5/19/2013

Isra'Mi'raj Puncak Perjalanan Spiritual Nabi Muhammad


Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah merupakan perjalanan spiritual Rasulullah, menembus alam ruhani guna mencapai kebangkitan umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya. Kisah dan hikmah yang bertolak belakang dengan realitas dan kultur pada masa itu, namun dengan kekuasaan-Nya, Allah menunjukkan kemahaan-Nya tentang hidup dan kehidupan manusia sampai akhir zaman. Bagaimanakah manusia harus membuka tabir ilmu Allah yang sama sekali tidak akan habis sampai akhir kehidupan manusia. Karena bagaimana akan habis, bila Allah menggambarkan ilmunya air laut menjadi tinta untuk menulis Kalamullah bahkan ditambah lagi yang sebanyak itu niscaya tidak akan habis ilmu Allah.

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi: 109)

Hampir satu setengah abad Allah SWT mengajarkan kepada Rasulullah 1433 tahun yang lalu, karena Rasul diperintahkan menjalankan Isra’ dan Mi’raj pada tahun ke-12 setelah kerasulan dan tahun baru Hijriyah dimulai sejak rasul Hijrah dari Mekah ke Madinah. Sungguh suatu perintah yang amat berat yang harus dijalankan, karena pada tahun itu Rasulullah SWT sedang mengalami beraneka macam cobaan, seakan perjalanan Isra’ Mi’raj menambah deretan cobaan yang harus dijalankan. Cobaan itu adalah:

1. Bani Hasyim dan Bani Muthalib sedang diboikot selama 3 tahun oleh kafir Qurais, yaitu larangan untuk mengadakan perkawinan, jual beli ziarah-menziarahi. Dimana pengumuman ini gantungkan di Ka’bah.
 2. Khadijah binti Khuwailid, istri rasul wafat, padahal beliaulah yang pertama kali beriman dengan kerasulannya, yang menolong dan membantunya sejak sebelum diangkat menjadi rasul. Beliau pula yang membantu kelancaran dalam menjalankan dakwah, seluruh harta dan jiwanya dicurahkan sepenuhnya untuk mendukung kegitan dakwah rasul sehingga pantas sekali bila beliau amat bersedih.
 3. Sebulan setelah wafatnya Khadijah, paman rasul yaitu Abu Thalib meninggal pada usia 87 tahun .

Ternyata perintah Allah yang teramat berat ini, barulah disadari bahwa beratnya perintah itu akan mendatangkan perubahan spektakuler bagi kehidupan manusia. Pada peristiwa tersebut Rasulullah diperintahkan untuk menegahkkan shalat lima waktu. Shalat menjadi fondasi setiap amal ibadah, bila shalatnya baik maka seluruh amal perbuatan manusia akan menjadi baik. Shalat yang baik akan mengarahkan pada kehidupan manusia yang harmonis dan dinamis serta berada dalam keridaanya, karena shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Perjalanan Isra’ Rasulullah SAW disebutkan dalam Alquran Surat Al Isra’ ayat 1:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.


Masjidil haram adalah masjid di Makkah Al Mukarromah dan masjidil Aqsha disebut juga Baitul Maqdis atau Haekal Sulaiman. Adapun hadis-hadis yang menjelaskan terjadinya Isra' itu sebagai berikut:

ليلة أسري برسول الله صلى الله عليه وسلم من مسجد الكعبة أنه جاءه ثلاثة نفر قبل أن يوحى إليه وهو نائم في المسجد الحرام فقال أولهم: أيهم هو؟ فقال أوسطهم : هو خيرهم فقال أخرهم : خذوا خيرهم، فكانت تلك الليلة فلم يرهم حتى أتوه ليلة أخرى فيما يرى قلبه وتنام عينه ولا ينام قلبه وكذلك الأنبياء تنام أعينهم ولا تنام قلبهم -فلم يكلموه حتى احتملوه فوضعوه عند بئر زمزم فتولاه منهم جبريل فشق جبريل ما بين نحره إلى لبته حتى فرغ من صدره وجوفه فغسله من ماء زمزم بيده حتى أنقى جوفه ثم أتى بطشت من ذهب فيه نور من ذهب محشو إيمانا وحطمة فحشابه صدره ولغاديده يعني عروق حلقه


