa di alam dunia disamping manusia Allah juga menciptakan makhluk yang lain baik makhluk yang kelihatan maupun yang tidak nampak. Masing-masing mempunyai watak dan karakteristik yang berbeda. Seperti malaikat diciptakan oleh Allah menjadi makluk yang tak pernah salah, sebaliknya iblis dan anak buahnya diciptakan tak pernah berbuat benar. Sedang manusia dalam penciptaannya, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, karena manusia telah direncanakan untuk menjadi wakil Allah di muka bumi. Namun manusia bisa menjadi salah atau benar, baik atau buruk sehingga menjadi pilihan untuk menentukan dirinya.

Selama hidup di alam dunia, manusia tidak akan bisa lepas dari ujian, baik yang disebabkan oleh perilaku orang lain atau akibat dari perilaku diri sendiri. Ujian yang diakibatkan atas perilaku orang lain, karena adanya perbedaan persepsi, kepentingan sehingga menimbulkan konflik. Sering ditemukan antara harapan dan kenyataan sangat berbeda. Ada orang yang selalu berbuat baik pada orang lain, tak ingin menyakiti dan disakiti, tak ingin mengganggu dan diganggu, selalu membantu dan menghormati orang lain. Namun hal yang dirasakan tidak sesuai dengan yang dilakaukan disinilah timbul konflik, baik terhadap diri sendiri maupu terhadap orang lain.

Sebaik-baik perbuatan yang dilakukan tidak seratus persen diterima dengan senang hati oleh orang lain. Karena itu akan muncul ujian berupa kebencian, fitnah, adu domba, iri, dengki, tamak dan perilaku lainnya, menjadi ujian bagaimana menyikapi hal-hal tersebut. Karena itu bila membahas hal yang demikian tentu akan menjadi kajian yang amat panjang. Karena berkaitan dengan perilaku manusia sehingga berkembanag beraneka macam ilmu yang membahas tentang manusia dan upaya untuk mengembalikan fitrah insaniyahnya.

Kisah hidup
Di topic yang singkat ini penulis akan menyampaikan ujian yang diterima manusia akibat perlaku diri sendiri. Hal ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh pak Markun (bukan nama sebenarnya). Pak Markun adalah salah seorang aparatur pemerintah, dia adalah salah seorang ASN pada suatu lembaga pemerintah. Bila dihitung pendapatannya sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Apalagi didukung oleh istrinya yang juga sebagai ASN. Mungkin bila melihat keluarga pak Markun adalah keluarga yang sakinah, bahagia dan sejahtera. Berlatar belakang dari keluarga seorang petani maka sangatlah bersyukur pak Markun bisa menjadi ASN. Disamping sebagai ASN beliau juga aktif di berbagai organisasi keagamaan dan takmir masjid. Dan kegiatan ini dilakuakan dengan senang dan berusaha untuk bisa memberikan kontribusi dan manfaat.

Pak Markun mempunyai kebiasaan yang unik, ketika liburan beliau selalu aktif, entah hobi atau ada maksud yang lain. Mengapa beliau sangat bersahabat dengan alam, suka memelihara tanaman, baik tanaman hias atau konsumsi, bahkan juga suka memelihara ikan dan beberapa jenis unggas. Padahal waktu libur enakan di rumah, tinggal duduk manis, nonton tv sambil sruput kopi atau teh, jalan-jalan, nongkrong dan ngrobrol. Ternyata pada suatu saat ketika ditanyakan langsung, kebetulan dia sedang menyiangi tanamannya. Dia mengatakan bahwa 1) Apa yang dilakukan karena ingin memberikan contoh pada orang lain bahwa ketika orang mau berkarya atau berusaha pasti akan mendapatkan hasil. 2) Ketika bekerja atau berkarya hendaknya jangan semata-mata mengandalkan pada kemampuannya tetapi harus ingat pada Allah, sehingga ketika menjelang datang waktu shalat selalu berhenti bekerja dan segera bersiap-siap untuk melaksanakan shalat, 3) Memanfaatkan waktu libur untuk mencintai alam, dengan mengolah, memelihara, menjaga dan marawatnya dengan baik pasti kan mendapatkan hasil. Kalau bukan hasil dari proses produksi juga dirasa ada kepuasan sendiri. 4) perrsiapan bila kelak sudah purna tugas tidak akan bingung dengan kegiatan dan aktifitas, karena itu sejak dini telah menyiapkan mental maupun sarana penunjang.

Menjempu rizqi yang kadang dilalaikan yaitu bangun pagi sebelum Subuh dan melaksanakan Shalat Subuh dengan berjamaah. Demikian penuturan pak Makun, yang mana setelah melaksanakan shalat Subuh dilanjutkan dengan membacaa Alquran dan membaca-baca buku guna menambah pengetahuan. Di rumah beliau tersedia beraneka macam koleksi buku, baik buku keagamaan, ekonomi, kesehatan, pertanian, perkebunan, peternakan, resep masakan dan lainnya. Bahkan beliau masih aktif menjadi anggota perpustakaan daerah. Hal ini sebagai upaya untuk menambah wawasan, karena koleksi buku yang dimiliki belum sebanding dengan yang ada di Perpustakaan Daerah. Ternyata dengan keanggotaan ini juga menambah saudara dan motivasi untuk terus belajar dengan membaca.

Kebiasaan untuk menambah pengetahuan dengan teori beliau juga sangat rajin untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam beraneka mcama tanaman, baik bunga, sayuran dan buah-buahan. Pada hari Ahad, 30 Agustus 2020 sejak pagi beliau telah membenahi pekarangan dan kebunnya. Walaupun pada musim kemarau namun kebunnya nampak hijau dan masih menghasilkan walaupun untuk kebutuhan keluarga. Nampaknya dia tidak tega ketika melihat lahan kosong tidak dimanfaatkan. Pada waktu itu pukul 15.45 sudah waktunya shalat Asar beliau membawa gabah ke tempat penggilingan padi. Melihat ada sekam beliau bermaksud hendak mengambil sekam tersebut sebagai media tanam di polybag. Ketika hendak memasukkan sekam ke dalam karung, tiba-tiba pada pinggangnya ada sesuatu yang lepas sehingga kehilangan tenaga, dia bilang tidak bisa berjalan, karung dan sekam ditinggalkan sambil merangkak mendekati motor dan dengan berdiri sambil menahan sakit motor dihidupkan lalu pulang. Dengan kondisi menahan sakit berupaya melepas pakaian segera mandi dan melaksanakan shalat Asar.

Begitulah kisah yang diterima dari penuturan pak Markun. Teranyata beliau terkilir yang dalam bahasa Jawa kecetit. Kecetit menjadi ujian yang cukup berat, karena segala aktifitas mejadi sangat terbatas, untuk berjalan saja sakit apalagi berlari, membawa beban tubuh saja sudah sulit apalagi bila membawa barang, alat kerja kantor atau alat-alat pertanian dan perkebunan. Bahkan kegiatan kantor pun terpaksa tidak bisa dilaksanakan. Upaya pak Markun adalah sangat mulia, namun ternyata Allah tetap memberikan ujian, memang ujian ini adalah hak manusia dan dalam kondisi mendapatkan ujian manusia hendaknya tetap memuji Allah yang berkehendak menguji hamba-Nya dengan menggeser salah satu sel dalam tubuh sehingga menjadi sakit.

Inilah salah satu kekuasaan Allah sedikit dari ciptaannya menjadikan manusia harus terus bersabar. Sabar menerima ujian. Ternyata ketika mendapatkan ujian maka manusia menjadi makluk yang sangat lemah dan sangat bergantung pada orang lain, bagaimanakah untuk membenarkan urat syarat memerlukan tukang pijit, untuk menghilangkan rasa sakit harus memerlukan dokter. Berapun biaya yang diperlukan tidak diperhitungkan. Asalkan menjadi sehat kembali. Jangan anggap enteng terhadap sakit dan jangan menyepelekan pada orang yang sedang sakit, menganggap lebay. Karena ketika sakit akan terjadi berbagai kemungkinan. Tak ingin sakit dan bila sakit ingin segera sehat, dan harus tetap yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.

Karena itu dalam kondisi apapun setiap muslim hendaknya bersyukur dan bersabar, seberapapun ujian yang diterima bila senantiasa bersabar dan bersyukur maka menjadi pribadi yang tangguh yang bisa mengelola diri sendiri untuk menjadi insan yang bermanfaat. Semoga kisah tentang pak Markun dapat menjadi i’tibar bahwa niat dan berbuatan baik tidak selamanya mendatangkan kesenangan, tapi karena yakin terhadap qadha dan qadar Allah maka akan tetap ikhlas dan istiqomah dalam melaksanakan tugas sebagai Abdullah dan sebagai khalifatul ard.

8/25/2020

Renungan Tahun Baru Hijriyah, Manfaatkan Waktu, Jangan Sia-Siakan Waktu.

Setiap pergantian tahun sering kita menerima ucapan selamat tahun baru, semangat baru. Kata ucapan itu begitu melekat ditelinga sehingga dirinya pun juga ikut-ikutan mengucapkan selamat tahun baru, semangat baru. Kata semangat menunjukkan sikap yang optimis untuk menyongsong masa depan, dimulai dari bulan pertama pada suatu tahun. Memang orang hidup harus selalu optimis, berpikir positif dan berperasaan yang positif, dengan kata lain kita optimis, positif thingking dan positif feeling. Ungkapan ini yang akan menunjukkan berhasil atau tidaknya pada masa yang akan datang.
Taushiyah menjadi media muhasabah.

