8/28/2013

Lezatnya Iman, Khutbah Jum'at


Iman adalah keyakinan didalam hati, iman akan terwujud manakala sudah menjadi amal ibadah. Amal ibadah yang baik menunjukkan imannya yang baik. Karena itu kita dapat mengukur diri, bila umur, kesehatan, kesempatan, pangkat, jabatan, harta, anak, suami atau istri,  ilmu yang kita miliki bermanfaat maka itulah indikator iman yang sudah memancar menjadi amal perbuatan. Karena itu iman adalah merupakan hidayah dan anugerah Allah yang tidak ternilai, karena dengan iman akan menjadi sumber kehidupan, inspirasi, pengharapan, tujuan dan sebagainya.
Ujian bagi orang-orang yang beriman sangat banyak, ibarat pohon yang tinggi maka akan semakin dahsyat didalam menghadapi gangguan, terpaan angin topan, hujan, petir, panas. Allah SWT tidak akan membiarkan orang-orang yang mengaku telah beriman, tetapi orang-orang tersebut akan diuji oleh Allah. Namun sesungguhnya iman yang sudah diaplikasikan dalam bentuk amal perbuatan akan mendatangkan kenikmatan dan kelezatan hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam teks khutbah berikut.

اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ يَهْدِىْ مَنْ يَشَاءُ اِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ نَحْمَدُهُ سُبحَانَهُ وَهُوَ الْبَرُّالرَّحِيْمُ, أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْـدَهُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ.فَيَا عِبَادَ اللهِ, اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Imam Buchari menggambarkan iman atau kalimat tauhid dengan perumpamaan pohon yang baik. Pohon yang baik adalah kalimat “la ilaha illallah” tidak ada Tuhan kecuali Allah. Cabangnya adalah ruku Islam, dahannya adalah semua yang difardhukan termasuk yang disunnahkan. Dedaunannya adalah bentuk ketaatan. Manfaatnya adalah apa yang dilakukan oleh perbuatan ketaatan dari buah yang baik lagi indah itu. Adapun rasa manisnya adalah setelah berlangsung waktu yang cukup lama dalam mengerjakannya.
Buah dari keimanan adalah rasanya yang manis, oleh karena itu untuk dapat merasakan lezatnya iman ada tiga hal:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخارى)
"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

Dalam hadits tersebut ada tiga hal:
Pertama: Hendaknya lebih mencintai Allah dan rasul-Nya dari pada selain keduanya. Adapun upaya yang bisa dilakukan adalah:
1. Senantiasa memelihara semua yang difardhukan, sebab hal yang difardhukan adalah kunci pertama dan jalan yang paling utama menuju Allah SWT. Oleh karena itu barang siapa yang mengerjakan shalat dengan mendatangi masjid serta menunaikan semua amal lahiriyah yang di fardhukan lengkap dengan rukun, wajib bahkan sunnah-sunnahnya.

وَمَاتَقَرَّبَ اِلَىيَّ عَبْدِىْ بِشَيْئٍ اَحَبَّ اِلَيَّى مِمَّا اِفْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

"Tidaklah sekali-kali seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan suatu amal yang lebih aku sukai, dari hal-hal yang aku fardhukan atas dirinya”. (HR. Buchari)

2. Membaca Alquran dan merenungi maknanya, karena Alquran adalah Kalamullah yang ada di bumi dan menjadi barometer bagi seorang hamba untuk dapat mengetahui dimanakah kadar keimanannya.
3. Selalu berdzikir kepada Allah, karena dzikir kepada Allah adalah menjadi sarana pengusir syetan, menambah kesetiaan, ketaatan, dan keridhaan kepada Allah, serta menjauhkan diri dari segala hal yang menyebabkan kemurkaan Allah.
4. Memperbanyak amal sunnah yang mendekatkan diri kepada Allah.
Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah:
1. Mengenal anugerah Allah dengan diutusnya para rasul
2. Mengkaji budi pekerti rasul yang tercantum dalam Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW.
3. Penghambaan diri kepada Allah belum sempurna bila belum mempunyai sikap mahabbah kepada Rasulullah SAW.

Kedua: Bila mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah.
Pengertian seseorang dalam hadits ini adalah kaum muslimin, karena sesungguhnya kita dianjurkan untuk mengambil teman setia dari orang-orang yang berasal dari kaum muslimin secara keseluruhan. Dalam hadits riwayat Muslim:
إِنَّ اللّٰهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّيْ
"Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman pada hari kiamat kelak: "Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku."
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللّٰهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“ dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (Buchari)

Hal yang diwajibkan bagi seorang muslim ialah hendaknya tidak menyukai seseorang kecuali orang yang bertaqwa dan tidak membenci seseorang kecuali orang yang durhaka meskipun dia adalah saudaranya sendiri, ayah, atau ibunya. Tetapi tentu saja tidak membenci secara keseluruhan. Misalnya seseorang yang sepak terjangnya tidak baik, misalnya keras, kasar, kurang bersahabat. Sifat-sifat inilah yang kita benci bukan sebaliknya seluruh yang ada pada dirinya di benci. Namun yang lebih baik kita turut serta untuk memberikan nasehat.

Ketiga: Hendaknya dia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana tidak suka dicampakkan kedalam neraka.
Diantara penyebab kesesatan dan kembali pada kekafiran adalah kecenderungan manusia untuk menyukai kesesatan, karena ada sebagian orang yang karena kesukaannya kepada kerusakan dan senang melakukannya, akhirnya dia ditinggalkan oleh Allah dan dibiarkan oleh hawa nafsunya ke dalam kehinaan.
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (Ash-Shaf: 5)

Karena itu sebaik-baik baik hamba Allah senantiasa menjaga kualitas ketaatannya kepada Allah sehingga setelah melakukan kesalahan selalu menyadari kesalahannya. Karena itu Allah memuji kepada kaum muslimin yang mengatakan dalam do’anya.
“ (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Al Imran: 8).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ, وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.