Artinya:
Pada malam dijalankannya Rasulullah saw dari Masjidil Haram datanglah kepadanya tiga orang pada saat sebelum turunnya wahyu, sedangkan Rasul pada waktu itu sedang tidur di Masjidil Haram. Kemudian berkatalah orang yang pertama: "Siapakah dia ini ? Kemudian orang kedua menjawab: "Dia adalah orang yang terbaik di antara mereka (kaumnya). Setelah itu berkatalah orang ketiga : "Ambillah orang yang terbaik itu. Pada malam itu Nabi tidak mengetahui siapa mereka itu, sehingga mereka datang kepada nabi di malam yang lain dalam keadaan matanya tidur sedangkan hatinya tidak tidur. Demikianlah para nabi, meskipun mata mereka terpejam, namun hati mereka tidaklah tidur. Sesudah itu rombongan tadi tidaklah berbicara sedikitpun kepada nabi sehingga saatnya mereka membawa nabi dan meletakkannya di sekitar sumur Zam-zam. Kemudian Jibrilah di antara mereka yang menguasai diri nabi, lalu Jibril membelah bagian tubuh, antara leher sampai ke hatinya, sehingga kosonglah dadanya. Sesudah itu Jibril mencuci hati nabi dengan air Zam-zam dengan menggunakan tangannya, sehingga bersihlah hati beliau. Kemudian Jibril membawa talam yang terdapat di dalamnya bejana dari emas yang berisi iman dan hikmah. Kemudian dituangkanlah isi bejana itu memenuhi dada beliau dan urat-urat tenggorokannya". (H.R. Bukhari)


إذا أتاني أت فقد فاستخرج قلبي، ثم أتيت بطشت من ذهب مملوءة إيمانا، فغسل قلبي ثم حشي


Bahwa Nabi saw bersabda : "Datang kepadaku seseorang (Jibril). Kemudian ia mengeluarkan hatiku. Setelah itu dibawalah kepadaku piala yang terbuat dari emas yang penuh dengan iman, lalu ia mencuci hatiku. Setelah itu menuangkan isi piala itu kepadaku. Kemudian hatiku dikembalikannya seperti sediakala." (HR. Bukhari dari Sa'sa'ah).

Dalam Tafsir Al Maroghi terdapat perbedaan ulama’ tentang waktu:
1. Isra’ sebagian ulama’ berpendapat dimulai dari Masjidil Haram dan sebagian mengatakan berangkat dari rumah Ummu Hani bin Abi Thalib.
2. Sebagian ulama’ mengatakan pada tanggal 17 Rabiul awal setahun sebelum Hijrah. Dan menurut Al Hafidz Abdul Ghaniy pada malam 27 Rajab.
3. Dengan ruh dan badannya, dasarnya adalah:
1) Diawali dengan ucapan tashbih (mensucikan) dan ta’ajub (kagum atas keagungannya) yang disebut dalam firmannya adalah urusan yang maha besar, bila itu tidur (mimpi) maka menjadi urusan yang kecil.
2) Bila dalam keadaan tidur, orang-orang Qurais tidak terburu-buru mendustakan, dan banyak orang murtad. Ummu Hani tidak akan berkata : janganlah engkau ceritakan kepada yang lain, agar mereka tidak mendustakan (Muhammad), dan tidak mungkin Abu Bakar dipuji karena membenarkan.
3) Kata “abdihi adalah perpaduan antara ruh dan jasad.
4) Gerakan yang amat cepat adalah sangat mungkin, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa nabi Sulaiman:

“ Dan kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)” (QS. Saba’: 12)

Maksud dari ayat diatas bahwa bila nabi Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula bila ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama dengan perjalanan sebulan.
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Annaml: 40)

4. Ulama’ lain mengatakan hanya rohnya saja, seperti Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Pendapat ini dibantah oleh Al Maroghi karena beliau pada waktu itu belum beriman namun masih dalam kondisi musyri’.