Sebenarnya tidak hanya pada tahun baru, tetapi di setiap mengawali langkah, atau mengawali beraktifitas harus optimis dan dengan semangat yang baru, karena itu awali upaya dengan meluruskan niat dengan senantiasa memohon petunjuk pada Allah, dengan memanjatkan doa. Pada umumnya orang mengawali aktifitas pada pagi hari, maka awalilah semangat bekerja dengan upaya untuk meraih ibadah yang lebih, dengan menegakkan shalat sunnah fajar dan melaksanaka shalat subuh dengan berjamaah. Maka disananalah muslim telah memiliki kekuatan spiritual untuk mendapatkan kenikmatan, kemuliaan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

Seandainya pada malam hari telah melaksanakan shalat tahajud, maka berapa waktu untuk bermunajat, bukan untuk mengerdilkan keutamaan shalat lail, namun pahala shalat subuh dengan berjamaah seperti orang yang beribadah semalam suntuk. Dan ditambah dengan shalat sunnah dua rekaat sebelum subuh seperti menggapai kebahagiaan dunia seisinya. Di sinilah bahwa ketika seorang muslim telah mengawali bangun pagi sebelum shalat subuh, maka Allah akan semakin lebar dalam membukakan pintu rahmatnya. Ternyata tidak sampai di situ, karena setiap muslim akan membiasakan untuk meraih rizqi yang berlimpah dengan melaksanakan shalat dhuha. Namun hendaknya harus pintar-pintar dalam mengatur waktu. Siapa dirinya dan sedang apa?

Ibadah shalat adalah kepentingan dan kebutuhan pribadi, sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah, dan dirinya tidak bisa melepaskan tugas sebagai khalifatul ardhi. Bekerja dan beraktifitas adalah suatu kewajiban, apalagi bagi pegawai atau karyawan yang bekerja pada proses produksi dan layanan publik. Tidak bisa meninggalkan pekerjaan/ kewajiban lalu mengejar sunnah. Memang ini dua hal yang berbeda, yang satu pelaksanaan tugas manusia sebagai abdulah dan kedua sebagai khalifatul ard.

Berbeda tapi saling berkaiatan, hablun minallah akan berefek pada hablun minannas, dalam ayat Alquran disebutkan bahwa setiap bentuk penghambaan akan berdampak pada sikap dan perbuatan. Orang menegakkan shalat dalam setiap gerak-gerik atau kaifiyah shalat mengajarkan, bagaimanakah posisi takbirarul ikhram, ketika berdiri sambil menunduk melihat tempat sujud, ketika rukuk dan sujud kepala yang biasa berada diatas dengan ikhlas untuk sejajar bahkan lebih rendah dari pantat. Inilah simbol ketakdhiman dan ketawadhuan.

Demikian pula hablun minnanas akan berdampak pada kedalaman spiritual, adanya religious experience sehingga kebiasaan orang berbuat baik, suka menolong, membantu, mendoakan ternyata akan kembali pada dirinya atau kepada keluarganya. Maka kebiasaan-kebiasaan baik yang kadang tidak mungkin dilakukan orang lain dirinya justru semakin bergairah dan tertantang untuk melaksanakannya.

Menyia-nyiakan umur.
Umur manusia tidak akan ada yang mengetahui, sampai umur berapa, dan apakah ketika diberikan umur yang panjang hingga ajal menjemput tetap dalam kondisi sehat? Atau justru umurnya yang pendek, sakit-sakitan hingga ajal menjemput, atau umur yang panjang namun sakit-sakitan hingga ajal menjemput. Kita tidak ingin yang menurut dirinya buruk, umur panjang, selalu sakit-sakitan hingga ajal menjemput. Kita ingin umur yang panjang, selalu sehat, bisa bermanfaat, bahagia, sejahtera, meninggal dalam kondisi khusnul khatimah. Karena itu hendaknya membiasakan diri untuk selalu berfikir yang positif. Jangan biasakan bayang-bayang kegagalan menutupi mata hati dan fikiran.

Bahwa setiap manusia hidup pasti mempunyai masalah, dan masalah akan selalu datang silih berganti, namun hendaknya selalu yakin bahwa Allah telah menciptakan masalah, Allah memberikan masalah dengan memberikan cobaan kepada hamba-hambanya. Allah sayang pada hambanya, bahwa Allah telah mengukur kemampuan hambanya. Bahwa tidaklah Allah memberikan cobaan kecuali menurut kesanggupannya. Namun kadang seringnya masalah datang, terkadang lalai untuk segera mengatasinya. Sehingga dari masalah-masalah yang kecil akan menumpuk sehingga menjadi beban yang sangat berat.

Ada keluh kesah hamba Allah yang merasa resah karena hutang-hutangnya tak kunjung lunas. Sehingga setiap berangkat kerja dan ketika beraktifitas selalu mengharapkan untuk segera mendapat gaji. Waktu dilalui hanya menghitung jumlah gaji dan menghitung jumlah pengeluaran rutin keluarga dan kemampuan membayar hutang-hutang. Tidak disadari bahwa orang yang demikian ini sesungguhnya telah menyia-nyiakan waktu. Bagaimanakah waktu yang lalu hendaknya waktu yang dilalui dengan kekuatan, kemampuan, akal, fikir dan tenaga yang masih prima, tidak pernah merasa sakit, pemampilan perlente. Sebenarnya waktu-waktu itu akan lebih bermakna bila dapat mengeluarkan potensi dan kekuatan untuk merubah kondisinya. Namun menjadi sia-sia, ketika waktu yang masih produktif hanya digunakan untuk mengkalkulasi income dan outcame. Ketika telah sampai waktu penerimaan gaji mendapat kebahagiaan walau hanya sementara. Ternyata hutang-hutanya akan lunas hingga beberapa tahun lagi. Tidak sadar bahwa pada masa yang akan datang, adalah masa yang masih rahasia, apakah akan tetap sehat? Harapan tetapa sehat namun sesunggunhya waktu yang terus berjalan, usia semakin tua yang akan mempengaruhi fungsi metabiolisme tubuh dan produktifitas kinerja.

Karena itu tahun baru, dengan semangat baru hendaknya menjadi spirit untuk selalu mengembangkan diri, selalu mengolah dan mengasah fikr dan kalbu. Kadang kenyamanan akan menyebabkan orang cenderung pasif dan kurang produktif. Contoh seorang pegawai yang telah menjadi pegawai pemerintah, telah merasa nyaman dengan posisi dan kedudukannya. Gajinya tidak terlalu besar namun dipandang sudah cukup untuk kebutuhan keluarga. Kondisi kenyamanan ini akan melakukan rutininitas, pekerjaan dan aktifitas dilaksanakan menurut komando secara rutin. Tidak ada upaya untuk mengembangankan diri dalam ilmu, ketrampilan dan spiritual. Dirinya berfikir untuk apa belajar, mencari ilmu lagi toh dirinya telah mendapatkan gaji, dan temannya yang berpendidikan tinggi juga gajinya tidak terlalu berbeda dengan dirinya. Demikian pula dalam beribadah hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang bersifat fardhu, karena merasa telah cukup melaksankaan kewajiban.

Masa yang akan datang tida ada yang tahu, ketika dua anaknya sakit. Dirinya dan istrinya berusaha untuk merawat dan menjaga anak-anaknya. Yang biasanya hidup telah merasa nyaman, berubah ketika harus datang pulang dari rumah ke rumah sakit, ke tempat kerja. Tidak lama pun tubuhnya merasa lelah demikian pula istrinya. Akhirnya karena kurangnya pengetahuan, dan ketrampilan dalam mengelola problem maka masalah semakin komplek. Ibadah yang minimalis belum bisa menjadi sarana untuk mengatasi masalah. Hal ini jauh berbeda dengan orang-orang yang selalu mengasah hati, fikir dan dzikir bisa mengatasi masalah dengan sistematism, tenang dan terencana.

Maka jangan sia-siakan waktu, banyak orang merugi karena waktu. Allah telah bersumpah dengan waktu, bahwa manusia benar-benar dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dalam untuk mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran. (lih. QS. Al Ashr: 1-3). Andai Allah tidak sayang pada hambanya maka tidak akan mengingatkan kepada hambanya. Allah akan membiarkan hambanya dalam kehendak dan perbuatannya. Karena itu penghargaan terhadap waktu sangatlah penting, waktu yang telah berlalu tidak akan kembali dan akan terus pergi semakin menjauh. Waktu yang akan datangpun terasa begitu cepatnya akan datang. Maka merugilah bila tidak dapat memenej terhadap waktu. Waktu menunggu diganti menjadi waktu untuk berbuat dan berkarya.

Begitu berarti dan bermaknanya waktu, setiap orang mempunyai waktu yang sama 24 jam dalam sehari semalam. Berapa banyak orang telah memanfaatkan waktu dengan produktif, berapa waktu telah disia-siakan. Sungguh bernilaianya waktu bagi orang yang akan menjalani operasi, berapa bermaknanya waktu bagi orang yang membutuhkan pertolongan rumah saki karena kekurangan oksigen. Betapa bermaknanya waktu, maka calon pegawai yang akan menghadapi ujian, sungguh bermaknanya waktu bagi petani yang menanti waktu panen dan sebagainya. Karena itu dengan waktu ada orang yang menjadi pintar, bodoh, kaya, miskin. Dengan waktu manusia akan menjadapatkan hasil. Karena agar masa yang akan datang menjadi lebih baik Allah telah berpesan.


