1/08/2014

Monyet Menyadarkan Manusia Akan Kesalahannya



Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna. Tak ada makhluk lain yang diberikan kesempurnaan dalam susunan tubuh dan juga unsur penunjang lainnya untuk mewujudkan kesempurnaan. Manusia diberikan akal, hati, nafsu dan agama untuk mengatur kehidupan manusia. Tanpa akal manusia tidak akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena itu tak lebihnya manusia akan seperti hewan. Tanpa hati kehidupan manusia akan berantakan, karena dalam hidupnya manusia hanya akan mengejar ambisi. Manusia tidak akan memperoleh ketenangan hidup. Manusia akan merasa jauh dari Allah pemberi rahmat dan kasih sayang bagi seluruh hamba-Nya. Manusia tidak diberikan nafsu, maka hidupnya tidak akan bergairah, kehidupannya akan statis dan stagnan. Maka tanpa nafsu kehidupan manusia akan punah. Tanpa agama kehidupan manusia akan kehilangan arah, manusia hanya akan mengejar kepentingan sesaat, bahkan dalam kehidupan, manusia akan terjadi hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Karena itu dengan agama kehidupan manusia akan terarah, karena seluruh kehidupan manusia akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah. Karena itu dengan agama, manusia akan menatap hidupan dengan penuh optimis, segala daya upaya akan diserahkan kepada Allah, dan hanya Allah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Begitu kompleknya makhluk yang dinamakan manusia, karena itu unsur penyemangat dalam kehidupan manusia yang di pelopori oleh nafsu. Sehingga sifat dan watak manusia kadang suatu saat mendekati akhlaq para malaikat, suatu saat akhlaqnya syetan dan suatu saat akhlaqnya para hewan. Dimana kecondongan akhlaq dan perilaku manusia, hal ini tidak pernah menentu karena segala perilaku manusia berkaitan erat dengan kualitas keimanannya. Bila imanya sedang kuat maka manusia akan menjadi makhluk yang suka menjalankan perintah Allah, membenci segala larangan Allah. Sebaliknya bila keimanannya itu sedang melemah maka perilakuknya akan mendekati perilaku para hewan yang sama sekali tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang oleh Allah. Kadangkala juga perilakunya akan menyerupai perilakunya para syetan, yang suka mencampuradukkan yang hak dan yang batil, bahkan lebih senang meninggalkan perintah Allah dan memerintahkan untuk menjalankan segala yang dilarang oleh Allah.

Bila kita bandingkan, manakah yang lebih mulia manusia atau monyet. Walaupun menurut Darwin bahwa manusia berasal dari monyet. Maka bila mengikuti teori ini manusialah yang lebih maulia. Karena proses terjadinya manusia adalah proses evolusi yang telah mencapai titik puncaknya. Disinilah nampak, walaupun manusia tidak mempunyai kuku yang tajam, tidak mempunyai taring yang kuat, langkah yang cepat, sayap yang dapat terbang. Manusia dapat mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya, sehingga dapat melakukan segala yang dilakukan oleh para hewan, bahkan dapat menguasainya.

Tidak punya kuku yang tajam, taring yang kuat, tubuh yang besar dan kuat namun manusia dapat mengalahkan harimau yang kuat dengan senapan. Dapat mengalahkan monyet yang liar. Pada suatu saat ada anak manusia yang mempunyai hobi berburu. Maka akhirnya dia mempunyai sebutan seorang pemburu. Suatu saat ketika sedang berburu menemukan kelompok monyet, sehingga muncul niat untuk dapat menjinakan monyet yang liar dengan menangkap bayi monyet. Diamanati ada seekor monyet kecil yang masih berada dalam pelukan induknya. Dengan eratnya bayi monyet menempel pada induk monyet. Karena itu untuk dapat memperoleh bayi monyet tiada jalan lain kecuali melumpuhkan induk monyet dengan menembak monyet betina. Harapanya ketika induk monyet tertembak maka akan jatuh dan bayinya dapat ditangkap. Benar adanya induk monyet yang sedang membawa bayinya ditembak pas mengenai jantung monyet. Mengetahui kawannya sedang bahaya, monyet jantan mendekat pada induk betina yang tertembak itu. Ternyata induk betina menyerahkan anaknya kepada monyet jantan, setelah bayi monyet berada pada pelukan induk monyet jantan. Induk betinanya kemudian jatuh. Setelah melihat kejadian langka yang baru saja disaksikan, sang pemburu kemudian bersimpuh, memohon ampun kepada Allah kemudian bertobat tidak mau berburu lagi.

