11/19/2013

Do’a melepaskan penderitaan dan hutang yang menumpuk



Penderitaan atau kesedihan lawannya adalah kebahagiaan, selama hidup di dunia dan kelak di hari Qiamat semua umat manusia menginginkan kebahagiaan. Sehingga dengan segala daya upaya, orang-orang yang beriman dan bertaqawa kepada Allah akan berupaya sekuat tenaga untuk selalu berpegang teguh pada Sunnatullah, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun sebaliknya bagi orang-orang kafir, musyrik, fasiq mereka berupaya meraih kebahagiaan sementara yaitu kebagaiaan hidup di dunia saja, sehingga kadang tidak memperhatikan perintah dan larangan Allah. Bagi mereka tidak ada beda antara perintah dan larangan, asalkan hajatnya dapat terpenuhi maka apapun ditempuhnya, sebaliknya bila sesuatu itu merugikan dirinya, maka dengan serta- merta akan ditinggalkan.

Manusia hanya sebatas berusaha dan ikhtiar, hasil akhir Allah yang menentukan, sehingga kadang walaupun sudah berupaya semaksimal mungkin untuk meraih kebahagian namun yang diperoleh penderitaan. Mengapa ini terjadi. Itulah Sunnatullah demikian pula hukum alam menentukan yang demikian. Karena sungguh sempitnya dunia bila kebahagian yang di idam-idamkan dan melakukan upaya untuk meraih kebahagiaan semuanya dapat berjalan sesuai dengan harapan, niscaya di dunia tidak ada orang yang susah, semua akan merasakan bahagia. Sehingga bila tidak ada perbandingan kebahagiaan akan terasa hampa.

Bagaimana orang akan merasakan bahagia bila tidak ada orang yang sedih, bagaimana akan merasa senang bila tidak ada orang yang susah. Kesedihan sesuatu yang tidak diharapkan namun suatu saat pasti akan terjadi, bahkan disanalah kesedihan itu merupakan cobaan dan ujian dari Allah.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 155)

Ketika cobaan itu datang silih berganti, seakan-akan tidak ada habis-habisnya, satu masalah terselesaikan muncul masalah lagi begitu seterusnya. Bagaimana jika suatu daerah yang aman tentram, damai dan sejahtera, kehidupan masyarakat serba berkecukupan, tiba-tiba Allah memberikan cobaan berupa bencana alam, tanah longsong, banjir, badai dan tsunami. Kehidupan masyarakat yang sudah tertata dengan baik, akan berrbalik 180 % , semua akan merasa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan buah-buahan. Sehingga segala kemewahan dan hiduap yang serba berkecukupan, secara pelan-pelan hartanya akan berkurang bahkan akan habis, sehingga untuk menutup keperluan hidupnya harus hutang sana-sini hingga tidah terasa hutang menjadi menumpuk. Tiap hari didatangi orang yang mau menagih hutangnya, setiap hari harus sembunyi dari para debitur atau mereka berupaya untuk mencari seribu alasan.

Inilah bahwa kesedihan dan hutang yang banyak itu niscaya sesuatu yang tidak diharapkan oleh semua orang. Karena itu pernah suatu saat salah seorang sahabat Anshar yang bernama Abu Umamah duduk duduk didalam masjid, padahal bukan waktunya untuk menegakkan shalat. Rasullah bertanya wahai Abu Umamah, mengapa kamu tetap tinggal didalam masjid padahal sekarang bukan waktunya untuk menegakkan shalat. Dijawab oleh Abu Umamah, wahai rasul, saat ini saya sedang dirundung kesedihan, hutangku sangat banyak. Mendengar jawaban itu Rasul menjawab, wahai Abu Umamah maukah kamu, aku ajarkan satu kalimat yang dapat membuatmu bahagia dan terlunasi hutang-hutangmu, lalu rasul mengajarkan untuk membaca do’a:

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِوَالْكَسَلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ (اخرجه ابوداوود)

(Allahumma inni a’uzu bika minal hammi wal hazani wa a’uzu bika minal ‘ajzi wal kasali wa a’uzu bika minal jubni wal bukhli wa a’uzu bika min ghalabatiddaini wa qahrirrijal)

Ya Allah sesunggunya aku berlindung kepada-Mu dari kedukaan dan kesusahan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan akau berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran dan aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh hutang dan dan penindasan orang. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Demikian bahwa kesedihan tidah akan selesai bila hanya diratapi dan disesali, begitu pula banyaknya hutang tidak akan terlunasi bila senantiasa lemah, malas, takut, kikir dan sifat sifat buruk lainya yang selalu apatis dan tidak mempunyai semangat hidup. Karena itu harus kerja keras, senantiasa bersemangat dan tak lupa senantiasa berusaha, ikhitar dan tawakal kepada Allah SWT. Dan ingatlah bahwa “do’a adalah senjata orang-orang mukmin serta tiang agama dan cahaya yang memancar dari langit dan bumi”. (HR. Tirmizi).
Karena itu agar terhindar dari kondisi sebagaimana diatas, jadikanlah bacaan do’a itu menjadi amalan harian. Selalu diucapkan dengan ikhlas dan semata-mata hanya mengharap ridha dan ampunan dari Allah SWT. Semoga Allah senantiasa meridhai setiap usaha dan ikhtiar kita, amin.