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasy: 18)


8/19/2020

Renungan Tahun Baru Hijriyah, Evaluasi Tahun 1441 H Menuju 1442 H

Pada hari Rabu 19 Agustus 2020 umat Islam  meninggalkan kalender hijriyah 1441 menuju pada tahun baru 1442 H. Pergantian tahun yang tidak pernah dilakukan dengan kegiatan pesta, uvoria dan bersenang-senang. Pergantian tahun yang selalu diselenggarakan dengan kegiatan perenungan, muhasabah atas apa yang telah dilakukan, berapa banyak dan berapa besar dosa-dosa yang telah dilakukan. Terasa kecil dan hina manusia dihadapan Allah yang Maha Suci, Maha Sempurna, Maha Besar dan tiada sekutu bagi Allah.
Matahari tenggelam, menandakan pergantian masa.
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, diberi kelengkapan panca indra, hati, akal, agama sehingga menambah kesempurnaannya. Bahkan Allah telah menyediakan segala hal yang diperlukan manusia, alam semesta telah diamanatkan kepada manusia untuk menjaga, melestarikan, mengelola dan memanfaatkannya. Manusia tersungkur dihadapan Allah, apa yang telah dilakukan, sudahkah beramal, berkarya sesuai dengan petunjuknya, sudahkah manusia memberikan manfaat bagi yang lain. Atau justru dosa yang telah dilakukan, tanpa disadari atau dengan kesadaran menentang perintah Allah dan dengan bangganya melaksanakan larangan Allah.

Inilah tahun baru hijriyah, umat Islam bermuhasabah, sehingga pada tahun baru berusaha memikirkan terhadap amal ibadah yang telah dilakukan. Tiada kesempatan untuk berhura-hura, bersenang-senang dan melakukan aktifitas yang tidak bermanfaat. Tahun 1441 H telah berlalu, segala yang telah terjadi tidak akan kembali lagi, susah senang tidak akan kembali, bahkan usiapun semakin meninggalkan, tubuh yang molek wajah yang cantik termakan usia sehingga tak cantik lagi, tubuh yang tegak, tampan, gagah pun juga termakan usia. Bahkan tubuh yang sehat terasa semakin rapuh, terkena air hujan sedikit saja meriang, dingin sedikit-pun jugamenjadi kurang sehat.

Aroma tubuh yang harum karena besutan minyak wangi berubah menjadi aroma minyak angin yang selalu membalur tubuhnya. Menghangatkan, mengilangkan pening, perut kembung dan sakit-sakit lainnya. Rambut yang hitam pun juga lambat laun memutih, rambut kepala, hidung, kumis, jambang, alis dan bulu mata, bertambah hari berganti bulan dan tahun berubah putih. Gigi-gigipun juga ikut rapuh, satu persatu tanggal. Pandangan mata yang tajam menjadi buram, kaca mata yang dipakai kadang harus berganti, minus, plus, silindris dan sebagainya. Pendengaranpun juga semakin berkurang, dahulu waktu muda ada bisikan suara terdengar dengan jelas, namun tahun berganti, untuk mendengar harus mencari sumber suara. Kulit yang dahulu halus, kencang menjadi keriput. Kaki yang dahulu kuat untuk menopang tubuh, kini menjadi gemetar dan sering kesemutan, untuk berjalan apalagi berlari nafas terengah-engah.

Proses perjalanan hidup manusia, terus berjalan, mausia tidak akan bisa menolak Sunnatullah. Karena itu kecantikan, ketampanan, kekayaan, harta, tahta adalah suatu yang fana dan suatu saat akan sirna. Tidak ada yang dapat dibanggakan dihadapan Ilahi, kecuali iman, taqwa dan amal ibadah. Segal hal yang dilakukan manusia tertata rapi dalam buku catatan amal Malaikat Raqib dan Atid. Baik buruk, besar kecil tidak akan pernah tertinggal dari catatan amal perbuatan manusia.

Tahun 1441 H telah berlalu, entah kapan akan kembali, ketika Rasulullah ditanyakan tentang ruh dan hari qiyamat, rasul hanya bisa menjawab, itu urusan Tuhan-mu. Hari qiyamat adalah suatu yang pasti, alam akhirat suatu yang pasti dan terjadi untuk selamanya. Bisa saja orang merasakaan kehidupan yang bahagia dengan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan di dunia. Di akhirat juga banyak orang yang hidup dalam penderitaan, siksaan yang tidak akan pernah berhenti. Disanalah manusia akan merasakan buah dari amal ibadaah selama hidup didunia. Dunia yang fana seakan akan selamanya, akhirat yang dijanjikan untuk selamnya namun banyak ditinggalkan.

Tahun 1441 H sudah berlalu, kini kita masuk di tahun 1442 H, tahun yang hendaknya dihadapi dengan rasa optimis, namun ternyata manusia tidak bisa menolak takdir bahwa tahun baru hijriyah dihadapi dengan peningkatan perenungan dan muhasabah, dengan wabah pandemi Covid-19. Mengapa Allah menimpakan wabah itu, apakah ini ujian, cobaan atau azab Allah. Dosa apakah yang telah dilakukan, sampai kapan wabah itu akan berakhir.

Banyak ditemukan bahwa new normal dipahami bahwa manusia bebas untuk beraktifitas. Ketika dahulu orang berdisiplin memakai masker, sekarang sering ditemukan aktifitas manusia yang tanpa masker. Sosialisasi pelaksanaan protokol kesehatan terus dilaksanakan, namun di beberapa daerah ODP, PDP dan yang positif terkena Covid-19 meningkat. Siapa yang salah dan siapa yang benar? Semua mempunyai dalih yang berbeda-beda. Desakan ekonomi sehingga menuntut untuk kembali beraktifitas, rasa risih, ingin bebas maka tidak lagi memaki masker, jaga jarak, membiasakan cuci tangan. Tuntutan pendidikan putra-putri, rasa jenuh putra-putri dalam keluarga ingin kembali berkumpul dengan teman-teman-temannya.

Karena itu bagaimana menyikapi pandemi Covid-19, tahun 1442 kita harus optimis dapat kembali menjalani kehidupan yang normal. Usaha lahir dan batin, saling bahu membahu, saling mengingatkan, saling menolong, saling menghormati, agar suasana hati tetap tenang. Jauhi fitnah, kebencian, permusuhaan, pertikaian dan perbuatan buruk lainnya yang akan menambah noktah pada hati hamba Allah. Bersihkanlah hati dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah, bertobat, memperbanyak dzikir.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وأَتُوْبُ إِلَيْهِ, رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ، وتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَابُ الرَّحِيْمُ, سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي, وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ, أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

8/04/2020

Raih Kedudukan dan Kenikmatan Abadi Dengan Shadaqah

Siapa yang tidak ingin kedudukan dan siapa yang tidak menginginkan kenikmatan yang abadi? Dengan kedudukan yang tinggi maka orang akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan, bahkan kadang dengan kedudukan akan bisa mendapatkan sesuatu harapan yang sulit untuk diraihnya. Sehingga antara kedudukan dan kenikmatan biasanya saling berhubungan. Dengan kedudukan akan mendapatkan kenikmatan.

Kenikmatan dunia adalah fana, karena manusia bersifat dinamis, sesuatu yang pada awalnya nikmat namun karena dilakukan secara terus menerus maka akan berkurang atau bisa hilang kenikmatannya, baik karena obyek atau karena subyeknya. Rasululah Muhammad menjajikan kenikmatan yang abadi. Sekalipun sifat manusia yang dinamis namun kenikmatannya akan bervariasi dan tidak membosankan. Rasulullah Muhammad SAW memberikan tips untuk meraih kedudukan dan kenikmatan abadi dengan bershadaqah.

Ketika mendengar kata shadaqah maka yang terbersit dalam benak adalah dengan harta benda, karena itu kadang banyak orang yang sudah merasa jenuh dengan kata-kata shadaqah. Karena pemikirannya jangankan untuk memberikan orang lain untuk dirinya sendiri masih kekurangan. Atau ada yang berfikir, telah bersusah payah bekerja mencari dan mengumpulkan harta, malam jadi siang dan siang tak pernah berhenti bekerja, memeras otak, pikiran, membanting tulang memeras keringat. Mengapa setelah terkumpul harus dikeluarkan untuk infaq dan shadaqah? Sehingga pada suatu saat Rasulullah SAW kedatangan tamu orang-orang miskin yang mengadu kepada Rasulullah:

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنْ الْأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَا وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا وَيَعْتَمِرُونَ وَيُجَاهِدُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ

“Orang-orang kaya, dengan harta benda mereka itu, mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, juga kenikmatan yang abadi. Karena mereka melaksanakan shalat seperti juga kami melaksanakan shalat. Mereka puasa sebagaimana kami juga puasa. Namun mereka memiliki kelebihan disebabkan harta mereka, sehingga mereka dapat menunaikan 'ibadah haji dengan harta tersebut, juga dapat melaksnakan 'umrah bahkan dapat berjihad dan bersedekah."

Dari hadits tersebut, jelas kalimat pengaduan dari para fuqara’, karena kewajiban maghdhah seperti shalat, puasa yang telah dijalankan, tetapi juga dilaksanakan oleh para aghniya’. Maka derajat dan kemuliaan para fuqara’ jelas lebih rendah dan tidak mempunyai kelebihan amal dibanding yang dilakukan orang-orang kaya. Bila melihat amaliyah ibadah para aghniya’ semakin jelas kelemahan dan kekurangan para fuqara’, semakin terpuruk ketika dirinya tidak bisa berinfaq dan shadaqah, padahal hal ini telah dilakukan oleh para aghniya’ melalui zakat, infaq dan shadaqah. Dan tidak sampai disitu bahwa para aghniya’ dapat melaksanakan haji, umrah dan berjihad dengan hartanya.

