6/17/2015

Aura Ramadhan, terasa walau belum terlaksana



Alhamdulillah pada tahun 1436 H/ 2015 umat Islam akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan secara bersamaan. Sekarang tinggal menunggu hitungan jam untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Aura bulan Ramadhan sudah terasa sejak satu bulan yang lalu, pada bulan Sya’ban gema Ramadhan, seakan menjadi hembusan angin yang bertiup ditengah belantara yang panas. Ramadhan ibarat angin yang bertiup menyejukkan tubuh dan sejenak mengurangi rasa lelah, panas, lapar dan dahaga.

Sejenak para petani yang sedang mencangkul disawah dan ladang menjadi sejuk ketika ditengah-tengah rasa lelah, sejenak beristirahat dibawah pohon. Angin bertiup sepoi-poi, sejenak menguap dan sebentar tertidur dibawah pohon. Alangkah nikmatnya, ketika angin bertiup dapat mengurangi rasa lelah, haus, lapar bahkan menghilangkan beban hidup. Dan ketika terbangun badan sudah kembali segar dan siap untuk bekerja.

Itulah bulan Ramadhan, ibarat menjadi angin yang dapat membentuk pribadi muslim yang sehat, ikhlas, sabar, disiplin dan dapat mewujudkan pribadi yang fitrah, sehingga dapat menambah rasa kedekatan diri kepada Allah. Karena betapa besar fadhilah bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh dengan keberkahan dan ampunan Allah. Kaum muslimin telah menyiapkan segala keperluan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tempat ibadah telah dibersihkan, rencana-rencana kegiatan telah disiapkan. Para pedagangpun langsung mendapatkan keberkahan, dagangannya menjadi laris-manis, sekalipun harga dinaikkan namun konsumen telah menyadarinya.

Aura Ramadhan semakin dekat, namun hendaknya kedekatan ini jangan dikotori dengan dorongan hawa nafsu. Kalau dalam bulan Ramadhan para syetan dibelenggu dan kinilah kesempatannya sebelum puasa untuk menggoda orang-orang yang beriman, untuk berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Karena itulah pengendalian diri hendaknya terus diupayakan. Besok kita akan masuk pada bulan pengendalian diri untuk tidak makan, minum, melakukan hubungan seks suami istri pada siang hari. Dan berupaya mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak kualitas ibadah puasa. Sesungguhnya banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapat derajat sebagai orang yang bertaqwa, namun hanya lapar dan dahaga saja. Merugilah bila menjadi muslim yang demikian ini.

6/16/2015

Marhaban Ya Ramadhan, Sucikan Hati dari perilaku tidak terpuji.



Bulan Ramadhan 1436 akan segera datang, bulan penuh keberkahan, ampunan dari Allah. Setiap amal ibadah ditingkatkan pahalanya mulai dari 10 hingga 700 kali tingkatan. Bulan Ramadhan menjadi bulan bermuhasabah, meniti-niti kesalahan dan kekurangan diri sebagai hamba Allah. Sesungguhnya tidak ada hamba Allah yang sempurna, namun janganlah berputus asa untuk berupaya meraih kesempurnaan dengan mengejar keutamaan bulan suci Ramadhan.

Karena itu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, saya memohon maaf kepada semua pembaca di blog saya ini. Walaupun mungkin para pembaca kadang terkejut dengan penayangan gambar atau video porno yang menggunakan tautan saya. Hal ini saya sampaikan bahwa sesungguhnya hal itu bukanlah saya yang memposting, hal itu adalah perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Karena itu hentikanlah perbuatan yang merusak nama baik dan reputasi seseorang atau kelompok. Sakali lagi saya memohon maaf dan sekaligus mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga Allah akan menaikkan derajat kita semua pada derajat muttaqin.

Kata maaf adalah mudah namun kadang berat untuk diucapkan, mengapa demikian, tidak lain karena didalam diri ada belenggu yang menghambatnya. Mari kita bongkar belenggu itu agar kita senantiasa merasa dekat dengan Allah, dan Allah menyayangi hamba-Nya.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan.

5/22/2015

Implementasi Syukur - Khutbah Bahasa Indonesia



Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.


