8/03/2014

Hikmah Ibadah Shalat



Shalat adalah pangkal dan pokok seluruh ibadah, bila shalatnya baik maka seluruh perbuatan muslim akan menjadi baik. Shalat adalah ibadah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban terlebih dahulu, sebelum amal perbuatan yang lain. Karena itu menegakkan shalat adalah menjadi kewajiban utama bagi setiap muslim, tidak ada alasan untuk meninggalkan shalat. Sshalat tidak harus dikerjakan dengan berdiri, karena bagi orang yang tidak kuasa atau sedang sakit boleh dikerjakan dengan duduk, berbaring atau dengan isyarat saja. Shalat juga tidak harus dikerjakan di tempat sujud, tetapi boleh dikerjakan di atas kendaraan bila sedang bepergian. Shalat bisa juga dikerjakan bukan pada waktu tertentu (ada’a) tetapi shalat dapat dijamak atau diqashar.

Begitu pentingnya ibadah shalat sehingga dalam kondisi apapun, bagaimanapun dan diamnapun shalat wajib ditegakkan. Karena itu shalat merupakan tiang agama, barang siapa menegakkan shalat berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkan shalat berarti merobohkan agama. Begitu pentingnya ibadah shalat yang mengandung hikmah:

1. Menciptakan kesucian lahir dan batin
Menegakkan shalat berarti mengadakan komunikasi dengan Allah, Zat Yang Maha Suci. Disamping itu orang yang menegakkan shalat adalah orang-orang yang suci lahir, badan dan pakaian dari najis dan kortoran. Dan ia dalam situasi dan proses untuk menyucikan batinnya untuk meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah.
Bila shalat ditegakkan dengan tekun dan kontinu tentu menjadi alat pendidikan rohani dan jasmani manusia secara efektif. Dan makin banyak shalat dilakukan dengan khusuk, berarti sebanyak itu jasmani dan rohani dilatih berhadapan dengan Zat Yang Maha Suci yang tentunya akan menghasilkan kesucian lahir dan batin manusia.

2. Menciptakan keseimbangan dan ketenangan hidup.
Ajaran shalat, akan menciptakan sistem hidup bagi setiap muslim. Misalnya shalat subuh yang dikerjakan di pagi hari, mengingatkan setiap muslim untuk segera bangun dari tempat tidurnya. Mengambil air wudhu kemudian menegakkan shalat subuh dan bila ingin memperoleh keutamaan dengan diawali dengan menegakkan shalat-shalat sunnah. Shalat subuh dikerjakan sebelum manusia melakukan aktifitas-aktifitas yang lain. Sebelum kita dihadapkan dengan segal problematika kehidupan, muslim mengawali melakukan audiendi kepada Allah, kita hadapkan wajah dan hati kita kepada Allah. Kita memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan lahir dan batin agar mampu menghadapi berbagai macam tugas, kewajiban, pekerjaan dengan baik. Demikian pula agar mampu membagun hari esok yang lebih baik.

Di hari-hari sedang sibuk melakukan aktifitas dan pekerjaan diingatkan untuk mengingat Allah dengan menegakkan shalat dhuhur, ashar dan maghrib, shalat-shakat ini sebagi pengendali dan penyeimbang bahwa kesibukan duniawi ini kafang memalaikan untuk mengingat Allah. Karena itu dengan menegakkan shalat secara jasmani dan rohani akan diberikan amunisi untuk melanjutkan aktifitas duniawi dengan penuh optimis, karena kejernihan rohani akan memperlancar proses kerja. Menegakkan shalat juga akan menciptakan kesegaran jasmani dan rohani. Cururan air wudhu membasahi wajah, tangan, kepala, telinga kaki akan menciptakan kesegaran tersendiri.

Kemudian sebelum kesibukan dunia ini diakhiri dan sebelum berangkat tidur, dikerjalkan terlebih dahulu shalat isya’ yang merupakan audiensi kepada Allah sebagai penutup segala aktifitas sehari. Shalat ini menjadi munajat, memberikan laporan-laporan atas hasil kerja dan amal ibadah kita sepanjang hari agar menjadapat berkah, memohon maaaf atas segala kesalahan dan memohon hidayah untuk hari esok.