Dari hadits tersebut jelas begitu sulitnya bagi para fuqara’ untuk mendapatkan kedudukan dan kemuliaan, karena semua telah diambil oleh orang-orang kaya. Namun demikian Rasululah memberikan jalan kemudahan untuk meraih kedudukan dan kemuliaan. Suatu amalan bila dilakukan maka orang-orang faqir dapat meraih keutamaan sebagaimana yang didapatkan oleh orang-orang yang kaya. Karena itu Rasululah melanjutkan sabdanya:

أَلَا أُحَدِّثُكُمْ إِنْ أَخَذْتُمْ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ

"Maukah aku sampaikan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian ambil (sebagai amal ibadah) kalian akan dapat melampaui (derajat) orang-orang yang sudah mengalahkan kalian tersebut, dan tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian dengan amal ini sehingga kalian menjadi yang terbaik di antara kalian dan di tengah-tengah mereka kecuali bila ada orang yang mengerjakan seperti yang kalian amalkan ini. Yaitu kalian membaca tasbih (Subhaanallah), membaca tahmid (Alhamdulillah) dan membaca takbir (Allahu Akbar) setiap selesai dari shalat sebanyak tiga puluh tiga kali." (HR. Buchari: 798)


Hadits tentang keutamaan berzikir dengan membaca tasbih, tahmid, takbir sesudah shalat dengan redaksi yang hamper sama juga terdapat dalam Shahih Buchari nomor 5854,Shahih Muslim nomor 936,1674, 2050 dan Musnad Ahmad nomor 20508)

Demikian cintanya Allah kepada hamba-Nya dan begitu cintanya Rasulullah terhadap umatnya memberikan kemudahan untuk beribadah, guna meraih derajad dan kemuliaan yang lebih tinggi. Bahwa shadaqah menjadi kunci untuk meraihnya. Dan shadaqah tidak harus menggunakan uang dan harta benda. Allah telah memberikan potensi, kekuatan dan kemampuan untuk bershadaqah. Allah telah menyampaikan bahwa perkataan yang bagus adalah shadaqah dari pada memberikan tetapi dengan menyakiti,

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”. (QS. Al Baqarah: 263)

Perkataan yang baik yang dimaksud bila menolak dengan cara yang baik, tidak menghina atau mencela, demikian pula bila orang meminta kurang sopan juga dengan lapang dada untuk memaafkannya. Hal ini sering dialami ketika sedang berkendaraan ada orang yang meminta-minta, sedang dia nampak sehat dan masih muda, tidak ada yang menghalangi untuk bekerja dan berusaha secara wajar, biasanya akan muncul kata-kata yang tidak enak. Karena itu bila berkenaan diberi dengan ikhlas dan bila tidak berkenan ditolak dengan cara yang halus.

Shadaqah tidak harus menggunakan uang dan harta, senyumpun menjadi ibadah. Senyuman yang tulus dari lubuk hati terdalam, senyuman bukan cibiran dan sinis. Ada bebarapa pedoman yangteramsuk shadaqah tetapi tidak dengan uang dan harta. Rasulullah SAW dalam hadit yang diriwayatkan At Tirmidzi hadits nomor 1679 menyebutkan:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ.

Rasulullah SAW bersabda: "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau berbuat ma'ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah."

Begitu luas cakupan tentang shadaqah, beberapa kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan orang . Dimana manusia selain sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan.

7/31/2020

Seleksi Keimanan Dalam Menghadapi Cobaan, Musibah, Bencana dan Wabah, Khutbah Jum’at

Sesungguhnya musibah, bencana, wabah akan terus terjadi selagi dunia masih berputar, dan bagi masing masing orang musibah, bencana, wabah masih akan dialami didunia selagi masih diberikan kehidupan. Bahkan setelah berakhirnya kehidupan akan memasuki kehidupan yang lain dimana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatannya.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ


Kaum muslimin jemaah jum’ah Rahimakumulah
Pada hari ini kita sekalian memperingati hari raya Idul Adha 1441 Hijriah atau tahun 2020 Masehi. Idul Adha pada tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana pada tahun sebelum ini. Umat Islam yang berada di tanah air ujian keimanannya untuk melakukan penyembelihan hewan qurban. Dan saudara-saudara kita yang seharusnya pada tahun ini telah mendapat kuota untuk melaksanakan ibadah haji ke tanah suci, akan tetapi pada tahun ini ibadah haji pada tahun ini terpaksa harus ditunda atau tidak dilaksanakan pada tahun ini. Hal ini karena dunia sedang yang mengalami pandemi atau wabah pandemi Covid- 19, suatu wabah penyakit yang belum pernah kita rasakan dan belum pernah kita alami, tetapi hal ini terjadi pada tahun ini. Karena itu pada tahun ini kita sekalian umat Islam khususnya benar-benar sedang diuji oleh Allah dengan berbagai macam musibah dan wabah. Allah menguji kesabaran kita dan mudah-mudahan dengan kesabaran itulah kita sekalian akan dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT, amin.

Pandemi Covid- 19 sungguh merupakan wabah yang mengkhawatirkan seluruh umat manusia, dan sampai hari ini para ilmuan belum menemukan vaksin untuk menangkal adanya wabah tersebut dan berdasarkan protokol kesehatan kita hanya bisa menghindari mencegah agar tidak terkena wabah penyakit tersebut. Wabah penyakit yang bisa menyerang saluran pernafasan, sehingga nafas kemudian menjadi sesak dan akhirnya bila tidak bisa tertolong akan terjadi kematian.

Corona adalah suatu virus yang tidak bisa disaksikan dengan mata kepala, akan tetapi wujudnya ada dan siap untuk ke mana-mana. Oleh karena itu pada hari Raya Idul Adha tahun ini, marilah kita menyatukan persepsi dan melakukan tindakan bersama untuk menangkal adanya virus tersebut agar tidak merajalela.

gambar

Sesungguhnya musibah, bencana, wabah akan terus terjadi selagi dunia masih berputar, dan bagi masing masing orang musibah, bencana, wabah masih akan dialami didunia selagi masih diberikan kehidupan. Bahkan setelah berakhirnya kehidupan akan memasuki kehidupan yang lain dimana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatannya. Allah SWT berfirman:
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 155-156)

Cobaan, musibah, bencana, wabah senantiasa datang silih berganti, baik yang disebabkan karena alam maupun karena ulah tangan manusia, mengapa orang beriman senantiasa mendapat cobaan, musibah dan bencana? Dr. Yusuf Qardhawi menjawab minimal ada tiga hal:
1. Bentuk seleksi bagi orang-orang yang beriman. Hanyalah orang yang beriman yang dapat lolos dari proses seleksi itu, sedangkan orang yang dalam hatinya ada penyakit maka tidak akan bisa terpilih dari seleksi itu.



“dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya Kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik”. (QS. Al Ankabut: 10-11)

2. Cobaan dari Allah, untuk membersihkan hati dari kotoran dan menyembuhkan jiwa mereka dari penyakit.


“jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran: 140-141)

3. Menambah bekal dan kedudukan mereka disisi Allah, karena hal ini dapat mengangkat derajat dan menambah kebaikan-kebaikan mereka.


مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَن وَلاَ أَذًى وَلاَ غمٍّ ، حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُها إِلاَّ كفَّر اللَّه بهَامِنْ خطَايَاه"متفقٌ عليه.

Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim sebagai musibah, baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti, yakni sesuatu yang tidak cocok dengan kehendak hatinya, ataupun kesedihan, segala macam dan segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya, yakni sesuai dengan mushibah yang diperolehnya itu." (Muttafaq 'alaih)

"مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} اللَّهُمَّ أجُرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها، إلا آجَرَهُ اللَّهُ مِنْ مُصِيبَتِهِ، وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا"

Tidak sekali-kali seorang hamba tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nyalah dikembalikan). Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini, dan gantikanlah kepadaku yang lebih baik daripadanya," melainkan Allah akan memberinya pahala dalam musibahnya itu dan menggantikan kepadanya apa yang lebih baik daripadanya." (HR. Muslim)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


7/24/2020

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga, Bimwin Calon Pengantin

Pernikahan bukan hanya aktifitas yang dilaksanakan demi pemenuhan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial belaka, tapi juga merupakan bagian dari aktifitas ibadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan demikian, pernikahan adalah aktifitas yang memiliki dimensi ganda: dimensi duniawi yang berkaitan dengan manusia sebagai mahluk sosial, dan dimensi ukhrawi yang berkaitan dengan Sang Pencipta dengan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah
Kegiatan Bimwin bagi calon pengantin

7/20/2020

Fungsi Masjid Di Masyarakat Dan Manajemennya Menuju Masjid Paripurna

Masjid merupakan salah satu bangunan monumental bagi umat Islam, kebanggaan dan menjadi simbol kekuatan bagi umat Islam. Masyarakat sangat berantusias untuk mendirikan tempat ibadah, sehingga karena bersemangatnya dalam satu desa kadang terdapat masjid lebih dari satu, bahkan kadang pada setiap RT juga terdapat tempat ibadah yang berupa musholla/ langgar.
Masjid dengan aktifitas pelayanan umat
Perkembangan tempat ibadah banyak yang belum diimbangi dengan upaya pengelolaan masjid. Bagaimanakah masjid dapat dijaga dan dipergunakan bukan hanya sebagai tempat shalat saja, namun masjid dapat dikembangkan pada fungsi-fungsi yang lain sehingga keberadaan masjid dapat menjadi pusat kegiatan bagi umat Islam. Bahkan muncul suatu upaya untuk memberdayakan masjid menjadi masjid yang paripurna.

Karena itu dalam perjalanan sejarah, masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir bisa dikatakan, dimana ada komunitas muslim, pasti disitu ada masjid. Di samping menjadi salah satu tempat yang suci untuk beribadah bagi umat Islam, masjid juga menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah, kepentingan sosial dan kegiatan lainnya.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa setiap masjid di tanah air sudah dikelola dan dimanfaatkan dengan maksimal oleh para pengurus. Masih terdapat beberapa masjid yang pengelolaannya masih memprihatinkan bahkan sepi dan ditinggalkan oleh para jemaahnya. Tugas siapakah untuk mengembangkan fungsi masjid dan bagaimana cara mengelola masjid agar bisa makmur dalam manajemen kepengurusannya. Karena itu dalam makalah ini akan disampaikan, bagaimanakah memenej masjid agar lebih berdaya guna sehingga menuju pada masjid paripurna.


