7/13/2016

Amaliyah Pasca Ramadhan menuju Syawal Sebagai Peningkatan Ibadah-Bagian II




2. Mengadakan shilaturahim.
Berawal pada tanggal 1 Syawal, seiring dengan ucapan takbir, tahlil dan tahmid, setiap muslim telah menyadari bahwa dirinya adalah makhluk kecil dan lemah. Karena pada yaumul futhur setiap muslim mengumandangkan takbir, memuji keagungan dan kebesaran Allah, Dialah yang Maha Agung, Dialah Yang Maha Besar, tidak ada satupun makhluk yang menyamai Allah, Dia maha segalanya. Karena itu pada hari Id setiap muslim membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan. Karena hanya Dia yang Maha Agung. Hanya kepada Allah kita memuji, dan Allahlah yang berhak untuk mendapatkan pujian.

Pada hari Id, bahwa untuk mewujudkan kesucian diri, maka setiap muslim menyampaikan ucapan permohonan maaf kepada orang tua, saudara, tetangga, teman dan orang-orang yang pernah bersinggungan dengannya. Dengan permohonana maaf ini menandakan upaya menghilangkan sekat-sekat yang menyebabkan hubungan persaudaraan renggang, selanjutnya untuk dikuatkan. Yang sudah putus untuk disambung kembali. Akhirnya terwujudlah rasa persaudaraan yang ikhlas, sehingga siap untuk menghadapi hari esok dengan penuh optimis, hati yang telah bersih akan menjadi hamba Allah yang merasa selalu dekat dengan Allah.

Pada akhir bulan Ramadhan telah membersihkan jiwanya dengan mengeluarkan zakat fitrah, sungguh menjadi simbol kemuliaan, kesadaran diri untuk berbagi rasa suka kepada saudara-saudara yang sedang kurang beruntung. Disaat hari yang berbahagia namun mereka berada dalam kesedihan, entah karena kondisi kefakiran, kemiskinan atau mereka sedang terkena musibah dan bencana. Karena itu sesama muslim untuk berbagi rasa suka cita kepada sauara-saudara yang lain.

3. Menegakkan shalat Idul Fitri
Shalat Id adalah sebagai ibadah simbul persatuan dan persaudaraan, hanya shalat Id yang menjadi mahnet setiap muslim untuk berduyun-duyun mendatangi kegiatan shalat Id, baik di masjid maupun di lapangan terbuka. Ibadah shalat ini sebagai ibadah tahunan, maka amat disayangkan bila tidak mengikuti, hal lain akan bertemu dengan orang lain dalam komunitas lebih banyak, bahkan teman dan saudara yang sudah lama tidak berjumpa akan bertemu dalam majlis mubarok. Dalam shalat Id akan dengan mudah mengungkapkan permohonan maaf dan bersalam-salaman.
Majlis shalat Id juga menjadi media untuk memberikan taushiyah kepada umat Islam dengan penyampaian khutbah shalat Id. Karena itu mendengarkan khatib sedang berkhutbah adalah menjadi satu paket rangkaian menegakkan shalat Idul Fitri. Karena itu bagi wanita yang sedang berhalangan karena sedang datang bulan tetap dianjurkan untuk mendatangi shalat Id, bukan untuk mengikuti shalat namun untuk mendengarkan khutbah shalat Id.

4. Melestarikan puasa Ramadhan
Ibadah puasa Ramadhan dengan segala keutamaanya, telah berlalu dan akan kembali pada satu tahun yang akan datang. Apakah setiap muslim akan menunggu satu tahun lagi untuk meraih keutamaan. Keutamaan ibadah pada bulan Ramadhan memang hanya terjadi pada bulan Ramadhan, namun Allah menebarkan rahmatnya dengan memberikan keutamaan lain dalam bentuk puasa sunnah, seperti enam hari pada bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa tengah bulan, puasa nabi Dawud, puasa hari Tarwiyah, Arofah, puasa Asyura. Setiap Allah menurunkan syariat pasti mempuyai nilai dan keutamaan. Dan keutamaan ini akan diraih bila dapat diimplemantasikan, bukan dalam nilai dana norma.

Karena itu untuk mencari keutamaan ibadah tidak harus menunggu pada bulan Ramadhan yang akan datang. Spirit Ramadhan hendaknya dapat menjadi dasar untuk meraih keutamaan merebut rahmat, ridha dan ampunan Allah SWT. Dengan demikian akan menjadi hamba yang merasa adanya kedekatan diri kepada Allah. Tidak bisa melihat Allah namun tumbuh dalam dirinya suatu perasaan bahwa Allah melihat, mengawasi, membimbing dan mengarahkan pada jalan yang diridainya.

5. Merutinkan mengadakan tadarus Alquran.
Secara bahasa Alquran berarti bacaan, namun Alquran bukan hanya sebagai bacaan saja. Alquan dianjurkan untuk dibaca secara rutin, karena membaca Alquran tidaklah sama dengan membaca buku, kitab, majalah, koran dan bacaan-bacaan lainnya. Karena membaca Alquran adalah merupakan ibadah. Sebagai wujud rasa cinta kasihnya Allah kepada hambanya dalam setiap huruf dinilai sebagai suatu ibadah, bahkan dalam setiap huruf akan dilipatgandakan pahalanya.

Tetapi walaupun Allah telah menjanjikan untuk menebarkan rahmatnya bagai sekalian alam dan menjanjikan pahala kepada orang-orang yang beiman, Namun ternyata hanya sedikit diantara hambanya yang mau menggapainya. Seakan tadarus hanya tradisi pada bukan Ramadhan, seandainya Alquran adalah makhluk hidup, niscaya dia akan menangis, dan kita akan mendengar tangisan Alquran. Selama bulan Ramadhan dibuka, dibaca, dikaji, dipahamai makna dan kandungannya. Namun setelah selesai puasa Ramadhan, di manakah terdengar lantunan ayat-ayat suci Alquran dibaca. Bahkan yang lebih tragis lagi pada setiap masjid, langgar dan musholla serta tempat ibadah lainnya, Alquran dibiarkan berserakan.
Demikian pula masjid, langgar, musholla sebagai majlis tadarus Alquran sepi dengan kegiatan tadarus Alquran dan syi’ar kegiatan Islam. Sesungguhnya hal yang demikian ini terjadi secara terus- menerus dan hanya orang-orang yang khusuk yang dapat menyadari bahwa tradisi harus dilanjutkan pasca Ramadhan. Mereka akan memulai dari dirinya sendiri, ibdak binnafsi, memberikan keteladanan dimulai dari dirinya sendiri.

Alquran bisa menjadi petunjuk, pemberi peringatan, menjadi pembeda antara yang haq dan batil, menjadi obat karena Alquran dapat mendatangkan ketenangan jiwa, Alquran akan mendatangkan keberkahan baik yang membaca atau mendengarkan. Siapakah yang akan mendapatkan semua ini. Tidak lain adalah orang-orang yang mau membaca, memahami, mengahayati dan mengamalkan ayat-ayat Allah.

Bersambung, pada Amaliyah Pasca Ramadhan menuju Syawal sebagai peningkatan ibadah bagian III.