اِنَّ الْحَمْدَلِلّٰهِ الَّذِىْ فَضَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى سَائِرِ الْاَيَّامِ الْمُتَعَدِّدَةِ وَجَعَلَ فِيْهِ سَاعَةً مُسْتَجَابَةً لِمَنْ دَعَاهُ بِخُلُوْصِ النِّيَّةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ تُنْجِيْنَا مِنْ جَمِيْعِ الْاَهْوَالِ وَالْمَشَاكِلَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ اللهُ بِالرَّحْمَةِ وَالرَّأْفَةِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini tak lupa saya berwasiat untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhya segala perintah dan larangan Allah akan membawa konsekwensi, baik dalam suasana kehidupan dunia dan di akhira kelak. Seorang hamba Alah yang senantiasa merasa dalam kondisi ketaatan kepada Allah maka dia akan memperoleh ketenangan, kebahagiaan bahkan kesejahteraan dalam hidup, demikian pula di akhirat akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Sebaliknya hamba Allah yang senantiasa berada pada jalan kesesatan atau kefasikan maka akan dijauhkan dari kebahagiaan, ketenangan dan kesejahteraan. Namun seandainya sedang berada dalam kejayaan sesungguhnya Allah sedang menguji hambanya.
Karena itu sebaik-baik hamba Allah adalah yang senantiasa meningkatkan rasa syukur dalam dirinya, Allah SWT telah berfirman:


“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Didalam ayat Alquran tersebut Allah SWT telah memaklumkan yaitu memberi tahu tentang janjinya. Dalam tafisr Ibnu Katsir ayat tersebut bisa bermakna bahwa Allah telah bersumpah dengan keperkasaan, keagungan dan kebesaran-Nya. Jika kamu bersyukur maka Allah akan menambah kenikmtannya dan jika kamu mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya azab-Ku (Allah) sangat pedih.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Ada sementara orang yang memaknai kenikmatan Allah adalah berupa harta yang banyak, pangkat dan jabatan yang menggiurkan. Kebanyakan bila memperolehnya segera bersyukur, dengan melakukan sujud syukur atau mengucapkan hamdalah. Bagi yang berpendapat seperti ini memang tidak salah namun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanakah dengan kepemilikan yang telah diraihnya itu namun tiba-tiba dirinya jatuh sakit.

Bagaimanakah bila hari-harinya selalu dihabiskan untuk mempertahankan harta, pangkat dan jabatan. Seluruh waktu, fikiran dan tenaga difokuskan pada karier dan harta sehinga melalaikan tugas dalam keluarga dan dalam masyarakat. Kebahagiaan, kesejaheraan dan ketenangan yang baru saja dirasakan berbalik menjadi musibah dan bencana yang datang silih berganti nyaris tidak ada ujung pangkalnya.

Karena itu sesungguhnya kesehatan adalah kenikmatan, umur yang panjang adalah kenikmatan, kesempatan adalah kenikmatan. Dan semua ini harus disyukuri dan dengan kesyukuran itulah Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya. Betapa besarnya faedah dan keuntungan yang akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah rahmat-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Mensyukuri rahmat Allah, pertama ialah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin atau pun sengsara, bahkan sebaliknya rezekinya senantiasa bertambah dan kekayaannya makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat bertambah bahkan lekas menyusut. Dalam pada itu ia senantiasa dibenci dan dikutuki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ, وَابْتُلِيَ فَصَبَرَ,وَظُلِمَ فَغَفَرَ,وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ,ثُمَّ سَكَتَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ, فَقَالُواْ: مَا لَهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اُولٰۤئِكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْن (رواه ابوداود

“Barang siapa diberi karunia lalu bersyukur (berterima kasih), diuji lalu bersabar, dianiaya lalu memafkan, dan bila mendhalimi ia meminta maaf, kemudian beliau berdiam diri. Lalu para sahabat bertanya, “Mangapa wahai Rasululah? Beliau menjawab, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka juga mendapa hidayah”.(HR. Abu Dawud)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Rasa syukur merupakan kekuatan rohani, bahasa hati manusia, yang mana dengan rasa syukur itulah orang-orang yang beriman akan dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Sudahkan kita termasuk orang-orang yang bersyukur? Ada beberapa tanda-tanda pribadi yang besyukur diantaranya:
  1. Adanya perasaan gembira terhadap keberadaan nikmat itu yang untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peningkatan amal ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya.
  2. Memperbanyak ucapan syukur dan berterimakasih kepada Allah dengan memuji-Nya, karena hanya Allah tempat segala pujian.
  3. Mengerjakan ketaatan kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikan, seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan ketaatan itu.
  4. Menggunakan segala kenikmatan pada tempat-tempat yang diridhai, dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti takabur, ujub, tamak, menganiaya, melampui batas dan memusuhi orang lain.
  5. Senantiasa memandang besar suatu nikmat, sekalipun nikmat itu terasa kecil, karena nikmat Allah teramat besar dan tidak dapat dihitung.