7/17/2020

Adab bersedekah menurut Alquran Al Baqarah Ayat 262, 263

Ada pepatah Jawa yang mengatakan “bandha mung titipan nyawa mung gadhuhan” harta hanya titipan, nyawa hanya pinjaman. Setiap suku bangsa mempunyai para lelulur yang meningggalkan kata bijak dan patut untuk dijadikan teladan. Salah satunya orang Jawa mempunyai perhitungan dan mengingat setiap kejadian dari sebab dan akibat. Sesuatu yang terjadi pada kehidupan manusia senantiasa dicatat dan diingat-ingat sehingga menjadi landasan dalam berbuat dan kehati-hatian dalam bertindak. Para tokoh diantaranya Frans Magnis Suseno menulis dalam buku Etika Jawa, menggambarkan tentang sikap dan kehati-hatian orang Jawa.

7/14/2020

Mujudaken Masyarakat Adil Lan Makmur, Khutbah Bahasa Jawa


Mlebet Islam kanthi sampurna tegesipun ngamalaken kanthi konsekwen sedaya syari’at agami Islam, ing sekawan bidang inggih punika 1) bidang Aqidah, 2). bidang ibadah, 3). bidang Akhlak lan 4). bidang muamalah duniawiyah.


أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى وَفَّقَ مَنْ شَاءَ لِطَاعَتِهِ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ كَتَبَ شَهَادَةً لِمَنْ عَمِلَ بِشَرْعِهِ الْقَوِيْمِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اهْتَدَواْ بِهَدْيِهِ وَاتَّبَعُواالنُّوْرَ الَّذِىْ اُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ, أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Para sedherek kaum muslimin ingkang kula mulyaaken
Wonten kesempatan khutbah Jum’at punika kawula wasiat dhateng para jamaah, manga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah, inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nebihi sedaya awisanipun. Allah SWT ngendika wonten salebetipun kitab suci Alquran surat An Nahl ayat : 90 makaten :







“ Saktemene Allah iku dhawuh marang sira kabeh supaya tumindak adil lan supaya gawe kebecikan, menehi pitulung marang ahli kerabat. Lan Allah nglarang marang sira kabeh saka tumindak jahat lan mungkar lan memungsuhan. Allah paring pepeling marang sira kabeh, supaya sira tansah eling lan ngerti “

Ayat punika nerangaken saperangan saking sifatipun tiyang ingkang taqwa dhumateng Allah. Inggih punika tiyang ingkang tansah negakaken dhateng sipat adil, remen damel sewarnining kesaenan lan remen asung pambiyantu utawi remen tetulung dhateng sanak sedherek, kosok wangsulipun dhemen tumindak jahat, mungkar lan boten remen memengsahan. Makaten ing antawisipun sifat-sifatipun tiyang taqwa. Mangga kita sedaya sami ngudi murih dados tiyang- tiyang ingkang taqwa kados ingkang dipun dhawuhaken Allah :

“ E wong wong kang Iman ! sira kabeh pada taqwa-a marang Allah kanthi sabener-benere taqwa. Lan sira kabeh aja pisan – pisan mati kejaba tetepa dadi wong Islam “ (QS. Ali Imran: 102)

Para sedherek kaum muslimin ingkang kula mulyaaken
Supados tumindak kita waget dados tiyang Islam ingkang sak leres-leresipun, kita kedah nindakaken syari’at Islam kanthi kaffah, kasebat ing dalem Alquran:

“ E Wong-wong kang Iman ! sira kabeh padha mlebua ana sajrone agama Islam kanthi sampurna. Lan sira kabeh aja padha manut tingkah-langkahe syetan. Awit satemene syetan iku mungsuh kang terang tumrape sira “ ( QS. Al Baqarah : 208 )

Mlebet Islam kanthi sampurna tegesipun ngamalaken kanthi konsekwen sedaya syari’at agami Islam, ing sekawan bidang inggih punika 1) bidang Aqidah, 2). bidang ibadah, 3). bidang Akhlak lan 4). bidang muamalah duniawiyah.

Para sedherek, sak terasipun kados pundi cara anggenipun kita mujudaken masyarakat ingkang adil lan makmur, kados resep ingkang dipun dhawuhaken dening Sayyidina Ali bin Abi Thalib, inggih punika:

يَاجَابِرُ قَوَامُ الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ بِأَرْبَعَةٍ: عاَلِمٌ مُسْتَعْمَلٌ عِلْمُهُ، وَجَاهِلٌ لَا يَسْتَنْكِفُ أَنْ يَتَعَلَّمَ، وَجَوَادٌ لَا يَبْخَلُ بِمَعْرُوْفِهِ، وَفَقِيْرُ لَا يَبِيْعُ أٰخِرَتَهُ بِدُنْيَاهُ فَإِذَا ضَيَّعَ اْلعَالِمُ عِلْمَهُ اِسْتَنْكَفَ الْجَاهِلُ أَنْ يَتَعَلَّمَ، وَإِذَا بَخِلَ الْغَنِيُّ بِمَاِلهِ بَاعَ اْلفَقِيْرُ أٰخِرَتَهُ بِدُنْيَاهُ .

“ Wahai Jabir, tegake agama lan dunia iku kelawan sekawan perkawis, tiyang alim ingkang ngamalaken ilmune, tiyang bodho ingkang boten keset ngaos, dermawan ingkang boten medit ngamalaken kesaenan, tiyang ingkang miskin ingkang boten nyade akhiratipun kelawan dunya, mila menawi tiyang alim nyia-nyiaken ilmunipun, tiyang bodoh boten purun ngaos lan bilih tiyang sugih medit nglampahi kesaenan, tiyang miskin badhe nyade akhiratipun kelawan dunyanipun. “

Dhawuhipun Sayidina Ali bin Abi Thalib punika selaras kalian perkawis ingkang sampun dipun dhawuhaken dening Rasulullah SAW:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ قَوَامَ الدُّنْياَ بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ أَوَّلُهَا بِعِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَثَانِيْهَا بِعَدْلِ اْلاُمَرَاءِ وَثَالِثُهَا بِسَخَاوَةِ اْلاَغْنِيَاءِ وَرَابِعُهَا بِدَعَاءِ الُفُقَرَاءِ.

“ Rasulullah SAW ngendika: Ngertia sira kabeh, satuhune tegake donya (negara) kelawan patang perkara: sepisan ilmune para ulama’, kapindo adile para penguasa, telu lomane wong-wong sugih, papat dongane wong-wong fakir”

Sarana dhawuhipun Sayidina Ali bin Abi Thalib lan dipun kiataken dening dhawuhipun Rasulullah SAW punika, kita saged pikantuk gambaran lan pedoman bilih dunya utawi negari ing pundi kemawon saget tegak, adil lan makmur, menawi dipun tunjang kaliyan sekawan perkawis, inggih punika;
1. Ilmunipun para ulama, ingkang dipun sebaraken kanthi purun maringi pawulangan dhateng tiyang ingkang bodho supados saget mangertos dhateng punapa tugas lan kewajibanipun salami gesang wonten ing alam dunia. Mangertos tata caranipun ibadah, mangertos aturan pergaulan utawi akhlak ingkang mulya, mangertos hukum agami, mangertos masalah halal lan haram lan aturan lintunipun sahingga benjang dados tiyang ingkang manfaat migunani kangge agaminipun, nusa lan bangsanipun. Lantaran perjuanganipun para alim ulama punika, ing akhiripun badhe nglahiraken para pemimpin, sarjana, cerdik cendekiawan ingkang badhe saget majengaken negarinipun tumuju dhateng masyarakat ingkang adil lan makmur.

Ngengingi pentingipun ilmu kangge modal kemajengan bangsa lan negari, pramila mangga para generasi muda penerus perjuanganipun bangsa sami cancut taliwandha ngudi ilmu ingkang sak kathah-kathanipun kangge sangu gesang kita, ingkang kathah sanget hambatan, rintangan lan tantanganipun. Sak terasipun ilmu pengetahuan lan ilmu agami ingkang paling penting inggih punika ingkang gegayutan kaliyan masalah akhlakul karimah, amargi menawi generasi muda boten nggadhahi pendidikan akhlakul karimah akibatipun negari punika badhe hancur, kita gatosaken bilih risakipun negari punika gumantung risakipun akhlak, kados ingkang sampun diaturaken dening penyair ingkang masyhur, Syauqi Bey;

اِنَّماَ الْاُمَمُ الْاَخْلَاقِ مَابَقِيَتْ* فَاِذَا هُمُّوْا ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوْا

“Langgenge setunggaling bangsa inggih punika salami akhlaqipun langgeng, menawi akhlakipun ical, musnah ugi bangsa punika “ ( Syauqi Bey )

2. Kejujuranipun para pejabat pemerintah, anggenipun ngatur lan nata negari, hukum lan aturan ditegakaken kanthi adil lan bijaksana, perjalanan roda ekonomi diatur kanthi rata lan ningkataken sumberdayane rakyat, boten namung wonten lingkungane para pejabat, bebas saking korupsi, kolusi lan nepotisme. Ketentraman lan keamanan negari dipun jagi kanthi sae, kemakmuran saget dipun raosaken rakyat secara nyata, boten wonten ketimpangan sosial, ingkang sugih tambah sugih ingkang mlarat tambah mlarat, pokokipun menawi pemerintah saget berbuat kanthi adil insya Allah negari punika badhe ngalami kemakmuran, aman, rukun, damai sejahtera jaya lan sentosa.