Demikianlah perjalanan Isra’, dengan pendekatan akal semua yang terjadi sulit untuk diterima oleh akal pikiran, terutama pada zaman tersebut, namun pada saat sekarang sedikit demi sedikit dapat terungkap rahasia Ilahi. Bila Isra’ saja demikian bagaimanakah dengan Mi’raj tentu lebih dahsyat, dan akan menambah olok-olokan para kafir Qurais dan orang-orang yang menolak Islam. Didalam surat yang lain Allah berfirman tentang perjalanan Mi’raj yaitu dalam Surat Annajm ayat 1-18:
1. Demi bintang ketika terbenam.
2. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
3. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
5. Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.
7. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
8. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.
9. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
10. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya
12. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
13. Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
14. (yaitu) di Sidratil Muntaha
15. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal,
16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
17. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
18. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.


Rasul mencapi puncak tertinggi dalam perjalanan Mi’raj adalah dengan mengendarai Buraq sebagaimana sabdanya:

أتيت بالبراق وهو دابة أبيض فوق الحمار ودون البغال يضع حافره عند منتهى طرفه فركبته فسار بي حتى أتيت بيت المقدس فربطت الدابة بالحلقة التي يربط فيها الأنبياء ثم دخلت فصليت فيه ركعتين ثم خرجت فأتاني جبريل بإناء من خمر وإناء من لبن فاخترت اللبن فقال جبريل أصبت الفطرة

Artinya:
"Bahwa Rasulullah saw bersabda : "Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu binatang berwana putih lebih besar dari keledai yang lebih kecil dari keledai. Ia melangkahkan kakinya sejauh pandangan mata. Kemudian saya mengendarainya, lalu ia membawaku sehingga sampai di Baitul Makdis. Kemudian saya mengikatnya pada tempat para nabi mengikatkan kendaraannya. Kemudian saya salat dua rakaat di dalamnya, lalu saya keluar. Kemudian Jibril membawa kepadaku sebuah piala yang berisi minuman keras (khamar) dan sebuah lagi berisi susu; lalu saya pilih yang berisi susu, lantas Jibril berkata : "Engkau telah memilih fitrah sebagai pilihan yang benar". (HR. Ahmad dari Anas bin Malik).

Perjalanan agung Rasulullah untuk menjalankan perintah yang teramat berat yaitu Isra’ dan Mi’raj ditengah Rasulullah diuji dengan beraneka macam cobaan. Rasulullah adalah menjalankan perintah tersebut dan dalam puncak perjalanan itu Rasulullah menerima perintah untuk menegakkan shalat lima waktu. Dari peristiwa itu akhirnya dapat diambil pelajaran bahwa dibalik perintah pasti ada hikmah, demikian pula dibalik musibah pasti ada hikmahnya, setiap musibah pasti ada akhirnya. Karena itu dengan keteguhan dalam menjalankan perintah Allah niscaya akan diberikan kemudahan.

Sebagai muslim jadikanlah shalat sebagai media untuk menghadap langsung kepada Allah, jadikan shalat sebagai mi’rajnya orang Islam. Ketika menyadari bahwa sedang menghadap Allah niscaya akan bersikap secara total. Syarat, rukun, etika dan estetika shalat diwujudkan dalam satu kesatuan niscaya akan merasakan totalitas beribadah yang akan berdampak pada ketenangan hidup secara pribadi dan terciptanya masyarakat yang harmonis, teteram, damai dan sejahtera didalam keridaannya.