Perasaan dalam hati berkecamuk, pemburu memuji kemulian monyet, tapi dia merasa berdosa karena telah membunuh induk monyet, menjadikan bayi piatu, bagaimana seandainya istrinya yang tertembak. Bagaimakah dia akan meratap, menuntut pada sang pembunuh. Dan masih banyak pemikiran dan perasaan yang selalu berkembang merasa berdosa dan bersalah.
Inilah bahwa Allah memberikan hidayah atau petunjuk kepada hambanya yang dikehendaki. Allah memberikan hidayah kadang melalui pelajaran yang baik dari orang lain atau melihat dan menyaksikan secara langsung amal perbuatan hamba Allah yang lain. Karena itu disini pentingnya para kyai, mubaligh, ustadz, cendekiawan, ilmuan dengan berdakwah mengajak orang-orang agar berjalan sesuai dengan syari’at Allah. Perilaku monyet yang ingin melindungi anak-anaknya. Karena itu Allah memberikan hidayah kepada hambanya dengan melalui perantaraan monyet.




“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qhashash: 56)






“ Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al Baqarah: 272)

Pemburu ini sudah sering diingatkan oleh teman-temanya, istrinya atau orang-orang yang dekat dengannya. Berburu adalah perbuatan tercela karena termasuk merusak sumberdaya alam. membinasaan kelompok hewan yang termasuk dalam rantai makanan. Coba lihat ular diburu dan ditangkat akibatnya tikur merajalela dan berkembang dengen pesat sehingga merusak tanaman dan peliharaan manuisa. Burung-burung ditembak sehingga ulat-ulat pemakan daun bebas berkembang biak sehingga para petani mengalami gagal panen. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain. namun hati pemburu seakan sudah membantu. Nasehat tidak pernah didengar, kalau mendengar hanya sekedar berlalu saja. Ingin berhenti dari kebiasaan buruk namun hawa nafsu terus mendorong untuk mengabaikan himbauan.

Allah menyadarkan hamba-Nya dengan perilaku monyet, cinta kasih para monyet, wujud monyet menjaga teman-temannya dari bahaya. Monyet sebagai binatang yang tidak lebih mulia dari manusia, namun ternyata dia mempunyai kemuliaan. Keinginannya untuk mempertahankan haknya. Rasa kasih sayang seorang ibu monyet tidak membiarkan anaknya terjatuh, demikian pula monyet jantan dengan sigap segera meraih anaknya. Seandainya kita tahu bahasa hewan sebagaimana nabi Sulaiman, bagaimanakah jeritannya yang merasa takut dengan perbuatan manusia. Dia menjerit bila hidup didalam kerangkeng. Walaupun mereka diberikan rumah yang bagus dan disediakan makanan yang cukup. Apakah mereka bahagia, karena mereka adalah hewan liar yang hidup di alam bebas.

Karena itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan perbuatannya sendiri, dengan akal manusia diberikan kebebasan untuk memilih, namun dengan hati manusia diberikan kemampuan untuk memilah. Hati manusia adalah suci yang akan ternoda ketika mengumbar nafsu, karena itu nafsu harus dikendalikan diarahkan, agar perbuatan manusia dapat mencapai pada keridaan Allah SWT.