3. Lomanipun tiyang ingkang sugih. Para hartawan punika supados purun ngurbanaken dunya lan bandhanipun kangge kepentingan umum, purun bantu dhateng para fakir miskin ingkang tansah nandang sengsara lan kekirangan, kanthi zakat utawi sedekah langkung- langkung kangge kepentingan umum kados dene bangun panggenan ibadah lan pendidikan ugi sarana lan prasarana lintunipun, sebab menawi boten wonten lomanipun tiyang sugih, nalika tiyang fakir miskin sami betahaken pambiyantu kemungkinan badhe timbul kecemburuan social, kados dhene perampokan, penjarahan, perampasan, pembakaran lan lintu- lintunipun . Menawi tiyang sugih boten loman negari badhe kenging bala’ utawi musibah ingkang boten kita ajengaken, cara ingkang ampuh kangge nyegah bala’ utawi musibah boten sanes kejawi tiyang-tiyang sugih sami purun ngedalaken zakat lan shodaqoh dhateng para fuqoro lan masakin. Malahan kanthi purun ngedalaken zakat lan shodaqoh boten namung saged nolak bala’ utawi musibah nanging ugi saged nyuburaken, nambah lan ningkataken rizki lan kemakmuranipun negari.

4. Donganipun para fuqara lan masakin, artosipun para fuqara lan masakin badhe tunduk dhateng sedaya aturan agami lan negari, malah kersa dongaaken dhateng para pemimpin, para ulama lan para aghniya. Sedaya kalawau badhe kasembadan menawi para ulama kersa berjuang maringi piwulang dhateng tiyang ingkang bodho, para pejabat sami tumindak ingkang adil dhateng rakyatipun, para tiyang sugih purun bantu dhateng para fuqara lan masakin. Insya -Allah para fuqara lan masakin badhe purun dongaaken dhateng sedaya para ulama, para pemimpin lan para aghniya. Sehingga akhiripun saged kawujud masyarakat ingkang adil, makmur, gemah ripah loh jinawi karta raharja. Amargi sedaya komponen bangsa kalawau saged nyadari lan nindakaken fungsi lan tugasipun piyambak- piyambak.

Menawi sekawan unsur kalawau saget dipun tindakaken kanthi sadar fungsi lan tugasipun insya -Allah badhe mujudaken masyarakat ingkang adil lan makmur, inggih masyarakat Khairu Ummah, kados ingkang sampun dipun isyarataken kaliyan Alquran surat Ali Imran : 110

“ Sira kabeh iku umat ingkang paling bagus kang di lahiraken kangge manungso, mrintah marang kebagusan lan nyegah marang kemungkaran lan iman marang Allah..” ( QS. Ali Imron : 110 )
Wujud masyarakat kados mekaten punika ingkang dipun idam-idamaken Islam, masyarakat punika minangka dambaan sedaya manungsa, sedaya warga negara, sedaya generasi ing sepanjang zaman. Mugi-mugi masyarat kita badhe dados masyarakat ingkang utama kados ingkang sampun diisyarataken Alquran. Amin ya Rabbal alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


7/12/2020

Pemimpin Yang Baik, Saling Mencintai dan Saling Mendoakan

Kita sering mendengar kata pemimpin, sebenarnya apakah memimpin itu? Pemimpin adalah orang yang memimpin. Maka bila ada pemimpin pasti ada yang dipimpin karena itu kedua keduanya saling berkaitan. Di dalam hadis nabi Muhammad disebutkan bahwa kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban dari kepemimpinannya.

Kepemimpinan dalam Islam berdimensi dunia akhirat, karena bertanggungjawab kepada yang memberikan mandat didunia yaitu pejabat yang diatasnya. Kepemimpinan berorientasi akhirat karena setiap kemimpin bertanggung jawab terhadap Allah. Kepemimpinan merupakan amanah, untuk memmimpin dan membawa pada yang dipimpin mendapaatkan kebahagiaan, kesejahteraan, keamanan. Untuk mewujudkan masing-masing pemimpin mempunyai skill dan styile yang berbeda-beda sehingga didalam melaksanakan kempemimpinan mempunyai efektifitas dan produktifitas yang bebeda-beda.

Di dalam organisasi pemimpin dibagi menjadi tiga macam, pertama manajemen puncak top manajer (manajer puncak), kedua middle manager (manajer menengah), ketiga low manager/ supervisor (manajer bawahan). Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan manajemen (manajerial skill) ataupun keterampilan teknik (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi, semakin rendah keterampilan manajemennya. Hal ini karena aktivitas yang dilakukan bersifat operasional, sebaliknya semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi, semakin menonjol keterampilan manajemennya karena aktivitas yang dijalankan bersifat konsepsual konsepsional. Dengan kata lain semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi ia semakin dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir secara konseptual, strategis dan makro. (Umam, Khaerul (2015), Manajemen Organisasi, Pustaka Setia, Bandung hal: 126)

Pemimpin melaksanakan kepemimpinan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan, karena itu bila tujuan bisa dicapai maka disitulah wujud kesuksesan seorang pemimpin, sebaliknya bila pemimpin tidak mempunyai visi, pandangan yang positif, maka tidak mempunyai rencana atau program jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Pemimpin yang demikian ini ini sangat mustahil akan bisa membawa pada anggoat pada kemajuan dan perkembangan yang positif. Karena cenderung pemimpin yang demikian ini hanya mempunyai keterampilan keterampilan teknis secara spesifik yang tidak bisa membuat program dan perencanaan yang signifikan.

Untuk menjadi pemimpin yang bisa membawa pada ada anggota yang dipimpinnya mencapai tujuan yang direncanakan maka seorang pemimpin dengan yang dipimpin mempunyai sikap saling mencintai, saling mendoakan sehngga akan terwujud keharmonisan. Rasulullah telah menjadi figur uswatun hasanah, sehingga apapun yang dikatakan sesungguhnya telah dilaksanakan.

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo'akan kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." Sahabat ditanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?" maka beliau bersabda: "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka." (HR. Muslim: 3347, 3348)

Dari hadits tersebut disebutkan syarat-syarat pemimpin yang baik:

  1. Pemimpin mencintai anggota atau rakyatnya, sehingga amanah kepemimpinannya diterima dengan senang untuk mewujudkan kecintaannya.
  2. Yang dipimpin atau rakyatnya mencintai pemimpinnya, yang karenanya akan terwujud harmonisasi dalam kehidupan, terwujud saling menghargai dan menghormati.
  3. Pemimpin mendoakan kepada yang dipimpin atau rakyatnya. Pemimpin akan membimbing, mengarahkan, melindungi anggota sehingga anggota merasa aman, nyaman, bahagia dan sejahtera.
  4. Anggota yang dipimpin/ rakyat mendoakan pada pemimpin, karena pemimpinnya dapat membimbing dan menyelamatkannya.

Bila dalam suatu organisasi terjadi sikap kontra produktif, tidak adanya sikap saling menyayangi dan menghormati maka kepemimpinan akan terjadi kegagalan. Bagaimana pemimpin yang tidak dicintai rakyatnya akan berupaya untuk mewujudkan kesejahtraan rakyatnya. Demikian pula pemimpin yang tidak mencintai rakyatnya tentu akan berbuat sewenang-wenang, bahkan segala upayanya hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi. Telah banyak contoh tentang pemimpin dan rakyat yang saling mencintai, menghormati sehingga Allah melimahkan barakahnya.

7/11/2020

Shalat Jum’at Dua Tahap dan Renggangkan Shaf, Fatwa MUI Nomor 31 Tahun 2020

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam dalam kondisi apapun, kapanpun dan di manapun shalat wajib di laksanakan. Bagi orang yang mukim atau bagi orang yang musafir tetap wajib melaksanakan shalat. Orang yang sehat dan orang yang sakit juga wajib menegakkan shalat,orang yang sedang sibuk atau sedang mempunyai keluangan waktu juga wajib untuk menegakkan shalat. Karena shalat adalah merupakan tiang agama, barangsiapa yang menegakkan shalat maka berarti orang tersebut telah menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkan shalat maka berarti orang tersebut merobohkan agama.

Shalat mempunyai berbagai macam keutamaan, shalat dapat memberikan jalan yang terang kepada orang Islam, Shalat akan dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, shalat bisa menjadi solusi atas segala kesulitan hidup, shalat bisa membukakan Rizki dan shalat bisa menjadi jalan bagi hamba Allah untuk memasuki surganya.

Untuk mencapai kesempurnaan shalat, maka Islam menandaskan tegakkanlah shalat pada waktunya, melaksanakan shalat secara berjamaah, bila berjamaah juga rapatkanlah serta luruskanlah shafnya. Dalam kondisi pandemi virus corona, telah merubah kebiasaan baik umat Islam kepada hal-hal yang tidak semestinya dilakukan, seperti kebiasaan untuk menegakkan shalat berjamaah, meluruskan dan merapatkan shaf. Pada kondisi pandemi Covid- 19, sebelum penetapan new normal, maka shalat berjamaah untuk dilaksanakan di rumahnya masing-masing. Sebaliknya setelah pemerintah menetapkan new normal, maka shalat bisa dilaksanakan dengan berjamaah di masjid, mushola atau di langgar, dengan menerapkan protokol kesehatan, diantaranya adalah dengan menjaga jarak.

Menjaga jarak ketika melaksanakan shalat bagi sebagian umat Islam, mereka dapat menerima dengan keikhlasan, mereka menyadari dan memahami apa yang menjadi himbauan pemerintah. Namun ada juga sebagian dari umat Islam yang tidak mempercayai atau tidak mau melaksanakan sosial distancing atau menjaga jarak ketika sedang melaksanakan shalat. Karena itu dengan kondisi yang demikian ini, tentu saja di tengah-tengah masyarakat akan timbul dua perbedaan pemahaman. Demikian juga ketika melaksanakan shalat Jumat, dalam kondisi new normal pemerintah telah memberikan kelonggaran bagi umat Islam untuk menegakkan shalat Jumat dengan menerapkan protokol kesehatan, diantaranya adalah dengan menjaga jarak.