“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Annahl: 18)

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, agar termasuk golongan orang-orang yang pandai mensyukuri atas segala kenikmatan yang telah diterimanya, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

4/28/2015

Kewajiban Bayar Zakat-Khutbah Bahasa Jawa



Midherek saking pangandikanipun Allah lan Rasulullah punika shalat lan zakat punika dados kuwajiban, kanthi punika boten saget dipun tinggalaken. Lan khususipun zakat punika wonten syari’atipun takeran lan kathahipun. Upaminipun zakat saking pantun kanthi wujud beras 815 kg, gabah 1.481 kg zakatipun 10% menawi boten mawi irigasi lan 5% menawi mawi irigasi, semanten ugi kagem woh-wohan, sayuran, taneman kagem pethetan lan sedaya taneman ingkang hasilipun kathah nishabipun sami kalih pantun lan dipun dalaken sasampunipun bibar panen. Menawi kagem bandha kanthi wujud emas ingkang damel simpenan nishabipun 91,92 gram emas murni lan 642 perak murni ingkang sampun dipun miliki setunggal tahun zakatipun 2,5%. Kagem kasil saking gaji ngagem nishab emas, ingkang zakatipun saget dipun dalaken ing saben wulan utawi saget dipun kempalaken dados setunggal tahun.

أَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى يُحِبُّ الطَّائِعِيْنَ وَيُكَافِئُ الْمُحْلِصِيْنَ وَيُضَاعِفُ أَجْرالْمُحْسِنِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ اَلْقَوِيُّ الْمَتِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Wonten kesempatan mimbar ingkang minulya punika kawula ngengetaken dhateng panjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun lan nilar sedaya awisanipun. Dhawuhipun Allah ingkang dados rukunipun Islam wonten gangsal, kasebat ing dalem hadits nabi Muhammad SAW:

بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ ، وَأَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانِ " متفقٌ عليه.

"Agama Islam didekake seka limang perkara, yaiku nyekseni sejatine ora ana Pangeran kejaba Allah lan Muhammad iku kawula lan utusane Allah, ngadegna shalat, bayar zakat, haji nang Baitullah lan puasa Ramadhan”. (HR. Buchari Muslim)

Gangsal perkawis punika boten saget dipun tinggalaken kagem tiyang ingkang mampu, khususipun zakat, puasa lan haji. Zakat minangka kuwajiban saking bandha lan kasil ingkang sampun dumugi setunggal nishab lan haulipun ugi sampun cekap. Kuwajiban zakat mal punika kangge nyucikaken kasil saking usaha lan ikhtiyaripun. Allah SWT sampun dhawuh:


“ Lan dekna sira ing shalat lan bayara zakat lan rukuka sira sartane wong-wong kang padha rukuk”.(QS. Al Baqarah: 43)


“Kamangka dhewekne kabeh ora diprintah kejaba supaya padha manembah Allah kelawan murnikake ngibadah marang Panjenengane (Gusti Allah) sajrone (nindakake) agama kanthi jejeg lan supayane dheweke kabeh padha njumenengake shalat lan ngawehake zakat, lan kang mengkono iku (aran) agama kang jejeg”. (QS. Al Bayyinah: 5)