3. Menciptakan disiplin dan kesadaran.
Kewajiban shalat yang atur dengan waktu yang lima waktu manjadi media pendidikan bagi setiap muslim untuk hidup secara teratur, disiplin. Bagi seorang muslim, bagaimananpun nyenyaknya tidur diwaktu subuh, ia wajib bangun untuk menjalankan perintah Allah menegakkan shalat subuh. Demikian pula pada waktu siang, dalam kondidsi lelah, capek, ngantuk tetap konsisnten menegakkan shalat. Karena itu setiap muslim akan memperhatikan perjalanan waktunya. Orang yang demikian ini disamping hidupnya akan disiplin dan teratur juga hidupnya akan menghasilkan nilai guna yang sangat tinggi. Ia tidak senang menghambur-hamburkan waktu, ia tidak mau melewatkan segala sesuatu berlalu tanpa makna. Maka ia bukan seorang penganggur dan orang malas. Tapi hidupnya penuh dengan aktifitas daya juang yang tinggi dan penuh amal shalih.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3)

4. Penyegaran kembali aqidah, ibadah, dan muamalah.
Ketika mengerjakan shalat, berbagai macam bacaan, ucapan dan sikap yang dilakukan semua mengandung nilai dan tujuan. Sikap berdiri menghadap kiblat dengan ikhkas, melakukan ruku’, sujud dengan tenang (tumakninah) serta duduk bersimpuh menghadap Ilahi mengandung nilai ubudiyah yang sangat agung. Pekerjaan-pekerjaan itu melambangkan kepatuhan dan penghambaan diri kepada Khalik. Konsekwensinya orang yang menegakkan shalat akan dijauhkan dari sifat angkuh dan mendewa-dewakan diri, betapapun tinggi status sosial dan kekuasaan yang dimiliki. Sebaliknya tidak akan merasa berkecil hati, bila ditengah-tengah masyarakat tergolong sebagai manusia yang biasa-biasa saja, karena Allah melihat ketaqwaan pada diri hamba-Nya. Allah tidak melihat bentuk tubuh dan raut muka hambanya tetapi yang dilihat adalah hati dan amalnya.

5. Pembangunan masyarakat Islamiyah.
Shalat mengandung nilai-nilai kemasyarakatan yang sangat tinggi dengan disyari’atkannya shalat berjamaa’h yang mempunyai keutamaan 27 derajat bila dibandingkan dengan menegakkan shalat secara munfarid. Disamping itu umat Islam juga diwajibkan untuk menegakkan shalat Jum’at. Waktu umat Islam berkumpul pada tempat sujud (masjid). Mereka duduk bershaf-shaf, tidak memandang status ekonomi, sosial, bila datang lebih awal maka akan duduk di shaf terdepan, didalam masjid tidak ada tempat vip, semuanya mempunyai hak yang sama. Hanya didalam masjidlah orang miskin dapat duduk berdampingan dengan orang kaya, orang fakir miskin duduk berdampingan dengan para pejabat. Mereka malakukan gerakan-gerakan yang sama, takbiratu ikrlam, rukuk, sujud dan gerakan lainnya dalam komando seorang imam.

Kemudian dengan syari’at dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha dapat membangun kesatuan dan kesaman aqidah. Mimbar khutbah dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah, bangkit berjuang memelopori gerakan social Islam, mengilangkan kemalaratan dan kemiskinan di muka bumi dengan menunaikan zakat dan melakukan qurban.

Dengan memperhatikan hikmah shalat yang demikian besar, maka sangat wajar bila shalat adalah kewajiban setiap muslim yang perintahnya disampaikan secara langsung oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW. Dengan shalat akan menciptakan kesejahteran lahir dan batin, dunia akhirat. (Nasrudin Razak, Drs, Ibadah Shalat Menuju Sunnah Rasulullah, PT Al Ma’arif Bandung, 1974)