Demikian juga sebentar lagi umat Islam yang akan melaksanakan shalat Idul Adha, maka bagi yang melaksanakan shalat khususnya shalat Jumat di masjid di tengah pemukiman yang padat penduduknya, maka dimungkinkan masjid tidak bisa menampung jamaah. Masjid yang seharusnya bisa digunakan secara penuh, tetapi hanya bisa digunakan sepertiga dari jumlah jamaah masjid.

Shalat Idul Adha yang diksanakan di masjid maka sudah dipastikan tidak bisa menampung jumlah jamaah. Apalagi bila menerapkan sosial distancing. Bagaimanakah umat Islam yang sudah terbiasa melaksanakan shalat Jumat di masjid, bolehkah melaksanakan shalat Jumat di masjid dengan dua tahap? Setelah melaksanakan shalat Jumat pada tahap yang pertama kemudian dilanjutkan dengan tahap yang kedua.

Ada pendapat yang membolehkan melaksanakan shalat Jumat di langgar, mushola atau di gedung pertemuan yang lain. Karena itu untuk menyikapi hal yang demikian ini Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa Nomor 31 tahun 2020 berkaitan dengan penyelenggaraan shalat Jumat dan shalat jamaah untuk mencegah penularan wabah Covid 19.



7/08/2020

Kuwajiban Putra Dhateng Tiyang Sepuh, Khutbah Basa Jawa

Tiyang  punika ingkang paling ageng lelabetan utawi jasanipun dhumateng kita menawi dipun bandhing kaliyan tiyang sanes. Inggih lantaran tiyang sepuh, kita lahir ing ngalam dunya. Lan tiyang sepuh khususipun ibu, prihatosipun sakelangkung. Nalika ngandhut, kapeksa kedah naati aturan ingkang awrat. Perkawis-perkawis ingkang dipun anggep bebayani tumrap si ponang jabang bayi kedah dipun tilar, sahingga ibu anggenipun dhahar, sare, nyambut damel, kraos dipun watesi, boten saged bebas. Punapa malih nalika nembe nglairaken bayi, asring para ibu sami ngraos sakit ingkang tanpa upami, mandar boten sekedhik ingkang seda sebab mbabaraken putranipun.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ الْبَيَانَ, أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى سَاِئِر الْاَدْيَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْوَاحِدُ الَمَنَّانُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Langkung rumiyin sumangga kita tansah ngunjukaken raos syukur dhumateng ngarsanipun Allah SWT ingkang sampun paring mapinten-pinten kenikmatan dhumateng kita sedaya, salawat saha salam mugi katur dhumateng junjungan kita nabi agung Muhammad SAW saha para keluarga sahabat tabi’in tabi’in ila yaumiddin. Sak lajengipun minangka khatib kawula wasiyat dhumateng awak kula piyambak khususipun lan umumipun dhumateng panjenengan sedaya sumangga kita sesarengan tansah ningkataken taqwa dhumateng Allah SWT kanthi nindaaken sedaya dhawuhipun Gusti Allah lan nebihi sedaya awisanipun Allah SWT, sahingga menawi kita saget nindakaken perkawis kasebat fa insya-Allah kita badhe wilujeng wonten dunya ngantos dumugi akherat, amin ya Rabbal ‘alamin.

Kaum muslimin jemaah Jum’ah Rakhimakumalah
Menawi kita gatosaken lan mirengaken wonten ing berita, surat kabar utawi elektronik mapinten-pinten kedadosan ing masyarakat kita, boten sakedhik putra sami mengsahi tiyang sepuhipun piyambak, namung kanthi jalaran ingkang sepele, kados amargi pemanggihipun boten sami, penyuwunipun boten dipun sembadani, utawi sebab sanesipun, langkung-langkung tumrap putra ingkang pendidikanipun langkung inggil ananging miskin agami lan miskin pengalaman, lan tiyang sepuhipun pendidikanipun asor ananging kebak pengalaman.

Ingkang putra supe bilih bekti dhateng tiyang sepuh punika wajib hukumipun, keranten supe, pramila putra ngedalaken tembung kasar ingkang saged damel sakiting manah tiyang sepuhipin, ingkang ndadosaken tiyang sepuh duka. Kang mangka dukanipun tiyang sepuh nedahaken dukanipun Allah SWT Rasulullah SAW nate ngendika:

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ, وَسَخْطُ اللَّهِ فِي سَخْطِ الْوَالِدَيْنِ


"Ridhane Allah iku gumantung ing ridhane wong tuwa loro lan bendune Allah iku gumantung ing rengune wong tuwa loro (HR. Tirmidzi)

Kaum muslimin jemaah Jum’ah Rakhimakumullah
Bentenipun pemanggih antawis tiyang sepuh kaliyan putra sakjatosipun inggih perkawis ingkang limrah, ananging menawi ngantos medhot pasedherekan, ateges boten limrah, awit ingkang mekaten wau nedahaken bilih putra ingkang duraka dhateng tiyang sepuhipun, ateges ingkang putra nindakaken dosa ageng. Saupami panci tiyang sepuh ingkang lepat, ananging piyambakipun tetep boten saged nampi pemanggihipun putra ingkang leres, putra boten kenging ngantos medhot shilaturrahim. Putra inggih tetep kedah ngurmat lan bekti kaliyan tiyang sepuh, sinaosa boten sarujuk kaliyan pemanggihipun, amargi saget ugi menawi pemanggihipun nerak wewalering agami.

Kaum muslimin jemaah Jumah Rahimakummalah
Perlu kita akeni bilih tiyang sepuh kita punika ingkang paling ageng lelabetan utawi jasanipun dhumateng kita menawi dipun bandhing kaliyan tiyang sanes. Inggih lantaran tiyang sepuh, kita lahir ing ngalam dunya. Lan tiyang sepuh khususipun ibu, prihatosipun sakelangkung. Nalika ngandhut, kapeksa kedah naati aturan ingkang awrat. Perkawis-perkawis ingkang dipun anggep bebayani tumrap si ponang jabang bayi kedah dipun tilar, sahingga ibu anggenipun dhahar, sare, nyambut damel, kraos dipun watesi, boten saged bebas. Punapa malih nalika nembe nglairaken bayi, asring para ibu sami ngraos sakit ingkang tanpa upami, mandar boten sekedhik ingkang seda sebab mbabaraken putranipun.

Ugi boten kirang rekaosipun nalika ngrimat lan nggulawenthah putranipun wiwit alit ngantos dumugi agengipun. Tiyang sepuh ngorbanaken jiwa, raga, bandha, wekdal, pikiran lan pangorbanan sanesipun. Kebebasan sang ibu khususipun, kenging pun wastani dipun rampas dening putranipun ngantos pinten-pinten tahun. Ananging ibu ngraos kosok wangsulipun. Ibu lega lila lan boten ngraos kawratan nindakaken tugas-tugas wau, mandar ngraos kosok wangsulipun. Ibu lila ngraos luwe asal putranipun ngraos tuwuk, ibu lila boten sare asal putranipun saged tilem, ibu ngraos cekap ngagem ageman prasaja asal putranipun saged ngagem ageman ingkang edipeni. Samanten ugi bapak, sinaosa repotipun boten kados dene ibu.
Kanthi punika Allah dhawuha dhateng para putra kapurih sami bekti lan taat dhateng tiyang sepuh saksampunipun taat dhumateng Allah SWT. Al-Qur’an nyebataken wonten ing surat An-Nisa’ ayat 36


Artosipun:”Lan sembahen Allah lan ojo sira nyekutokake nganggo apa bae lan gawe becika marang wong tuwa loro” (QS: An-Nisa’ ayat 36)

Kaum muslimin jemaah Jum’ah Rakhimakumullah
Lan ing dalem agami Islam, tumindak sae utawi bekti dhateng tiyang sepuh punika kalebet pakerti ingkang paling dipun tresnani dening Allah. Sahabat Ibnu Mas’ud RA nate nyuwun priksa dhumateng Rasulullah SAW:

أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى ؟ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَلْتُ: ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ اَلجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ متفق عليه


”Pundi amal ingkang paling dipun tresnani dening Allah? Rasul ngendika ”shalat ing ndalem wektune” kawula matur, lajeng punapa malih?” Panjenenganipun ngendika.” Bekti marang wong tuwa loro,” kawula matur malih lajeng punapa malih? Panjenenganipun ngendika berjuang fi sabillillah.” (HR.Bukhari muslim)

Kaum muslimin jemaah Jum’ah Rakhimakummalah
Ewodenten wujud bektinipun, antawisipun damel tiyang sepuh ridha lan remen, biyantu tiyang sepuh nalika betahaken pitulungan arupi tenaga, pemanggih, bandha, donga, boten damel gerahing manah lan sanes-sanesipun. Namung perlu kawuningan bilih perkawis taat dhateng tiyang sepuh punika wonten watesipun, inggih punika menawi tiyang sepuh ndhawuhi kita nindakaken kesaenan; menawi dhawuhi maksiat, kita boten pareng taat. Sebab Rasulullah SAW nate ngendika:

اِنَّمَاالطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوْفِ

“Satemene taat iku mung kanggo perkara kang bagus (HR. Muslim).
Punapa malih menawi tiyang paring dhawuh supados nindakaken maksiat utawi ingkang kalebet musyrik, jalaran kalih-kalihipun dados awisanipun Allah SWT. Alquran nyebateken wonten surat Luqman ayat 15:

“Lan lamun wong tuwamu sakloron meksa marang sira supaya nyekutoake marang Ingsun kang sira ora mengerteni perkara mau, mangka sira aja naati marang wong tuwa loromu mau lan srawungana loro-lorone ing dunya kanthi becik (QS Luqman 15)