Murnikaken ngibadah, ingkang dipun maksudaken inggih punika, ngibadah kanthi dasar dhawuhipun Allah lan rasulipun, semanten ugi tujuanipun ngibadah namung kagem Allah, pados ridhanipun lan mujudaken raos sykur dhateng Allah SWT.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Midherek saking pangandikanipun Allah lan Rasulullah punika shalat lan zakat punika dados kuwajiban, kanthi punika boten saget dipun tinggalaken. Menawi shalat wonten pundi papan panggenan, lan kawontenanipun punapa kemawon kedah dipun jumenengaken. Kagem tiyang ingkang mukim, sehat lan sempat shalat dipun tindakaken kanthi sampurna. Nanging menawi nembe wonten margi, ing panggenan ingkang lintu dan nalika nembe nandhang sakit, Allah paring rukhsoh, sahingga shalat saget dipun tindakaken kanthi dipun jama’ utawi qhasar. Semanten ugi nalika nembe sakit sahingga shalatipun saget dipun tindakaken kanthi lenggah, sare utawi kanthi isyarat. Semanten ugi wudhunipun dipun tindakaken kanthi tayamum.

Lan khususipun zakat punika wonten syari’atipu,n takeran lan kathahipun. Upaminipun zakat saking pantun kanthi wujud beras 815 kg, gabah 1.481 kg zakatipun 10% menawi boten mawi irigasi lan 5% menawi mawi irigasi, semanten ugi kagem woh-wohan, sayuran, taneman kagem pethetan lan sedaya taneman ingkang hasilipun kathah nishabipun sami kalih pantun lan dipun dalaken sasampunipun bibar panen. Menawi kagem bandha kanthi wujud emas ingkang damel simpenan nishabipun 91,92 gram emas murni lan 642 perak murni ingkang sampun dipun miliki setunggal tahun zakatipun 2,5%. Kagem kasil saking gaji ngagem nishab emas, ingkang zakatipun saget dipun dalaken ing saben wulan utawi saget dipun kempalaken dados setunggal tahun.

Zakat benten kalian infaq lan shadaqah, nate Rasulullah paring dhawuh dhateng pendherekipun supados sami ngedalaken bandhanipun kagem kabetahan perang, amargi persediaanipun ingkang sampun mepet. Kanthi mekaten menawi sahabat Umar ngedalaken sepalih saking bandhanipun, nanging benten kalian sahabat Abu Bakar sedaya bandhanipun dipun infaqaken kangge jihad fi sabililah. Nalika sahabat Abu Bakar dipun dangu dening Rasulullah “ apa ta kang panjengan tinggalaken kanggo keluarga panjenengan? Sahabat Abu Bakar ngendika “cekap Allah lan utusanipun”.

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Sedaya dhawuhipun Allah tentu mengku hikmah, semanten ugi zakat saget kita gatosaken wonten mapinten-pinten hikmah ingkang saget kita pendhet, antawisipun:
  1. Kangge mujudaken raos syukur dhateng Allah SWT, amargi dipun paringi rizki ingkang kathah, supados tambah berkah lan manfaat.
  2. Sarana ngresiki rohani lan jiwanipun saking sifat kikir, bakhil, loba lan tamak. Kosok wangsulipun zakat saget ndidik tiyang Islam ngghadahi sifat loma, welas asih, disiplin anggenipun nindakaken kuwajiban lan amanah dhateng para mustahiq.
  3. Nedahaken dhateng struktur ekonomi Islam ingkang tansah anggatosaken dhateng para dhuafa’. Sahingga para aghniya’ inggih kedah paring kawigatosan dhateng para fakir miskin.
  4. Dhawuh zakat nedahaken bilih kemiskinan punika kedah dipun brastha jalaran dasosaken kufur kados pangendikanipun sahabat Ali:

كَادَالْفَكْرُ اَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا (رواه أبو نعيم

“Kefakiran nyedhakna marang kekufuran” (HR. Abu Na’im)

Mujudaken raos welas asih, mong tinemong, tulung-tinulung antawisipun tiyang sugih kalian para fakir miskin. Kanthi mekaten Rasulullah paring gambaran kasebat ing dalem hadisipun:

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا


“Wong mukmin marang mukmin liyane kaya dene bangunan siji, kang bagian-bagiane padha nguwatake”. (HR. Buchari).