Jema’ah Jum’ah Rahimakumullah!
Sakterasipun, damel sae dhateng tiyang sepuh kalih punika boten cekap namung nalika tasih sugeng ananging sinaosa sampun seda inggih, kita kedah bekti dhumateng tiyang sepuh kita. Wondene caranipun bekthi dhateng tiyang sepuh sasampunipun seda, nalika satunggaling sahabat wonten ingkang nyuwun priksa dhumateng Rasulullah SAW perkawis kasebat, Rasul paring pangendikan:

أَلصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالْاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَاِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا وَاِكْرَامُ صِّدِيْقِهِمَا وَصِلَّةُ الرَّحِمِ اَلَّتِىْ لَا تُوْصَلُ اِلَّابِهِمَا

Artosipun: “(1) Nyolati jenazahe, (2) nyuwunake pangapura (3) ngleksanakake apa kang dadi janjine (4) mulyakake wong-wong kang dadi sahabate wong tua, lan (5) Nyambung sanak kang ora disambung kejaba kelawan wong tuwa lorone”. (HR. Abu Dawud)

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rakhimakumalah
Menawi putra malah duraka dhateng tiyang sepuh mila Allah bakal paring siksa kelawan:
a. Kalebetaken dosa ageng ingkang saged anjalari mlebet neraka
b. Sedaya ngamalipun boten manfaat
c. Kejawi badhe nampi pidana ing akhirat, ugi nalika taksih ing ngalam dunya badhe dipun bendoni.

Mekaten mugi-mugi kanthi khotbah punika saged mantepaken kita anggenipun bekthi dhateng tiyang sepuh ingkang taksih jumeneng punapa dene ingkang sampun seda. Amin ya mujiibassaaillin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


7/06/2020

Tobat, Hapus Dosa dan Kesalahan Untuk Wujudkan Kebeningan Hati

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk. Karena sangat mustahil, bila Allah menciptakan manusia dengan tidak sempurna lalu diberi mandat untuk menjadi khalifatul ard (wakil Allah di muka bumi). Dengan kesempurnaan penciptaan tidaklah cukup, karena manusia harus diuji dalam beberapa tingkatan. Lalu Allah memberikan kelengkapan sebagai penunjang bagi kesempurnaan manusia.

Kelengkapan dan kesempurnaan panca indra dan fungsinya, lalu diberi akal, hati dan agama. Bila hilang salah satu fungsi tersebut, maka kesempurnaan manusia akan menjadi berkurang. Bahkan kekurangan itu sampai pada level yang lebih rendah daripada binatang ternak.
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai’. (QS. Al A’rof: 179

Apakah yang menjadikan kekurangan dari kesempurnaan itu? Hal ini karena disamping hati yang akan selalu merenung, mengakui kebesaran Allah. Namun Allah menciptakan hawa nafsu. Hawa nafsu harus dikendalikan, sehingga ketika hawa nafsu tidak terkendali akan menimbulkan perbuatan tercela sehingga berbuat salah dan menimbulkan dosa baik dosa kecil maupun dosa besar.

Upaya menghapus dosa
Kategori dosa ada dua yaitu dosa kecil dan dosa besar. Bentuk dosa kecil tidak terhitung jumlahnya, berbeda dengan dosa besar sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

"Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan." Para sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, apa saja tujuh dosa besar yang membinasakan itu? ' Nabi menjawab; "menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan tanpa alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukmin baik-baik melakukan perzinahan." (HR. Buchari Muslim)

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْكَبَائِرِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang kaba'ir (dosa-dosa besar). Maka Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh orang dan bersumpah palsu". (HR. Buchari Muslim)

Dosa besar menjadi penghalang untuk meraih rahmat dan ampunan Allah. Bila dosa kecil sangatlah mudah untuk dihapuskan, misalnya dengan berjabat tangan, mengucapkan istighfar, berwudu. Namun karena dosa kecil jumlahnya sangat banyak maka potensi manusia untuk berbuat dosa juga semakin banyak, sehingga jangan sepelekan ketika sudah melakukan dosa kecil.

Sebagai ilustrasi, ada sebuah kaca jendela yang baru saja dipasang dan masih nampak bersih, sehingga dengan kaca itu bisa menerangi ruangan terutama pada siang hari tanpa menggunakan lampu atau penerangan. Namun karena kaca tersebut sering terkena debu, dari sedikit demi sedikit, debu tersebut menempel pada kaca. Karena tidak pernah dibersihkan maka dari debu tersebut akan terus menempel sehingga menjadi hitam dan menutupi kaca tersebut. Sehingga walaupun pada siang hari ruangan tetap gelap dan harus mendapatkan penerangan atau lampu karena itu sekalipun dalam ruangan itu ada jendela, namun karena kaca tersebut penuh dengan kotoran. Pada awalnya adalah merupakan debu yang ringan dan disepelekan, namun lama-kelamaan menjadi kotoran yang berat sehingga menutupi sinar yang akan masuk ke dalam ruangan itu. Karena itu dosa kecil bila dibiarkan secara terus menerus akan semakin berkumpul dan akumulasi dosa kecil seakan menjadi dosa besar.

Karena itu sekalipun dosa kecil hendaknya selalu dibersihkan agar hati tetap bening sehingga mudah menerima petunjuk Allah, dengan memperbanyak istighfar menyempurnakan wudhu . Adapun untuk yang dosa besar hanya bisa dilakukan dengan melakukan tobat, permohonan ampun kepada Allah.


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (QS. Attahrim: 8)

Dalam Tafsir Alquran terbitan Departemen Agama, bahwa orang yang percaya kepada Allah dan rasulnya diperintahkan untuk bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. Adapun ciri-ciri taubatan nasuha adalah 1) berhenti dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan, 2) menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukan atau perbuatan tercela yang telah dilakukan, 3) tidak akan mengulangi perbuatan maksiat yang telah dilakukan.

Bila dosa yang berkaitan dengan haqqul Adam, misalnya mencuri atau merampok maka hasil jurian, rampokan dan jarahan agar dikembalikan kepada pemiliknya. Kemudian bila menuduh orang berbuat zina dan tuduhan itu adalah tuduhan palsu, maka agar menyerahkan diri dan dilanjutkan dengan permohonan maaf kepada orang yang telah dituduh. Bila melakukan perbuatan menggunjing yang mengarah pada perbuatan fitnah maka agar meminta maaf kepada orang yang telah digunjingkan atau difitnah. Karena sesungguhnya pergunjingan adalah perbuatan tercela, bila nyata maka itu adalah termasuk ghibah dan apabila tidak nyata maka itu termasuk kategori fitnah.


“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan,” (QS. Al Baqarah; 191)

“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh”. (QS. Al Baqarah: 217)

Bila telah melakukan kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan haq Adam, maka agar diselesaikan terlebih dahulu, baru meminta maaf kepada Allah dan selanjutnya bertobat mudah-mudahan dengan bertobat itu akan bisa menghapuskan dosa-dosa yang sudah dilakukan. Nabi Muhammad sekalipun pribadi yang maksum, sudah dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa, namun beliau selalu melakukan istighfar bertaubat kepada Allah dalam sehari tidak kurang dari 100 kali. Bagaimanakah dengan umatnya?

6/30/2020

Panduan Shalat Idul Adha 1441 H/ 2020 M Di Masa New Normal, SE Menteri Agama RI Nomor 18 Tahun 2020

Shalat Idul Adha adalah ibadah tahunan, ibadah yang dinantikan bagi setiap umat Islam, mereka berbondong-bondong ke tempat pelaksanaan shalat Id , sambil mengucapkan takbir, tahlil dan tahmid. Membesarkan asma Allah, mesucikan asma Allah dan mumuji keagungan Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Suci Allah, Maha Esa, maka hanya kepada Allah kita memuji, berharap dan mengagungkan-Nya, tiada zat yang berhak disembah kecuali Allah. Pelaksanaan ibadah yang dinantikan itu berbeda dengan tahun-tahun yang lalu, karena pada masa pandemi Covid-19, dalam kondisi new normal pemerintah mengeluarkan panduan pelaksanaan shalat Idul Adha dan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban.


6/27/2020

Pembatalan Haji Tahun 2020 Karena Kondisi Pandemi Covid-19, KMA 494 Tahun 2020

Banyak orang yang mengharapkan untuk segera menunaikan panggilan Allah yaitu melaksanakan ibadah haji. Masa tunggu yang cukup lama sering kali calon jamaah haji yang sudah membayar setoran ibadah haji, bertanya-tanya masih berapa tahun. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena usia yang bertambah, merasa ingin segera berangkat haji selagi masih sehat, bisa juga terhipnotis terhadap teman atau saudara yang berangkat haji sejak awal telah menjadi orang-orang yang dimuliakan, demikian pula setelah pulang haji begitu meningkatnya amal ibadah. Namun ternyata harapan itu menjadi pupus karena pandemi virus corona yang melanda dunia, karena itu pemerintah menetapkan untuk membatalkan pemberangkatan haji tahun 2020.

Dengan keputusan pemerintah tersebut maka harus ikhlas dan sabar menerima keputusan, bukankah haji adalah panggilan, ketidak dipanggilnya karena pandemi Covid-19, maka agar tidak terulang lagi pada tahun-tahun yang akan datang setiap orang hendaknya mematuhi ketentuan pemerintah untuk mengadakan pencegahan yaitu denga mematuhi protokol kesehatan, sosial distancing/ jaga jarak, membiasakan memakai masker, membiasakan cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menghindari kerumunan, selalu menjaga kebersihan. Jangan terlena dengan new normal karena sesungguhnya kehidupan belum benar-benar normal, yang diindikasikan bahwa pandemic Covid-19 belum sirna dan belum ditemukan vaksinnya.