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ اِذَااشْتَكَى عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُالْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَى (رواه مسلم

“Wong-wong mukmin ing dalem kasih-kinasihan, tolong-tinulung kaya dene awak siji, lamun salah siji anggota badan iku lara mangka kabeh awak bakal ngrasakake lara karo ora bisa turu dan deman”. (Hr. Muslim)

Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kanthi keterangan ing nginggil punika mertelakaken bilih zakat punika manfaatipun kathah sanget. Kejawi minangka mujudaken nindakaken dhawuhipun Allah, sampun pratela nyata bilih zakat punika saget mujudaken pribadi muslim ingkang taqwa, sahingga pribadi muslim punika saget mujudaken dados pribadi ingkang migunani dhateng tiyang sanes, kados pangandikanipun rasul:

خَيْرُ النَّاسُ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“ Sak bagus-bagus wong yaiku kang luwih migunani marang wong liya”.

Pramila manga kita tansah berusaha nindakaken dhawuhipun Allah kanthi sak sae-saenipun, melai saking perkawis ingkang alit, melai dinten niki lan melai saking pribadinipun piyambak. Insya-Allah kanthi mekaten kita badhe dados pribadi ingkang ikhlas, sabar, istiqomah, tawadhu’, qona’ah minangka dados akhlaqul karimah, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


4/17/2015

Hebatnya Guru Untuk Digugu dan Ditiru



Kita jadi pintar menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu karena siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru

Guru bak pelita
Penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara

Sair lagu “Jasamu guru” karya M, Isfahani, menggambarkan betapa hebatnya guru, walaupun dengan kehebatannya itu dia bergelar pahlawan tanpa tanda jasa. Maka siapakah orangnya bila dia seorang guru dia orang yang mulia dan hebat.

Pernah suatu saat ketika ketika ada seorang yang sedang bekerja sebut saja namanya Mas Amir, dia seorang pekerja keras, tiada waktu yang terluang dan tidak ada waktu yang dibiarkan berlalu saja. Bahkan di dalam keluarga dia tergolong sebagai orang yang terampil, cerdas dan cekatan. Waktu bekerja selalu berdisiplin namun tidak pernah melupakan aktifitas sosial, setiap ada kegiatan di kampung di selalu hadir dan berpartisipasi, bahkan dalam bidang keagamaan dia tergolong sebagai pribadi yang supel dan penggerak kegiatan keagamaan. Dan ketika sedang liburan dan berada di rumah tidak pernah berhenti kecuali untuk makan dan shalat saja. Dia suka berkebun, suka berternak dan terampil membuat beraneka macam kerajinan rumah.

Ketika mas Amir sedang bekerja, dia harus menghentikan pekerjaannya, karena mendengar suara yang diucapkan dengan berulang-ulang, hebat memang hebat, hebat memang hebat, memang hebat. Ternyata suara itu berasal dari temannya yang bernama Sani. Maka secara spontan terjadi percakapan:

Amir : hai Sani apa yang hebat.
Sani : itu lo mas, para guru itu memang hebat.
Amir : apanya yang hebat
Sani : itu lho mas kepedulian terhadap temannya, jiwa empati, kekeluargaan dan persatuannya sungguh luar    biasa, hebat, hebat. Memang patut ditiru dan saya salut, bukan satu jempol tapi dua jempol. Memang hebat.
Amir : O, itu? Apa tidak berlebihan pujianmu itu? Apa yang kamu saksikan sehingga kamu nampak kagum sekali.
Sani : itu lho mas, suami kakak saya kan baru saja sakit, bukan hanya teman-teman satu sekolah dengan kakak saya yang datang menjenguk dan mendoakan, turut berempati. Tetapi teman-teman dari sekolah yang lain juga lain juga turut berempati, sungguh luar biasa.

Ketika terjadi percakapan itu kemudian muncul istri mas Amir yang juga ikut berbicara.
Anis : benar itu mas, waktu saya menengok mbak Tanti (kakaknya dik Sani), teman-teman guru dari kakaknya mbak Tanti dan teman guru dari Pamannya mbak Tanti juga turut berempati.
Amir : masak ya, sampai begitu tha dik.
Anis : benar itu mas.
Sani : itulah mas mengapa saya katakana guru itu memang hebat.

Percakapan tiga orang manusia ini menunjukkan betapa mulianya guru, yang patut untuk digugu dan ditiru. Kekerabatan, kebersamaan yang senantiasa dipupuk tidak sebatas pada temannya yang kadang hanya terkesan formalitas saja, tapi kehadiran mereka sungguh menambah semangat dan menjadi obat bagi rekan guru atau keluarganya yang sedang mendapat ujian berupa sakit.